yang tak bisa ku raih 2 end

658 79 4
                                    


Brak!!!!

Suara meja di pukul begitu nyaring terdengar di suasana hening.

"Kurang ajar, beraninya dia pergi dan keluar dari rencana ku!" Minato yang baru tau anak nya telah kabur, sangat murka.

Kakashi hanya diam mematung tidak berani mengatakan apa pun selain memberikan kabar bahwa tuan muda nya telah kabur.

"Kakashi cepat cari dia dan seret kehadapan ku!"

"Baik tuan" Kakashi membungkun 40° didepan tuan nya dan pergi guna memcari tuan muda nya.
.
.
.

Setahun berlalu, tapi keberadaan Naruto tidak pernah ditemukan dimanapun. Seluruh anak buah Sudah Minato kerahkan namun hasilnya nihil Naruto tidak di temukan.

Sampai pada akhirnya Minato menyerah, dia sudah tidak peduli lagi pada anak nya, tentang perjodohan sudah mereka batalkan. Sekarang Minato hanya berharap anak nya pulang. Dia akan merestui dengan siapapun anak nya menikan sekali pun dengan Hinata dia akan setuju.

Alasan Minato melakukan semua itu karena sang istri.

Kushina sang istri , sikap nya menjadi pemurung semenjak anak nya pergi, dia beberapa kali dirawat dirumah sakit. Dokter selalau bilang bahwa dia terlalu banyak pikiran dan tertekan.

Setiap malam Kushina selalu merancau dalam tidur nya. Dia selalu menggumamkan nama anak nya. Terkadan dia terbangun ditengah malam karena memimpikan anak nya.

Minato semakin sedih melihat keadaan istri nya.
.
.
.
.

Hinata cekikikan sendiri, kaki nya dirantai ke tiang ranjang besi, dia terus memandang gambar Naruto abstrak. Mengusap gabar di tembok ber cat putih tersebut. Gambar nya sangat kontras dengan dinding.

Arang hitam yang Hinata pungut ketika dia berjalan-jalan ditaman rumahsakit dia gores kan ke dinding putuh. Membentuk lukisan abstrak yang dia panggil Naruto-kun.

Setiap hari nya Hinata hanya memandang dan menglus gambar nya. Terkadang dia bicara dan tertawa sendiri.

.
.

Kalau saja ada kesempatan kedua, kalau sajah jarum jam bisa berputar kebelakang. Hyuga Hiashi pastia akan mengubah segalanya.

Mengubah jalan takdir yang sudah satu tahun berlalu.

Menyesal pun tiada arti, putri kesayangan nya telah hilang kewarasan akibat kebahagiaan nya di renggut paksa.

Kini hanya penyesalan yang sangat dalam yang bisa dia lakukan. Bahkan tenaga medis pun tidak mamapu menyembuhkan anak nya.

Berpuluh-puluh pisikater dan rumah sakit kejiwaan hiashi kunjungi. Namun hasil nya tetap saja sama.

Dia harus mendatangkan Naruto kehadapan anak nya.

Bukan dia tidak mau atau mashi menbencinya. Jujur Hiashi tisak mempedulikan itu lagi. Bahkan dia pun sudah berdamai dengan Minato.

Hanya sajah dia tidak tau dimana Naruto sekarang,semua orang pun tidak tau keberadaan Naruto.

Akibat keegoisan mereka, orang terdekat dan tercinta mereka merasakan akibat nya. Permata hati mereka redup, pendamping hidup mereka kian melelmah akibat dari ulah mereka.

Buah cinta mereka harus merasakan penderitaan akibat keegoisan mereka.

Pada akhir nya setelah semua terjadi baru lah merka sadar dam menyesal.

Keh!! Menyesal pun sudah terlambat, ini sudah berlalu. Dua penguasa yang dulu bersaing, para pemimpin yang dilu gagah berani, tegas kejam, kini rapuh bagai abu kertas.

Hikari setiap hari hanya berderai air mata, dia bahkan tidak sanggup melihat anak nya. Betapa rapuh nya Hinata saat ini. .
.
.

Tap tap tap

Suara sepati pantofel hitam yang melangkah du lorong rumah sakit jiwa. Semua mata menandang kagum pada si pemilik sepatu. Rambut kuning cepak, mata sebiru lautan badan tegap dan tinggi yang terbalit jas hitam dengan meneja perwarna oranye dasi berwarna merah membawa kesan berwibawa.

Namun si pemilik sepatu tidak menghiraukan tatapan memuja para pegawai di rumah sakit ini. Kaki jenjang nya terus melangkah menyusuri lorong dengan terburu-buru, seperti dikejar sesuatu atau keadaan gawat kaki nya terus dia paksa untuk melangkah lebih lebar.

Ruangan 345, akhirnya pria itu sampai di nonor kamar/ruangan yang dia tuju, setelah dia beryanya kepada resepsionis dia diberi tau bahwa ruangan nya nomor 345.

Seorang suster mbawa Nampan berisi bibur dan susu menghampiri pria yang sedang berdiri di depan pintu. " permisi tuan , apa ada yang bisa saya bantu?" Pria itu seketika menoleh kesamping keasal suara.

"Apa ini benar kamar Hinata... maksud ku Hyuga Hinata" pria tersebut memperjelas nama si gadis.

Suster tersebut sedikit terkejut ketika melihat wajah pria tersebut, "a..apakah anda Uzumaki Naruto?" Tanya si suster ragu-ragu, wajah pria itu mirip sekali dengan foto yang selalu di sembunyikan Hinata di dalam baju nya.

Naruto mengangguk tanpa menjawab.

Buru-buru suster tersebut membukakan pintu untuk Naruto.
.
.
.
.

Hal yang pertama Naruto lihat adalah sorang gadis kurus. Rambut nya berantakan dan memakai baju putih.

"Hi..hime" Naruto berjalan mendekati ranjang.

Tanpa aba-aba naruto langsung mendekap Hinata dari belakang.

Hinata mendongakan wajah nya kearah naruto. Bibir nya bergetar ketina melihat siapa yang datang.

"Na..naruto kun" hinata buru-buru memeluk naruto. "Jangan tingalkan aku lagi" hinata terisak di pelukan naruto.

Naruto menganguk tanda mengiyakan.

End

Kumpulan one shot HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang