5. Jalan yuk...

89 18 1
                                    

Karena cinta itu tulus bukan dengan rumus, tapi murni dari hati...

"Kringgg" , bel sekolah berbunyi.

Tidak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi. Dengan semangat gue keluar dari ruangan kelas untuk bergegas pulang.

Bel pulang sekolah adalah suara yang paling dinanti oleh sebagian siswa di sekolah, kecuali bagi anak-anak yang "ambis". Bagi mereka belajar adalah suatu hal yang harus dan tak kenal waktu.

Ketika gue jalan di koridor sekolah, gue bertemu dengan Ari dan Kevin yang juga barusan keluar dari kelas mereka.

Gue menghampiri mereka yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah.

"Ari... Kevin... Tunggu gue" , kata gue yang memanggil mereka.

Ari dan Kevin berbalik badan mengahadap gue.

"Rio... Nanti malam jadi gak ke rumah gue ngerjain tugas?", tanya Kevin.
"Yah gue lagi males ngerjain tugas... lagi gak mood buat belajar", kata gue.
"Bantuin gue dong...gue gapernah bisa ngerjain matematika", ucap Kevin.
"Lo gabisa apalagi gue", kata gue.

Gue agak heran sama sahabat gue mereka tau kalo gue gapernah bisa ngerjain tugas sendiri, tapi masih aja mereka minta bantuin buat ngerjain tugas apalagi matematika.

"Rio... Si Anjani kemana?", tanya Ari.

Pertanyaan dari Ari ini yang agak bikin gue kesel. Perasaan cemburu gue mulai muncul dari otak gue dan mulai membakar hati gue perlahan-lahan.

"Nggak liat gue... Lo cariin Anjani mau ngapain?", tanya gue yang sedikit kesal.
"Tanya doang sih... gausah emosi dong", kata Ari yang mulai agak kesal juga dengan ucapan gue.

"Udah... Gausah ribut soal cewek", ucap Kevin yang meredam suasana emosi gue dan Ari.

"Yaudah... Gue balik duluan", kata gue yang langsung meninggalkan mereka.

Gue meninggalkan Ari dan Kevin dan berjalan menuju gerbang sekolah.
Tanpa gue sadari, gue melihat Anjani yang berdiri dipinggir jalan. Sepertinya dia menunggu angkutan umum untuk pulang.

"Hei Anjani... Sendirian aja", kata gue
"Iya nih Rio, biasa nunggu angkot buat balik", ucap Anjani.
"Gue lagi gabud nih... Jalan yukk?", kata gue yang sedikit merayu.
"Hah jalan? Kemana?", tanya Anjani heran.
"Ke Upnormal aja... Gue lagi kepengen makan dessert disitu", kata gue.
"Ayukk gue juga lagi gabud nih nunggu angkot lama banget hehe...", kata Anjani dengan tawa kecilnya.

Akhirnya gue bisa ngajak Anjani untuk sekedar makan bareng di Upnormal. Suatu permulaan dengan harapan yang besar untuk mendapatkan hatinya Anjani.

Gue dan Anjani berjalan menuju parkiran dimana motor gue dititipkan.

"Ayuk naik... Hati-hati nanti jatuh hehe", ucap gue mempersilahkan Anjani menaiki motor gue.
"Iya... Tapi bawa motornya pelan-pelan aja, jangan kayak kemaren", kata Anjani.
"Siap tuan putri", kata gue yang mulai menggombal.
"Ih Rio... Gue Anjani bukan tuan putri", kata Anjani dengan senyuman nya.

Gue mulai manarik tuas gas motor perlahan meninggalkan sekolah dan menuju Upnormal.
Semilir angin menyambut gue dan Anjani di sepanjang jalan.

"Gue yakin... Suatu saat gue bakal dapetin hati lo Anjani", ucap hati gue yang paling dalam.

Dengan penuh harapan, gue beryakinan suatu saat gue menjalin hubungan dengan Anjani sebagai pacar. Dimana kita berdua saling menjaga dan melindungi dalam kondisi apapun.

Tidak ada percakapan antara kami berdua di sepanjang jalan.

Tidak terasa gue dan Anjani sudah sampai di Upnormal.

"Yuk masuk", ajak gue memasuki pintu masuk Upnormal.

Gue dan Anjani memasuki Upnormal dan mencari tempat untuk makan berdua.

"Kita duduk disini aja", kata gue
"Iya Rio... Disini view nya bagus", kata Anjani

Gue dan Anjani duduk di lantai atas tepat dengan pemandangan jalan dan gedung-gedung yang indah.

"Lo mau pesan apa Anjani?", tanya gue yang menunjukkan daftar menu.
"Gue samain kayak lo aja Rio", kata Anjani.
"Kalo gue maunya lo gimana?", ucap gue menggombal.
"Ih... Apaan sih... Jangan gombal disini", kata Anjani tersipu malu.

Gue memesan Lemon Cheese Godzilla,
Dessert yang paling gue suka di tempat ini.

"Mas... Pesan yang ini 2 aja", kata gue kepada waiters sambil menjukkan menu yang gue pesan.
"Oke... Ditunggu 5 menit ya", ucap waiters itu.

Yang gue suka dari tempat makan ini adalah pelayanan yang cepat dalam menanggapi pesanan, juga view yang bagus dipandang.

"Oiya tadi lo ngerti yang di jelasin sama Pak Dwi?", kata gue membuka obrolan.
"Ngerti sih... tapi gue masih bingung sama penggunaan Trigonometri dalam segitiga", kata Anjani.
"Gue gangerti sama sekali sama yang dia jelasin", kata gue.
"Lagian sih lo malah bengong pas dia jelasin", kata Anjani dengan senyuman nya.
"Hehe... Maklum gafokus", kata gue tertawa kecil.

Pesanannya tiba di meja kami,
Lemon Cheese Godzilla ini yang paling gue suka adalah keju yang asin serta ice cream vanilla. Pas buat makan sambil menikmati suasana yang romantis ini.

"Enak juga dessert ini Rio", kata Anjani.
"Gue kalo ke sini selalu pesan ini dan gapernah absen makan dessert ini hehe...", kata gue tersenyum.
"Emang lo gabosen makan ini terus?", tanya Anjani.
"Nggak lah... apalagi makan bareng lo", kata gue menggombal.
"Masih ya terus ngegombal aja", kata Anjani dengan senyuman.

Sudah 30 menit berlalu, waktu makan yang kita lewati dengan obrolan hangat dan semangkok dessert yang menemani perbincangan gue dan Anjani.

Gue mengantar Anjani pulang kerumahnya, karena hari sudah menjelang malam.

5 menit perjalanan dan akhirnya sampai di depan pintu rumahnya.

"Terimakasih udah nganter gue pulang Rio", ucap Anjani.
"Gue yang terimakasih sama lo... Udah nemenin gue makan di Upnormal", kata gue.
"Iya Rio sama-sama", kata Anjani tersenyum.

Gue menarik tuas gas motor dan bergegas pulang kerumah dengan hati yang berbinar-binar.

Gue masih membayangi senyuman Anjani yang begitu indah di mata gue.
Gue harap senyuman nya tak akan pernah pudar seiring berjalannya waktu.

THANKS FOR READING 🙏🙏🙏

Antara Cinta dan RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang