Chapter 22

23 4 0
                                    

Jangan anggap hatiku
Jadi tempat persinggahanmu
Untuk cinta sesaat

🎈🎈🎈

Dia harus balas dendam !!

Dimas perlahan maju ke arah seseorang dengan jaket yang baru saja di pakainya untuk menutupi kaos tim basket. Baru saja selesai latihan. Sama sepertinya.

"Gue paling ga suka nyakitin cewek" suara Dimas lantang. "Itu sebabnya sampai sekarang gue pilih sendiri"

Orang dengan jaket denim itu menegang mendengar suara Dimas di belakangnya.

"Sekalipun gue lagi di batas kesadaran. Gue ga bakal pernah nyentuh dia, orang yang gue sayang, pakek kekerasan !! Apalagi sampai buat dia terbaring berhari hari di brankar kayak gini"

"Dulu gue seneng banget waktu denger lo suka sama Alina. Karena yang gue tau Alina juga perhatian sama lo. Dan gue setuju waktu lo mau deketin dia" desis Dimas tajam. "Tapi sekarang udah beda !!"

"Berani lo deketin Alina saat itu juga gue pastiin lo mati di tangan gue !!" tambah Dimas semakin lantang. Fahri tetep bungkam tanpa menoleh ke belakang.

"Tapi gue sayang dia mas " ucap Fahri tanpa balik badan.

Dimas membuang napas kasar dan tersenyum memunculkan seringaian.

"Setelah apa yang lo lakuin lo bilang sayang ??"

"Gue khilaf kemarin"

"Seharusnya gue inget dari dulu kalo lo itu cuma orang khilaf yang kapanpun ga bakalan bisa di tebak arah pemikirannya" bentak Dimas mulai emosi. 

"Coba Gilang kemarin ga peluk Alina sembarangan, juga ga bakal kayak gini"

Brakkk !!

Dimas menarik kerah jaket Fahri ke atas.

"Lo udah pasti salah masih juga salahin orang lain. Bangsat !!"

"Stop Mas !!" tarik Ricky yang juga ikut ekskul futsal. Berusaha menjauhkan Dimas agar tidak terjadi perkelahian.

"Apa lo ?!"

"Mas tahan emosi lo !! Ini sekolahan, masih ada guru juga !! Lo mau kalian berdua di kasih sanksi" kata Ricky agak menjauhkan.

"Peduli apa lo !! Peduli setan !!" teriak Dimas mendorong tubuh Ricky dan kembali menerjang kerah baju Fahri.

"Lo mikir nggak ?? Kenapa cuma lo cekik leher Alina dia langsung masuk rumah sakit ??" tanyanya agar Fahri kembali berfikir.

"Jawabannya dia punya penyakit yang kita semua ga pernah tau !! Dan lo makin perparah semuanya tau nggak!!"

"Gue minta maaf gue bener bener gatau. Gue ga bisa handle emosi gue kemarin. Maafin gue" teriak Fahri meskipun jelas jelas Dimas ada di depannya.

"Gue minta maaf mas. Gue bakal ngelakuin apa pun supaya lo maafin gue"

"Tapi lo ga bakal bisa buat Alina sembuh dari penyakitnya !!" bentak Dimas mendorong tubuh Fahri hingga menabrak loker di belakangnya.

Terdengar sebuah dering dari ponsel Dimas berbunyi. Ia segera merogoh saku celana futsalnya. Tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Fahri.

Dari Rafa.

"Iya halo ??"

".......... "

"Seriusan lo ??"

"..........    "

"Yaudah gue kesana sekarang" teriak Dimas buru buru mematikan ponselnya. Lalu di sambarnya tas di sebelah dengan hati girang.

Dimas balik badan. Seperti menyadari sesuatu.

"Lo ..." desis Dimas tajam. "Jangan pernah deketin Alina lagi !! Atau lo bakal berhadapan sama gue !!" ucap Dimas penuh penekanan. Di susul dengan langkah kakinya yang semakin menjauh. Fahri hanya memandang penuh tanda tanya besar.

Selama ini siapa sih yang ada something sama Alina ?? Rafa ?? Atau Dimas ?? Atau mungkin dua duanya !!

🎈🎈🎈

Alina masuk kedalam kamarnya lagi setelah dua minggu di rawat di rumah sakit. Terbaring lesu dengan sesekali berjalan jalan di taman. Dan ia pikirpun itu sangat sangat merepotkan orang lain. Termasuk susternya. Meskipun jelas jelas dia membayar disana.

Rafa selalu menemani. Terkadang juga tertidur di sofa karena kelelahan. Ia jarang pulang. Entah bagaimana nasib rumahnya bersama Dimas.

Beda Rafa beda juga dengan Dimas. Dimas bahkan terlihat jarang menampakkan batang hidungnya. Sesekali Alina memang melihat Dimas membesuk. Dari luar pintu. Ketika melihat Rafa dan Alina tertawa. Dimas akan tersenyum senang lalu pergi. Entah apa maksudnya.

"Selamat datang di kamar lo sendiri" teriak Dimas dan Rafa bersamaan. Mereka berdiri di ambang pintu. Alina tertawa geli.

"Yaiyalah emang kamar gue" ucap Alina merebahkan tubuhnya di ranjang. Di susul Dimas dan Rafa yang lebih tepatnya melemparkan diri.

"Udah kangen sekolah ??" tanya Dimas.

"Kangen banget malah. Kangen sama semuanya. Ranti apalagi" jawab Alina memeluk boneka beruang kesayangannya.

"Eh mas. Gue ada tanya nih sama lo" ujar Alina tiba tiba.

"Apaan ??" tanya Dimas balik. Rafa hanya mendengar.

"Kemarin waktu di rumah sakit lo kok sampai ambang pintu doang terus pulang. Ga pernah jadi buat masuk" tanya Alina berusaha hati hati. Ia juga takut kalau Dimas sudah tersinggung. Karena tuh cowok pekaan banget. Ga ada yang nyindir dia tapi di kira nyindir. Kelewat peka emang.

"Oh soal itu. Gue minta maaf sama lo. Gue cuma gamau ganggu kalian" jujur Dimas.

"Apaan sih mas. Biasanya juga bertiga kan" dalih Alina. Dimas tersenyum menatap langit langit kamar Alina.

"Gue sama lo kan ga ada something Lin" ucap Dimas melirik Rafa.

"Apasih lo !! Terus lo ngira gue sama Alina ada something gitu ??" sambar Rafa melirik Dimas sama tajam. Dimas tertawa keras.

"Ya kalo lo ngartiin gitu, gue bisa apa ?? Ya nggak Lin" kerling mata Dimas pada Alina yang sudah mulai memanas pipinya. Sedangkan Rafa masih bersungut sungut melempar bantal ke wajah Dimas dengan cepat. Sehingga susah bagi Dimas untuk menghindar. Dan lempar melempar bantal di atas tempat tidur Alina puj terjadi di barengi tawa yang menggema.

🎈🎈🎈

Haloooo.... Kembali lagi bersama saya... Ini bukan end ya. Masih ada beberapa part lagi mau aku selesaiin. Aku juga udah nyiapin cerita lagi. Udah ada beberapa part di draf. Doain aja ini cepet kelar ya sayang.. Hehe

Salam tangan mungil

Cinta Yang Salah (CYS) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang