Halaman #1

212 7 0
                                    


Hari itu mendung betah menggantung, enggan beranjak sekedar memberi celah pada langit untuk membiru. Dan seolah belum cukup, hujan ikut-ikutan mengguyur, sesekali diselingi gerimis namun agak lebat. Membuat udara menjadi lebih dingin dari biasanya.

Dan aku... masih 'terjebak' disini, dilantai dua sebuah toko buku.
Mungkin tepatnya, akulah yang 'menjebak' diriku sendiri. Menghabiskan waktu berjam-jam tanpa rasa bosan. Membunuh waktu, hingga lupa waktu.

Aku tengah membayar setumpuk novel dan buku-buku tebal yang sudah lama kuincar pada bagian kasir, saat sebuah getaran ponsel berbunyi, menyadarkanku untuk lekas beranjak dari tempat ini.

Aku turun mencari -mereka- teman temanku. Ternyata aku tidak sendirian disini, dan bodohnya aku baru ingat sekarang. Luar biasa.

Aku melihat mereka sudah berbaris rapi didekat tempat penitipan tas, samping pintu masuk. Mereka menungguku. Kurasa.

Aku tersenyum, lalu berlari kecil, menghampiri mereka. Sudah siap dengan kemungkinan sumpah serapah juga sindiran yang akan kuterima nantinya.
Aku yang mulai mendekat, membuat mereka terperanjat. Mereka terkejut dengan kehadiranku.

Ada apa?

Mereka tidak biasanya seperti ini, dan aku merasa ada sesuatu yang salah dan tak tahu apa.
Mimik wajah mereka seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu.

Tidak ada hal buruk yang terjadi, kan?

Hening.
Mereka diam. Tidak mengatakan apapun. Sepatah katapun.

"Dia disini..."
Salah seorang dari mereka mengatakannya sangat pelan, lebih mirip gumaman. Tapi aku masih bisa mendengarnya.

Hening.

"Dia disini..." katanya lagi, kali ini menatapku dengan tatapan yang tak kusuka. Ada getar disuaranya, juga kilatan cemas yg tak bisa ditutupinya.

Aku mulai menerka-nerka, situasi macam apa yang sedang kuhadapi.
Degupku menjadi tak beraturan, tak karuan. Sesak.
Dan rasanya kian menjadi jadi, saat ekor mataku tak sengaja menangkap seseorang itu.

Seseorang dengan kemeja biru mudanya, yang sudah mulai basah berlari menuju mobil warna hitam pekat di sebrang sana.
Seseorang yang sangat kuhafal.
Seseorang yang sudah lama menghilang tanpa ada rimbanya.
Dan sekarang berada disini, dikota ini dan didepan... mataku.
Bagaimana bisa?
Aku tercekat oleh pikiranku sendiri.

Hingga puncaknya, sesuatu yang sejak tadi sesak seolah beranjak naik membuncah.
Turun begitu saja, mengalir membentuk aliran kecil.

Dia disini...

Monolog HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang