Langit bewarna jingga kemerahan terhampar luas seperti senja biasanya. Tapi senja kali ini beda, seperti ada hal yang akan terjadi, hal yang tidak disukai Ayra, dan perasaan Ayra tidak pernah keliru, ia bisa merasakannya.
She has a good feeling"Yahhh..kempes, gimana mau balik cepat, duit juga abis lagi"
Ayra melirik kearah kirinya, ada Audhi yang hanya berjarak 3 motor dari tempatnya parkir. Ayra sejak tadi yang mendengar Audhi berceloteh, berniat menghampirinya untuk memberikan tumpangan. Tapi niat itu langsung sirna, hilang, lenyap karena,Dia."Kenapa dhi?"
Suara barithon khas remaja lelaki yang beranjak dewasa terdengar dari arah timur, Ammar datang menghampiri Audhi yang sedang mengotak atik Handphonenya.
"Eeehh Ammar, ini nih motorr gu.."
Belum sempat Audhi menyelesaikan kalimatnya Ammar langsung memotong"Butuh tumpangan?"
Mendengar kalimat simple itu, jantung Ayra seakan ditikam belati, disayat sembilu, hancur,lebur,pecah berkeping-keping. Tanpa Ayra sadari tangannya kirinya berdarah, karena ia meremas kunci motornya terlalu kuat.
Ayra tak merasakan pedih maupun sakit, tangannya mati rasa." Ya Allah raaa, tangan lo kenapa? Luka lo lebar banget, ke UKS dulu yok ntar luka lo infeksi"
Reina muncul dari belakang Ayra, dan langsung syok melihat tangan sahabatnya terluka." Tangan gue ga papa, nanti juga lukanya kering sendiri"
Ayra menjawab tanpa menoleh kearah Reina, ia masih memperhatikan Audhi dan Ammar yang sedang bersiap-siap untuk pulang BARENG.Reina melihat kearah pandangan Ayra, Reina tahu perasaan Ayra. Hanya Reinalah yang tahu semua tentang Ayra, walau Reina wanita cuek, tapi tidak jika berhubungan dengan Ayra. Reina rela berbuat apapun demi temannya itu, karena Ayra adalah teman pertamanya.
"Ara?"
"Hhhmm"
"Pulang yok, kita kerumah gue dulu bersiin luka lo"
Ayra memandang Reina dengan sendu
" gue yakin Ammar ga punya perasaan apa-apa kok sama Audhi, dan gue berani taruhan! Paling dia cuma simpati sama si Audhi, udahhh lo jangan sedih dongg ntar gue nangis lagi, kita pulang yaaa"
"Rei, masa simpatinya berulang kalii gue yakin, dia punya perasaan sama Audhi dan hmppp.."
Reina membungkam mulut Ayra"Nungguin lo selesai ngomong sampai gajah ngelahirin anak jerapah juga ga bakalan selesai,ayo naik"
Reina membawa motor Ayra dengan kecepatan tinggi.Suara motor vespa klasik memecah keheningan perumahan tempat Reina tinggal.
Tok tok tok
"Assalamualaikum bundaaaa"
Reina teriak didepan pintu rumahnya"Ya Allah Rei kenapa teriak-teriak sih, bunda ga budeg kok, eeehh ada nak Ara masuk yok, itu tangannya kenapa? Kayaknya lukanya dalam deh, haduuhhh.. Alkohol sama kapas kebetulan lagi abiss, suruh Reina pergi beli dulu gih"
"Ngomongnya direm dikit dong bun, yaudah Rei pergi beli alkohol sama kapas dulu"
"Gausah Rei gue pulang duluan, biar mama aja yang ngobatin"
"Tapi Ra tangan lo"
"Udah ga papa kok, Tante Ara pulang dulu ya"
"Hati-hati yaaa, jangan ngebut nanti jatoh lho"
Ayra mengangguk dan langsung meninggalkan perumahan tempat Reina tinggal.
***
Are you aware of my feelings?
I love you more than you know, even though you never know.
Ayra
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost
Roman pour AdolescentsAyra hanya bisa menunggu. Ya, menunggu perasaannya gugur,luruh,dan lenyap seiring berjalannya waktu.