Bagiku kamu adalah segalanya, pembangun mimpi yang pernah kita rangkai. Aku suka memandang kedua bola matamu yang begitu teramat indah saat kamu memandangiku segala yang terlihat seolah ada di dalamnya dan aku tak luput dari pandanganmu. Dengan lengkungan bibirmu yang sempurna saat tersenyum aku lebih senang memandanginya walapun tak banyak kata yang kau ucapkan.
Memang banyak lorong yang pernah kita jumpai, hingga tersadar sampai segala mimpi itu seolah hanya sebatas angan semata yang belum sempat kita berhasil menggapainnya. Kamu pergi tinggalkan luka sampai lupa dengan janji dan mimpi-mimpi yang pernah kita bangun bersama. Tidak perduli seberapa jauh kamu menepis jarak, tetap saja hati tak bisa berdusta. Masihlah perasaan itu ada, masihlah aku ingin menemuimu mengatakan banyak hal berbicara empat mata. Tertawa bersama lalu memangis bersama.
Aku tidak akan mati jika kamu pergi, bahkan aku bisa tetap hidup hanya saja aku masihlah seseorang yang menantimu dengan keyakinan penuh bahwa kamu akan kembali. Dengan rindu yang kapan saja datang tanpa diundang dengan kegelapan yang menyelimiuti malam sunyi nan sepi membuat teringat akan hal yang pernah kita lakukan saat bersama. Sulit memang melupakan masa yang telah usai yang disebut kenangan.
Bukannya munafik, memang benar adanya aku hanya seseorang yang masihlah belajar dalam banyak hal, yang suka mengelilingi banyak lorong waktu demi memperbaiki keadaan banyak hal yang belum sempat kuutarakan. Bahkan aku hanya bisa memendam tanpa mengutarakan sakit memang, sesakit tergores belati yang perlahan kapan saja bisa memancurkan darah dengan derasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikala Senja Hujan Menyapa
Teen FictionSenja datang setelah hujan terhenti, senja membatasi antara dua kehidupan siang dan malam. Senja menolak agar sang mentari dan malam tak berjumpa. Membawa hawa rindu yang menyayatkan hati. Sehingga sebuah bataspun ada ketika dua orang saling mencint...