Hari Selasa

14 0 0
                                    

Hari Selasa, ya seperti biasa aku ke sekolah lagi. Aku belajar lagi dengan buku-buku yang membosankan itu. "Lebih baik aku menjadi tukang jagal, hanya memotong-motong dan dapat uang banyak." gumamku, memang pada saat itu tukang jagal merupakan pekerjaan yang sangat menguntungkan. "Hei, jangan seperti itu. Ingatkan kata ayah dan ibu waktu itu" saut Jessica. Mereka berempat itu anak angkat dari orang tuaku, kadang aku suka berpikir kenapa sih mereka dijadikan anak, mengapa sih mereka berada dalam hidupku, kalau mereka tidak ada mungkin saja hidupku akan bahagia, karena pendapatan dari orang tuaku diberikan kepadaku.
Setelah berada di tempat yang tidak jelas itu, aku pulang. Sendiri, iya sendiri. Tidak seperti biasanya aku pulang bersama mereka ke rumah, aku lagi ingin sendiri. Ya itu sifatku, tidak suka kebisingan, soalnya kalau kita pulang bersamaan, pasti selalu saja mereka berempat menceritakan kejadian yang dialami mereka di sekolah tadi. Tapi, aku sangat senang dengan cerita George yang sangat brutal, tadi pada saat bel sekolah ia memukuli anak kelas 1 hingga tidak berdaya, tapi salah sendiri baru masuk sudah berlaga sok jagoan, akhirnya mereka berdua di skors selama dua hari, ya tapi menurutku itu hal yang sangat hebat, George pulang dengan baju yang berlumuran darah, ceritaku kepada Jack dan Tony. "Hal itu merupakan hal yang buruk, lelaki seharusnya menjaga dengan anggun, bukan memukuli hingga belur!" ujar Jack, "Oy banci, itu hal yang wajar, suruh siapa anak kelas 1 sudah berani sekali ke kakak tingkatnya!" Tony membantah. Memang Tony orangnya penurut tetapi dia masih tetap mempunyai jati diri. Setelah itu, aku membiarkan mereka berdebat dan aku pergi mandi.
Malam tiba, badanku terasa tidak enak, gerak sedikit sakit seperti layaknya orang yang telah berkelahi. Kepalaku sangat pusing, aku hanya bisa berbaring di kasur yang kering ini. Tiba-tiba suara dobrakan terdengar, ternyata ayahku yang datang ke kamar, dengan muka yang sangat murka. "Mengapa nilai-nilai kamu jelek! Dasar pemalas! Pantas saja kamu tidak punya teman!" teriak ayahku, aku sangat kesal karena ayahku menarik kerah bajuku, dengan emosi aku pukul ayahku "Minggir, kau lelaki tua!" sambil membanting lampu tidurku. Pada malam itu, ayahku terus memukuliku hingga babak belur, aku hanya bisa merengek kesakitan seperti seorang perempuan yang tidak berdaya.

Percayalah padaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang