"Kriiingg" suara bel masuk berbunyi, semua siswa SMA N 1 Taruna Kertajaya bergegas masuk ke dalam kelas masing-masing. Saat itu masih ada banyak anak yang belum masuk ke sekolah, misalnya Ralisya. Siswi yang berasal dari perkampungan di ujung kota Jakarta ini sering kali terlambat karena jarak rumahnya yang cukup jauh dari sekolah.
"berhenti!" ucap satpam sekolah sambil menengadahkan pentungannya ke arah Ralisya yang berusaha masuk ke gerbang sekolah.
"Maaf Pak, besok gak lagi deh. Sumpah" ucap Ralisya sambil mengacungkan dua jarinya membentuk pis
"kamu ini ya, tiap hari telat tiap hari telat, niat sekolah gak sih?"
"hehehe Pak, saya niat banget lah Pak. Se-kali aja Pak, tolong ya izinin saya masuk ke sekolah. Besok gak akan saya ulangi lagi deh Pak. Bapak baik deh"
"tidak bisa, kamu udah sering banget telat masuk ke sekolah. Murid kayak kamu ini gak bisa terus-terusan diberi toleransi, nanti malah ngelunjak"
"yaelah Pak, kalaupun saya ngelunjak, saya bakalan tetep jadi murid kali Pak, gak bisa jadi Presiden"
"Heehh... kamu ini udah telat, emang ada ya presiden yang suka telat kayak kamu ini" Satpam mulai menggubris candaan Ralisya.
"ya adalah Pak, buktinya masih ada banyak koruptor. Eh, itu bukan presiden ding"
"presidennya emang gak korupsi, tapi pejabat yang di bawahnya korupsi ya sama aja"
Setelah cukup lama negosiasi dengan pak satpam, terlihat pak satpam mulai menikmati obrolan, Ralisya berusaha masuk ke dalam sekolah. Namun dia ditarik keluar oleh pak satpam.
"eits-eits, kamu mau kemana anak nakal?"
"ya mau masuk lah pak"
"ini nih calon-calon koruptor bangsa"
"apaan coba? Orang sekolah gak boleh malah ngomong-ngomong soal koruptor. Saya itu bukan calon koruptor Pak. Itu tuh, anak-anak yang suka organisasi dan ngejar pangkat tinggi, mereka tuh calon-calon koruptor. Kalau saya mah gak tertarik sama pangkat, apalagi jadi pejabat, jangankan makan uang rakyat, makan makanan yang bukan punya saya aja gak berani Pak. Sumpah deh"
Pak satpam berfikir sejenak mencerna ucapan Ralisya yang mungkin ada benarnya itu,
"jadi orang kayak kamu itu yang bakal jadi..."
"orang sukses pak" ucap Ralisya memotong ucapan pak satpam tadi.
"jadi saya boleh masuk kan Pak, saya kan udah bayar sekolah disini. Saya juga mau pinter Pak, biar saya bisa melawan calon-calon tikus berdasi itu pak"
"iya, silahkan masuk. Tapi kamu harus janji kalau kamu gak boleh telat lagi, jadi orang sukses itu harus disiplin"
"yaelah, saya itu pernah baca artikel di internet gitu Pak. Orang yang sukses itu bukan orang yang disiplin, tapi orang yang mau berusaha keras untuk menggapai mimpi dan cita-citanya. Kalau yang disiplin itu nanti ujung-ujungnya malah otoriter. Hehe"
"kamu itu ngomong apa?" ucap pak satpam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak mengerti.
"ya sudah, masuk sana. Cepetan, sebelum guru masuk ke kelas. Sekolah yang pinter"
Anak-anak lain selain Ralisya tidak berani masuk dan melawan satpam yang kelihatan garang itu, hanya anak bandel satu itu yang berani membantah satpam. Sebenarnya, satpam sekolah yang sudah bekerja selama 10 tahun itu tidaklah galak, hanya saja bila berhadapan dengan anak-anak yang penuh dengan raport merah dia sedikit terlihat garang.
"Ralisya?" panggil Bu Widia dari dalam kelas 12 MIPA 3.
Ternyata dugaan Ralisya benar, Bu Widia guru Matematika Peminatan sudah masuk ke dalam kelas. Dia pun membuka pintu dengan perasaan takut dan bercampur malu. Bagaimana tidak, saat itu Bu Widia sedang menjaga ulangan harian dan Ralisya malah telat.