#1 The Beginning

122 11 0
                                    

Dunia luar sangat besar, sangat ramai dan sangat indah namun, aku ditakdirkan sebatang kara, keluargaku menghilang entah kemana saat ulang tahunku yang ke-17 tahun, sungguh itu sangat membuatku sedih, telah 1 bulan mereka hilang entah kemana, mencari kesana-sini pun aku tidak menemukan titik terang akan keberadaan mereka. Seakan takdir memainkan nasibku tapi, aku hanya dapat menerima dan menjalani tanpa dapat melawan.

Tap tap tap

Suara derap langkah kakiku di sore hari ini terdengar berirama dengan suara gemericik air yang jatuh dari dedaunan, kakiku terus melangkah kedepan tanpa memperhatikan jalan sekitar, toh akupun sudah hafal jalan pulang...

Semakin aku melangkahkan kakiku ke depan ada sesuatu yang membuatku merasa gelisah dan dengan segera aku mendongak ke depan "Ehhh!!! Tunggu sebentar! Ini kan bukan arah pulang kerumahku! " dengan perlahan aku melihat ke sekelilingku dan benar saja jika tempat yang aku pijak ini terasa asing di mataku, dimana aku? Kenapa aku bisa berada disini? Tak mungkin aku sebodoh ini untuk melupakan jalan pulang kerumahku!

Lalu mataku terpaku akan cahaya putih kecil sebesar kelereng yang meloncat kesana kemari dengan riangnya, apa itu? Lalu dengan rasa penasaran yang membuat kegelisahanku hilang aku memberanikan diri untuk mengikutinya, aku mengikutinya hingga masuk kedalam sebuah gang kecil yang agak kumuh.

Tanpa memperdulikan sekitar terus ku langkahkan kaki ku mengikuti cahaya itu "Mau kemana sebenarnya dia membawaku?"

Deg!

Cahaya itu pergi menembus dinding! Aku menemukan jalan buntu, perasaan apa ini? Lalu dengan hati-hati aku membalik badanku namun, yang kudapati hanya sebuah dinding penghalang yang besar.

"Kemana jalan kumuh tadi? Aku yakin, aku tak sepikun ini untuk melupakan jalannya" ucapku getir.

Lalu aku merasakan sesuatu bergerak dari balik tumpukan kardus di salah satu pojok dinding, ada apa disana? Seekor kucing berwarna putih bersih dengan dua sayap kecil di punggungnya menghampiriku. Lucu. Kucing itu teramat lucu, membuatku agak terkesima sesaat.

Saat dia mendekat akupun berjongkok dan langsung menggendongnya ke pangkuanku dan mengelus-elus bulu lembutnya, "selamat berjumpa kembali Srien" entah itu suara dari mana, suara itu muncul tiba-tiba dalam kepalaku. Aku mulai merasa takut saat melihat kesana-kemari namun tak menemukan asal dari suara itu

"si-siapa itu?"  Tanyaku dalam hati "Kamu tak usah takut Srien aku tak berniat jahat padamu dan yaah sudah lama sekali aku tak berjumpa denganmu" berjumpa denganku? Siapa? Siapa sebenarnya?

Lalu dengan agak takut aku mendongak ke bawah melihat ke arah kucing yang ada di pangkuanku. "Apa mungkin asal suaranya dari kucing ini? Tidak mungkin! Aku ini berpikir apa? Seekor kucing bisa bicara? Oh god lihatlah Srien yang gila ini sedang berkhayal hahaha"

"Oh ayolah Srien jangan menertawai dirimu sendiri, yang kamu pikirkan itu memang benar. Jadi berhentilah menjadi orang bodoh seperti itu" lagi-lagi suara yang sama muncul dalam kepalaku.

Tunggu! Apa yang dia katakan? A-aku benar?lalu...

"Yups surprise Srien, sekarang kau sangat bodoh sekali! Harus membutuhkan waktu lama untuk menyadari kehadiranku" Ucap suara yang sama di dalam kepalaku, lalu kucing yang ada di pangkuanku memilih mengepakkan kedua sayap kecilnya mendekat ke arahku dan mensejajarkan wajahnya denganku, mulut kucing itu pun mulai terbuka "kamu tahu? Sangat sulit mencarimu tahu! Sekarang saat kita berjumpa kamu sama sekali tak mengingatku! Dan lihat ini semua, kamu dekil sekali Srien" ucapnya sembari meneliti pakaianku.

"Tentu saja aku dekil! Aku saja baru pulang dari sekolah dan sama sekali tak sempat menyentuh air! Malah mendapat kejutan aneh seperti ini" gerutuku dalam hati.

"Sudahlah jangan menggrutu terus-menerus! Kau mulai tumbuh menjadi gadis yang bawel Srien!" Ucapnya sembari menutup kupingnya yang panjang.

"B-bagaimana kamu bisa tau?" Tanyaku terkejut.

"Kamu tidak ingat? Kita ini terikat Srien! Kita terikat, apa sekarang kamu ingat?" Katanya agak meninggikan suaranya.

"Hah? Apa maksudmu? Terikat apanya? Disini kan tidak ada tali!" Kataku sambil melihat sekitar.

"Sungguh kamu ini gadis yang sangat bodoh! Bodoh! Bodoh!" Ucapnya kesal.

"Hei! Jangan sembarangan kau bicara, aku ini selalu menjadi peringkat pertama di sekolahku tahu!" Jawabku jengkel.

"Apa? Gadis sebodoh ini bisa menjadi peringkat pertama? Apa yang kamu lakukan pada mereka? Apa kamu memanipulasi pikiran mereka?" Tanyanya meledek.

"Hei hei! Apa-apaan muka menjengkelkanmu itu! Pergi lah aku ingin pulang!" Ucapku kesal seraya berdiri dan membersihkan rok belakangku.

"Tu-tunggu Srien..." Cegahnya dengan nada yang mengganjal.

"Hmm? Ada apa lagi kucing manis?" Kataku sedikit meledek.

"Oh ayolah jangan memujiku seperti itu Srien! Aku kan malu" ucapnya dengan menutupin wajahnya.

"A-apa? Aku kan tadi meledekmu bukan memujimu! Dasar kucing dekil" gerutuku dalam hati.

"Cukup! Sekarang ayo serius! Srien kamu tak bisa pulang ke rumahmu. Maaf" katanya menunduk sedih.

"Ha? Ke-kenapa aku tidak bisa pulang? Tenang aku hafal jalan pulang kerumahku kok" ucapku tersenyum kecil.

"Gadis bodoh bukan itu yang aku maksud!" Katanya jengkel.

"La-lalu apa? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Tanyaku gelisah.

"Kamu harus kembali kedunia asalmu Srien maafkan lah aku" ucapnya sedih.

"Apa sih yang kamu maksud? Tolong jangan bercanda! Ini tidak lucu" kataku kesal.

"Nanti kamu akan mengerti semuanya. Sudah lama aku menantikan kehadiranmu Srien, datanglah dan selamatkan kami"

Tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun cahaya putih yang menghilang di balik dinding besar itu bermunculan dengan jumlah banyak dan mulai memenuhi tubuhku membuatku memekik kaget namun, alam sadarku merenggut kesadaranku.

--------------

To Be Continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Magical School [Hiatus] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang