Chanyeol menuruni tangga dengan kaki panjangnya. Bak seorang pangeran, dengan pakaian formalnya dan tatanan rambut yang ia angkat keatas menambah kesan maskulin yang ada pada dirinya. Namun, dengan tampilan seperti itu bahkan tak dapat menutupi aura suram yang menyelimutinya. Terasa berat sungguh untuk melangkah hari ini.
"Oh! Kau sudah siap?" Itu Yoora, kakak perempuan dari Chanyeol yang sedang menyiapkan sarapan.
"Masih terlalu awal untuk pergi! Ayo kita sarapan dulu. Ayah dan Ibu bahkan belum selesai berdandan." Ajak Yoora kemudian.
Chanyeol hanya tersenyum kecut. Bahkan seluruh keluarganya sedang bersuka cita hari ini. Namun kenapa hanya dirinya yang merasa berduka? Chanyeol benci hari ini dan dia benci dirinya sendiri.
[Flashback]
Terhitung sudah tiga bulan sejak Chanyeol pindah. Sebenarnya dia sedikit sulit dalam hal membaur mengingat sifatnya yang sedikit pendiam atau terkesan cuek dengan sekitar. Namun berkat Byun Baekhyun, Chanyeol setidaknya mendapat beberapa kenalan. Sikap Baekhyun yang terkesan pintar dalam bersosialisasi itu sebenarnya membuat jengkel Chanyeol. Pria mungil itu terus mengusik Chanyeol dan terus memaksa Chanyeol untuk mengenal lingkungan sekolah barunya. Namun walaupun cerewet, Baekhyun adalah teman pertama Chanyeol setelah sekian lama menutup diri dari lingkungan sekitar.
"Chanyeoli kau tahu, kemarin, saat aku berbelanja dengan ayahku aku bertemu dengan ayahmu!"
Chanyeol mengalihkan atensinya ke Baekhyun. Berani sekali bocah itu mengajaknya bicara padahal salah satu guru yang dikenal killer sedang menerangkan di depan.
"Dan kau tahu apa? Ternyata Ayahmu dan Ayahku adalah teman kuliah!"
Chanyeol berdecak. "Lalu,?"
"Ku kira itu mengesankan! Ayahku selalu bercerita tentang geng nya saat jaman di kuliah kkk Ayah berkata kalau setelah teman teman nya menikah semua temannya pindah dan itu membuat mereka lost kontak. Kau tahu jaman dahulu belum ada smartphone. Dan tiba tiba saat ini tanpa disadari ternyata aku anaknya berada di kelas yang sama dengan salah satu anak temannya. Rasanya dunia ini sempit sekali kkkk."
Baekhyun bercerita dengan semangat seolah kejadian itu ia sendiri yang mengalaminya. Sedangkan Chanyeol tetap acuh. Sejujurnya, ia sedikit benci jika harus membahas segala hal mengenai ayahnya. Tapi Chanyeol tidak bisa berteriak dan memarahi Baekhyun bisa bisa ia jadi korban guru pengajar. Jadi yang Chanyeol lakukan hanya menggenggam penanya erat.
"Kau tahu kami membicarakan banyak sekali hal tadi malam. Bahkan Ayahmu mentraktirku es krim diam diam karna kalau sampai ketahuan Ayah aku bisa dimarahi makan es krim malam malam saat cuaca cukup dingin. Ayahmu sungguh lucu. Dia bahkan bercerita- a, aw!"
Baekhyun menghentikan ucapannya dan hal itu membuat Chanyeol menoleh. Dilihatnya Baekhyun yang mengusap usap kepalanya dan sebatang kapur yang menggelinding di atas meja Baekhyun.
"Byun Baekhyun! Berdiri di koridor dengan kedua tangan diangkat dan tetap seperti itu sampai jam pelajaranku usai!"
Suara guru pengajar menggema di ruangan yang sunyi itu. Semua siswa menatap ke arah Baekhyun yang mulai beranjak dari kursinya. Aneh memang Baekhyun tak memberikan perlawanan sama sekali malahan langsung membungkuk dan menuruti titah gurunya itu.
Sial bagi Baekhyun karna jam pelajaran guru killer itu memang baru saja di mulai kurang dari 30 menit yang lalu. Hal itu membuat Baekhyun harus mengangkat tangannya selama hampir dua jam sampai bel istirahat berdering.
Pada sekali kesempatan Baekhyun melirik ke arah gurunya yang sedang tidak diam diam memperhatikannya. Baekhyun lalu menurunkan tangannya untuk mengistirahatkannya.
Bel istirahat berbunyi, hal itu membuat Baekhyun bernafas lega. Ditariknya Chanyeol dari dalam kelas untuk menuju ke kantin karna memang perutnya sudah berorasi minta untuk diisi.
Sesampainya di kantin Baekhyun langsung bergegas memesan makanan untuknya dan untuk Chanyeol. Baekhyun bahkan sudah hafal dengan makanan yang selalu di pesan oleh Chanyeol.
"Chanyeol oppa!" Itu Yejin. Gadis yang akhir akhir ini tanpa malu mendekati Chanyeol seolah olah sudah mengenal Chanyeol dari kecil. Padahal kenyataannya tidak sama sekali.
Yejin melirik tidak suka kepada Baekhyun yang duduk di depan Chanyeol. Lalu tanpa sungkan mengetatkan rangkulannya pada lengan Chanyeol dan menggesekkan buah dadanya disana, tak mempedulikan raut wajah Chanyeol yang risih.
Baekhyun tidak menyukainya. Ia tidak suka ketika Yejin mulai bergelayut manja pada Chanyeol. Apalagi tatapan Yejin terhadap nya membuat Baekhyun ingin sekali mencakar habis wajah Yejin. Namun apa boleh buat? Jika Baekhyun melakukan hal itu kepada Yejin yang ada geng Yejin malah mencakar habis seluruh tubuhnya belum lagi fans Yejin yang banyak sekali itu mengingat Yejin termasuk gadis paling populer di sekolah.
"Oppa! Ayo kita berkencan pulang sekolah nanti!" Ucap gadis itu yang bahkan dengan berani menuntun tangan Chanyeol untuk menyentuh pahanya dari rok yang gadis itu sikap sendiri.
Chanyeol memberi kode kepada Baekhyun melewati tatapan matanya. Sungguh Chanyeol lebih risih dengan model gadis yang seperti ini dari pada dengan kecerewetan Baekhyun.
Baekhyun yang sadar dengan tatapan Chanyeol berdehem untuk mengalihkan perhatian Yejin.
"Maaf Yejin-ssi tapi Chanyeol ada kerja kelompok pulang sekolah nanti"Yejin memandang Baekhyun sebal. "Chanyeol Oppa tentu saja akan pergi berkencan denganku, benarkan Oppa? Kenapa Oppa harus mengikuti kerja kelompok yang sudah jelas sekali hanyalah salah satu modusmu untuk mendekati Chanyeol Oppa?! Dasar kau banci tidak tahu diri!"
Baekhyun mengeratkan gigi giginya. Ia tentu tidak terima dengan perkataan Yejin. Menjawab Yejin hanya akan memperumit keadaan. Jadi Baekhyun memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu padahal makanannya masih sangat sedikit yang ia sentuh.
"Huh, lihat banci itu Oppa?! Memangnya Chanyeol Oppa tidak risih apa kepadanya?"
"Aku jauh lebih risih dengan gadis murahan sepertimu! Seharusnya kau lebih tahu diri kau bahkan sangat menjijikkan dimataku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress [CHANBAEK]
FanficSemuanya sudah terlambat. Ketika wajah bahagiamu naik ke podium, menatap masa depanmu di sana. Lalu ketika pastur mengucapkan sumpah yang akan mengikatmu, dan kau menjawabnya dengan sangat mantap. Aku tahu aku telah banyak melukaimu. Namun pada deti...