2. Agatha Allaegra

84 11 15
                                    

Klik bintang gak susahkan?
Selamat membaca!

•••••

Bagiku kepercayaan itu ibarat air. Bakal ngalir gitu aja, tapi kalau diberi noda setetespun, maka warnanya takkan bening lagi. -Agatha Allaegra

••••••

SUARA seduhan kopi menjadi hal yang tak asing baginya lagi. Bunyi dentingan menggema. Kopinya telah siap seduh.

"Gat, Gat. Ini pesanannya lo anter!"

Gadis penjaga bar tersebut meletakkan secangkir kopi panas itu ke nampan yang dipegang oleh Agatha. "Ini pesanan meja 3 kan?"

"Iya."

Agatha berbalik menuju meja 3. Meletakkan pesanan itu ke meja yang diduduki oleh seorang lelaki yang sepertinya sedikit lebih tua daripada Agatha.

"Ini pesanannya Kak Wit!"

Orang yang dipanggil Kak Wit oleh Agatha menoleh. Kemudian dia tersenyum manis. "Makasih yah, Agatha."

Agatha menyedekap nampannya dan tersenyum manis. "He-he, iya Kak. Sama-sama."

Witra menyesap kopi panas tersebut dan menikmatinya. Masih tidak sadar bila Agatha masih memperhatikan Witra yang menurutnya lucu.

Suara kekehan Agatha menyadarkannya membuat Witra menaikkan sebelah alisnya. "Ada yang lucu?"

Agatha masih terkekeh kemudian tersenyum manis, "Ada. Ih Kak Witra lucu deh jadi pengen pencet itu hidung."

Pawitradi Fauzan, dia merupakan langganan coffee shop ini. Witra cukup dekat dengan Agatha hingga tak banyak dari pekerja lainnya menganggap mereka memiliki hubungan asmara.

Agatha masih saja berdiri di depan Witra dengan senyum hangatnya yang menghiasi wajah manisnya.

"Duduk gih, tahan banget itu kaki. Malah pakek senyum lagi. Kalau jelek yah jelek aja gausah sok cantik." Witra menyelipkan nada humor yang membuat Agatha kesal.

Agatha mengambil tempat duduk di hadapan Witra dan meletakkan nampan di meja.

"Kak," Agatha memanggil Witra yang disahut oleh lawan bicara Agatha. Raut wajah gadis ini mulai serius membuat Witra bingung.

"Ada apa?"

Agatha terdiam cukup lama. Matanya menatap dalam mata Witra. Menit selanjutnya, dia mengalihkan tatapannya ke kopi Witra yang tinggal sedikit itu.

"Kakak jelek!" Detik selanjutnya Agatha terbahak. Witra yang sadar sedang dikerjai oleh Agatha mendecak sebal. Gadis ini sungguh sangat jahil.

"Lo jahil banget sih, pantes jomblo." Witra membalas Agatha dengan mengejeknya.

"Eits," Agatha melotot sebentar, "aku gak jomblo yah!"

"Kalau gak jomblo apa?"

"Yah semacam single fisabilillah. Single itu prinsip jomblo yah nasib. Ha-ha..."

Memang pada dasarnya, Witra tak bakal pernah bisa menang bila berurusan dengan Agatha.

•••••

Agatha heran kali ini. Tak biasanya Witra merengek padanya hanya karena ingin mengantar Agatha pulang. Sudah beberapa kali Witra mengajak Agatha agar pulang bersamanya, namun yang diajak selalu menolak dengan alasan yang tak logis.

Tapi kali ini Witra merengek memaksa agar Agatha mau pulang bersamanya.
"Oh ayolah Gatha! Kenapa sih lo selalu nolak?"

Agatha tersenyum kecut. Tak mungkin dia memberitahukan alasan yang sebenarnya. Itu sama saja dia membuka aib.

gefrorenes Herz [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang