"Maaa ara berangkat duluuuu"
Ayra berlari dengan tergesa-gesa menuju motor butut kesayangannya
"Ayraaa bekal kamu ketinggalan"
Mama Ayra meneriaki putri sulungnya itu, tapi motor Ayra sudah melesat 1 menit yang lalu.
***"Huuuhh, untung belnya belum bunyi"
Ayra berlari di koridor sekolah sambil melirik jam tangannya.Bug.
"Haduhh kamprett ga liat apa gue bawa banyak buku berat tau, gue tau kok gue ganteng jadi gauuuusss...."
"Eeehh sorry gue ga liat soalnya tadi buru-buru".
Ara menunduk meminta maaf, dan tidak tahu kalau ia menabrak Ammar,orang itu.
Ammar berlalu dengan wajah datar meninggalkan Ayra yang tengah menunduk meminta maaf.
"Lah malah pergi, emang tadi gue nabrak siapa yaa? Auah pikirin"Ayra berjalan lebih hati-hati menuju ke kelasnya, XI MIPA 1.
"Araaaaa"
Reina teman karib Ayra menghampirinya dengan wajah cemas"Et dah lu kenapa?"
"Pinjemhiiinn ghhuuuee buku pr fisika lu"
Reina tersenyum manis layaknya mimi peri yang habis dikedip sehun."Eeehhh udin kirain apaan,nih"
Ayra menyerahkan bukunya seraya meneloyor kepala Reina.
"Rei, bawain tas gue ke kelas gue mau ke toilet bentar"
Ayra berlalu meninggalkan Reina yang sudah senyum-senyum sendiri, layaknya orang gil*.
Ayra berjalan ke toilet dan melewati mading sekolah, disana ia melihat Ammar.Pria yang selalu ia pikirkan dikala malam, pria yang membuatnya sering tidak bisa tidur, pria yang selalu mengusik lamunannya, pria yang membuatnya tertawa dengan hanya mendengar celetukannya, pria yang memenuhi catatan harian pribadinya, pria yang ia kagumi.
Ya dia Ammar, pria yang membuatnya kagum, entah kagum ataupun perasaan lainnya, Ayra tak mengerti dengan perasaanya, yang ia tau hanya Dirinya menyukai lelaki itu, dia Ammar.
Selama 4 tahun Ayra hanya memendam perasaan itu, menahannya, dan perasaan itu lama kelamaan bertambah, dan mungkin suatu saat akan meledak.
Ayra terpakuKringgg
Suara bel masuk pun membuyarkan lamunan Ayra.
Ayra berjalan menuju kelasnya, tanpa melihat kearah objek yang sejak tadi ia perhatikan. Dan kini, objek itulah yang tengah memperhatikannya tanpa ia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost
Teen FictionAyra hanya bisa menunggu. Ya, menunggu perasaannya gugur,luruh,dan lenyap seiring berjalannya waktu.