Kedua kakinya rebah pada sebuah meja didalam kamarnya, sebatang rokok baru saja dibakar hidup, diluar suara suara keras memasuki kamarnya seperti sedang mengetuk pintu dengan pukulan, padahal remaja dewasa itu sedang tidak mempersilahkan sesiapapun memasuki kamarnya, suara suara itu semakin keras
*ayah tidak tahu, kita sudah tidak punya beras dan siaran televisi, (lantang suara ibu) *ibu tidak tahu, ayah sudah tidak mencuri lagi dan pensiun menjadi penjudi (balas lantang suara ayah kemudian)
Mereka berdebat sangat hebat. Membuat para tetangga enggan menutup jendela, ah ini siaran radio favoritku, ah ini favoritku juga, ujar tetangga tetangga yang jarang mampir itu.Sebatang rokok remaja dewasa yang dihisap dalam dalam dikamarnya itu hampir membuatnya terbakar emosi, memberanikan dirinya mengetuk pintu kamar sendiri, tidak begitu keras namun membuat ayah dan ibunya hening sehening rapat di kantor kantor departemen kota karna para pejabatnya sedang khusuk tidur dimeja masing masing, suara suara keras akhirnya hilang, lampu rumah tetangga dimatikan karna siaran radionya sudah bersambung dan kembali lagi untuk besok,.
Remaja dewasa kembali dimeja kamarnya, mengahabiskan sebatang rokok dan tulisan tulisan yang tidak pernah dan sempat ditulis.
Dikamar remaja dewasa itu begitu larut malam namun juga begitu siang, bahkan tidak ada siapa siapa disana karna hanya ada ia yang selalu bemimpi besok dapat menulis satu buah puisi untuk seorang perempuan bernama Diana sajaksa, namun mimpinya selalu membuatnya lebih cepat tertidur malam ini, apalagi suara ayah dan ibunya yang masih terngiang ngiang seperti lagu nina bobok masa kecilnya