Bab 4

11.5K 538 50
                                    

Soundtrack silahkan cari sendiri 😂.

Hai kalian jangan nyerah buat baca sampai akhir, dan jangan ngeluh kalau dapat typo-typo berhadiah 😊

Happy reading guys 😗.

_------------------------------

Flashback.

Gelopi yang tadinya berada di salah satu kamar hotel, terkejut ketika mendengar suara tembakan yang begitu keras di luar sana. Pria paru baya itu buru-buru memutuskan sambungan telfon dengan seseorang.

Gelopi langsung berlari dengan panik membuka pintu balkon untuk melihat apa yang terjadi, dan betapa terkejutnya dirinya ketika mendapati tubuh Leo telentang di lantai balkon dengan lengan kirinya yang tak bisa di jelaskan lagi, karena Gelopi juga sangat terkejut melihat itu.

"Leo!!!"

Gelopi langsung menghampiri leo dan membantu pria Malang itu untuk bangun, di papahnya tubuh atletis itu masuk ke dalam kamar dan mendudukan pria itu di tepi ranjang.

"Maaf Tuan, saya tidak tau ini akan terjadi." kata Gelopi sembari mendudukkan Leo di tempat tidur. Lalu pria itu berjalan ke sofa dan mengambil sebuah kotak P3K yang sengaja mereka bawa kemana-mana untuk waspada jika sesuatu terjadi.

Gelopi memang salah satu bodygard yang terlatih sejak umurnya 15 tahun, ia di pilih oleh Aqwee Walston karena kemampuannya beda dengan bodygard-bodygard lainnya, ia menguasai banyak bela diri mulai dari bela diri lokal sampai bela diri luar pun semua dipelajarinya. bukan hanya berbagai macam bela diri yang di kuasainya, tapi juga pertolongan saat teman atau orang dilindunginya terluka dalam perang. Seperti ini, gelopi sangat pandai dalam hal operasi.

"Cepat keluarkan pelurunya Gelo!" pinta Leo kesakitan yang tengah duduk di pinggir ranjang, pria itu berusaha menahan darah yang terus keluar dari lengan kirinya.

Luka tembak itu benar-benar membuatnya kesakitan, Leo pikir jika Gelopi tidak cepat menemukannya mungkin dirinya akan berakhir malam ini juga.

"Ini akan sakit tuan, anda harus menahannya," ucap gelopi sembari membuka kotak hitam yang di dalamnya sudah lengkap dengan berbagai alat medis. Tanpa berlama-lama Gelopi langsung membuka jaket hitam yang di kenakan Leo lalu pria itu mulai melakukan tugasnya.

"Arghh!! " erang Leo kesakitan saat merasa kulitnya di sobek dan di tarik. Rasanya lebih sakit saat peluru itu menembus lengannya. Tapi entah kenapa bibirnya tersenyum miring. Sambil menatap Gelopi yang begitu serius mengeluarkan peluru itu dari lengannya

"Kau tau Gelo ini pertama kalinya aku tertembak dan semua itu karena gadis bodoh yang tiba-tiba masuk ke kamarku" ucap Leo setengah terkekeh, ia benar-benar lupa dengan sakit di lengannya. Membayangkan wajah gadis itu cukup mengihiburnya sekarang.

Gelopi hanya membalas itu dengan senyum simpul, "sepertinya gadis itu tidak tau kau siapa," ucap Gelopi menatap sekilas mata Leo dengan senyum gila yang tercetak di bibirnya.

"Ya karena itulah dia sangat bodoh." jelas Jeleo tanpa melepas senyum di bibirnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Gelopi untuk mengeluarkan peluru itu karena keahliannya itu tidak bisa di ragukan lagi. peluru yang berlumuran darah itu berhasil di keluarkan oleh Gelopi.

Leo menutup matanya, sebab sekuat apapun dirinya, saat melihat lukanya sendiri ia juga punya rasa takut. Takut akan mati misalnya.

"Bagaimana dengan wanita itu?" tanya Leo di sela-sela gelopi mensterilkan lukanya, sesekali bibirnya meringis saat kapas yang di bubuhi cairan alkohol itu mengenai lukanya.

Time With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang