Dua Sahabat kecil ku

81 2 0
                                    

Masa kecil ku adalah masa masa yang sangat membosankan, buatku dunia ini sangatlah sempit karena apa yang ku lihat setiap harinya adalah tembok rumah.
Bisa dibilang kelakuan ku cukup aneh pada masa itu, jika sedih maka aku dapat menangis sejadi-jadinya dan susah untuk dihentikan oleh siapapun terkecuali oleh diriku sendiri ketika merasa sudah bosan untuk menangis.
Disaat aku tertawa itu bisa membuat semua orang dewasa sekalipun terheran-heran, karena aku bisa tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata walau tidak ada yang lucu buat mereka.
Jika aku terdiam, maka disuruh makan sekalipun aku susah untuk menggerakan badanku, sebaliknya jika aku mulai aktif maka tak ada satupun yang bisa menghentikanku untuk bergerak.

Ayah sudah terbiasa dengan semua sikap aneh ku itu.
Bahkan ada beberapa Dokter Psikologi anak yang mengatakan aku mengidap gejala ADD ( Attention Deficit Discroder ) Dimana dengan kata lain bisa disebut Hyperaktif!

Singkat cerita, pada suatu pagi yang mendung seperti biasa ayahku tidak ada dirumah untuk menjalani tugas militernya, yaa begitulah sepeninggalnya almarhumah mama ku aku seringkali merasa sangat kesepian dan bosan.
Kakak laki-laki ku pergi sekolah dan pulang pasti menjelang sore hari dengan alasan tugas kelompok untuk mengerjakan Pe-er nya.

Well, as usual aku selalu sendirian dirumah.

Bi Yati, pembantu ku biasa akan sampai rumah jam 9 nanti, dan ini baru jam 8 pagi, artinya aku benar-benar sendiri menunggu satu jam untuk kedatangan bi Yati..
Aku melamun diepan tv yang tidak dinyalakan, perlahan aku mendengar suara langkah mendekati ku dan tidak lama setelah itu aku mendengar ada yang memanggil ku :

"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"

"Siapa yaa? main apa?" Sahutku tanpa mengalihkan pandanganku dari kotak televisi.

"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"
"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"
"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"
"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"
"Psssst...psssstt.. hei, heei main yuk?"

Seperti kaset pita yang rusak suara tersebut mengulang ulang panggilannya.

Aku memalingkan pandanganku, melihat ke kiri dan ke kanan mencari arah suara tersebut, tidak ada siapapun disana...

"heeeiii, kamu dimana?" Kata ku kebingungan.

"Dibelakangmu! hehehehe"

Aneh, padahal aku sudah melihat sekeliling tadi, tapi kenapa sekarang ada dua anak laki-laki kurang lebih se usia ku?
Belum beres dari rasa heran ku, kedua anak laki-laki itu langsung lari ke arah taman sambil tertawa dengan sesekali menolehkan wajah ke arahku seolah mengajak ku untuk mengejar mereka.

Ada rasa terhibur di hati kecilku, mungkinkah mereka anak atau keponakan bi Yati?
Atau anak-anak tetangga? Ahhh, tidak perlu dipikirkan, yang penting main!

"Tungguuuu..." Kata ku seraya berlari mengikuti mereka.

Tanpa terasa satu jam telah berlalu dan bi Yati pembantu kami datang sambil membawa banyak bungkusan belanjaan dari pasar.

"Den Roland ngapain ditaman lari-lari sendiri?" bi Yati menyapaku sambil menatap ku heran.

Aku hanya melihat bi Yati tanpa menjawab kemudian aku kembali asyik bermain bersama kedua teman baru ku itu...

* * * * * *

Hujan keras membanjiri malam yang sepi di komplek perumahan kami.

Ayah duduk di samping ranjang ku sambil memijit kepalaku.
Ada garis pertanyaan yang menggurat di dahi nya.... Ya, ayah bingung karena mendengar laporan lewat telpon dari bi Yati bahwa aku mendadak jatuh di taman lalu badan ku menjadi panas!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENGELIHATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang