Prolouge

192 17 3
                                    

Pesta ulang tahun yang diadakan di taman belakang rumah itu sangat ramai dan meriah, rata-rata tamu yang berada dalam acara itu adalah kolega dari orang tua anak gadis cantik yang berdiri di belakang kue ulang tahun besar bertingkat empat dengan hiasan yang tak biasa karena dialah yang menghiasi kue itu sendiri.

Tiga puluh menit berlalu bertepatan dengan berdentingnya jam yang menandakan sudah tepat jam 12 malam, semua berkumpul untuk merayakan acara inti.

"Happy brithday to you... happy brithday to you..."
Tepuk tangan dan suara nyanyian saling sahut menyahut, saat tiba acara meniup lilin gadis cantik itu mengepalkan tangannya lalu membuat suatu permintaan.

"Aku mohon kepadamu, aku ingin kebahagiaanku ini bisa selamanya aku rasakan, aku ingin orang yang aku sayangi terlindung dari apapun, yah.... karena dari tadi aku merasa akan terjadi sesuatu setelah ini" katanya sebagai permohonan lalu perlahan ia membuka matanya dan meniup lilin berangka 17, suara riuh tepuk tangan mengisi malam kebahagiannya itu.

Dari kejauhan ada sesosok bayangan misterius yang mengawasi gadis malang itu "Sayangnya itu tak akan terwujud gadis cantik, kamu adalah yang terpilih" katanya, lalu ia menciptakan sebuah pelindung tak terlihat pada gadis itu, sosok bayangan misterius itu telah menyadari bahwa bukan hanya dia yang sedang mengawasi gadis itu, tak lama kemudian dugaan gadis cantik itu benar tiba-tiba suhu di taman itu menjadi sedingin kutub utara, semua orang menggigil kedinginan terkecuali gadis itu.

"A-ada a-apa dengan kalian? "Tanya gadis itu cemas entah pada siapa.

"S-sekarang s-suhu b-begitu d-dingin nak" jawab seorang lelaki paruh baya yang ternyata ayahnya.

"Tapi Pah, aku tak merasakan apa-apa" ucap gadis itu kebingungan.

Suhu semakin lama semakin mendingin membuat tubuh mereka membeku, bibir mereka membiru, dan gadis itu menangis sejadi-jadinya. "A-apa? Apa yang terjadi sekarang? Kumohon siapapun tolong aku, aku tidak ingin kehilangan mereka" ucapnya lirih.

Kelima sosok bayangan lain menggeram marah "Kenapa anak itu tak merasakan suhu yang telah ku buat" ucapnya sambil mengepalkan tangannya menahan amarah.

"Sudah kubilang dia bukanlah manusia biasa" jawab sosok bayangan lain.

"Ya ya ya! Aku tahu! Merepotkan sekali! " kata sosok bayangan pertama.

"Lebih baik kita kembali ketempat kita dan secepatnya membawa tubuh mereka yang telah mati membeku" ucap salah satu sosok bayangan yang lain dan dijawab oleh anggukan kepala semuanya.

Perlahan satu-satu tubuh mereka mengeluarkan cahaya putih gadis itu sangat panik melihatnya, tanggannya yang masih menggenggam tangan kedua orang tuanya semakin mempererat genggaman tangannya, lalu secara paksa genggaman tangan itu terlepas dari tangannya seiring dengan tubuh mereka yang terangkat ke atas, cahayanya kian membesar hingga menyilaukan mata dan perlahan meredup berubah menjadi cahaya-cahaya kecil yang kemudian menghilang dilangit.

Gadis itu terpuruk, dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, air mata terus mengalir tanpa bisa ditahan.
"K-kenapa? A-apa? A-apa yang terjadi? Ku mohon bangun dari mimpi buruk ini! Bangun! Bangun! " ucap gadis itu putus asa kedua tangannya memukul-mukul pipinya.

"Aaaargghhhh... Apa yang terjadi? Hiks... a-apa? Ku mohon hiks... bangunlah! Aku rindu hiks... rindu orang tuaku! " ucapnya, badannya tersungkur ke tanah keningnya mencium tanah tangan yang ia kepalkan ia pukul-pukulkan ke tanah. Perlahan-lahan kesadarannya mulai menghilang.

"Aku tahu ini berat untukmu namun, ini adalah takdirmu, mau tidak mau kamu harus menerimanya, 1 bulan lagi seseorang akan menjemput dirimu gadis cantik, sampai jumpa lagi" ucap bayangan misterius yang memberikan pelindung kepada gadis itu selang beberapa detik ia telah lenyap dari tempatnya.

-----

Bersambung...

The Magical School [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang