Dua

38 15 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Kim Yurin membereskan buku-bukunya lalu keluar kelas bersama Jinyoung.

Di depan kelas, Jinyoung tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Yurin- ah, aku lupa aku ada urusan dengan pembimbing ekskul. Kau mau menunggu atau langsung pulang?" Tanya Jinyoung.

"Aku langsung pulang saja," jawab Yurin lalu tersenyum.

Jinyoung pun menganggukan kepalanya. Setelah mengatakan untuk hati-hati, Jinyoung pergi meninggalkan Yurin.

Yurin melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Sampai di sana, ia bertemu dengan sosok yang tak asing untuknya.

"Annyeong, Yurin- ah. Apa kau mau pulang?" Tanya Jihoon ramah.

"Menurutmu?" Ketus Yurin.

Yurin pergi meninggalkan Jihoon. Jihoon pun tak tinggal diam. Dia mengikuti Yurin. Yurin yang menyadari Jihoon mengikutinya, berbalik kemudian menatap Jihoon tajam.

"Kenapa kau mengikuti ku?" Tanya Yurin.

"Aku ingin mengantarmu," jawab Jihoon lalu tersenyum.

Yurin tidak lagi menanggapi Jihoon. Ia terus berjalan tanpa mempedulikan keberadaan Jihoon.

Tiba-tiba hujan turun. Awalnya memang hanya gerimis, tapi lama-kelamaan menjadi lebat. Jihoon langsung menarik tangan Yurin untuk berteduh di depan toko.

Mereka sudah terlanjur basah kuyup. Yurin pun mengusap-usap lengannya agar tidak kedinginan. Jihoon yang menyadari itu segera mengeluarkan jaketnya dari dalam tas.

Yurin merasakan sesuatu yang menempel di bahunya. Ia pun menatap Jihoon.

"Pakailah, kau terlihat kedinginan."

Yurin hendak melepasnya kembali yang langsung ditahan oleh Jihoon.

"Kali ini saja turuti aku," pinta Jihoon.

Yurin pun mengalah. Ia lalu mengucapkan terima kasih pada Jihoon. Jihoon yang mendengarnya tersenyum manis.

###

Sudah hampir satu jam mereka berteduh tapi hujan masih belum reda. Dan selama itu pula, tidak ada yang berbicara sama sekali.

"Kau tunggu di sini sebentar yaa," ujar Jihoon lalu pergi meninggalkan Yurin.

Tak lama kemudian Jihoon kembali dengan membawa sebuah payung. Yurin menatapnya dengan tatapan tanya.

"Kita tidak mungkin menunggu terus seperti ini. Aku antarkan kau pulang. Ya walaupun ini tidak terlalu membantu, setidaknya kita tidak terlalu basah kuyup," ujar Jihoon.

Yurin menatap Jihoon sebentar lalu berkata,

"Aniyo, aku akan menunggu saja. Jika kau ingin pulang, pulang saja duluan."

Jihoon menghela napas.

"Bisakah kau menuruti apa kataku saja?" Tanya Jihoon dengan penuh harap.

Yurin menjadi tidak tega. Ya bagaimanapun juga dia kan masih punya hati.

Yurin bangkit kemudian berjalan menghampiri Jihoon. Jihoon tersenyum dan membuka payung mereka.

Mereka berjalan beriringan menembus hujan di bawah payung yang sama. Yurin merasakan jantungnya berdegup kencang. Tapi, ia masih bisa menutupi dengan wajah datarnya.

Jihoon juga merasakan degup jantungnya yang cepat. Ia gugup tapi juga bahagia.

Akhirnya aku bisa merasakan dekat denganmu juga, batin Jihoon.

Kenapa aku jadi gugup begini? Batin Yurin.

Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yurin.

"Gomawo," ujar Yurin.

"Apa katamu tadi?" Tanya Jihoon memastikan.

Yurin memandang Jihoon dengan pandangan heran. Jihoon yang melihat Yurin heran pun terkekeh.

"Akhirnya kau berterima kasih juga padaku setelah apa yang aku lakukan dari dulu," ujar Jihoon sambil tersenyum.

Yurin hanya memutar bola matanya. Ia mengambil jaket Jihoon yang tersampir di bahunya. Ketika Yurin ingin mengembalikan pada Jihoon, dengan segera Jihoon menahannya.

"Tidak usah. Kembalikan saja padaku besok. Sampai jumpa, Yurin!" Ucap Jihoon dan langsung pergi meninggalkan Yurin.

Yurin hanya terdiam di tempatnya sambil memandang jaket itu. Dan entah karena alasan apa, ia tersenyum tipis.

###

Keesokan harinya, Yurin merasa badannya lemas. Tapi, ia tetap beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap menuju ke sekolah.

Setelah siap dengan seragamnya, ia berjalan menuju dapur dan membuat sarapan. Tak lama, Eomma muncul dan menatap khawatir ke arah Yurin.

"Yurin- ah, kau kenapa? Wajahmu pucat sekali?" Tanya Eomma.

"Gwaenchanhayo, Eomma. Aku hanya sedikit demam sepertinya," ujar Yurin lalu tersenyum.

"Kalau kau demam, lebih baik kau di rumah saja,ne?" Saran Eomma.

"Aku tidak apa-apa. Aku masih kuat untuk ke sekolah," ucap Yurin lembut.

Eomma hanya bisa pasrah. Ia hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu pada putrinya itu.

Setelah sarapan dan berpamitan, Yurin melangkah keluar rumah. Di sana sudah ada Bae Jinyoung.

"Kau kenapa? Wajahmu sangat pucat!" Ujar Jinyoung dengan wajah paniknya.

Yurin tersenyum.

"Aku tidak apa-apa. Mungkin karena kemarin kehujanan," ucap Yurin santai.

"Kau kehujanan? Mianhae, harusnya aku tidak membiarkanmu pulang sendirian kemarin," sesal Jinyoung.

"Ya! Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Ayo, kita berangkat sekarang," ujar Yurin.

Mereka berdua pun menuju ke sekolah. Sampai di sekolah, Yurin segera pergi menemui Jihoon.

Ia menuju kelas Jihoon, namun orang itu tidak ada.

"Permisi, apa kau melihat Park Jihoon?" Tanya Yurin kepada teman sekelas Jihoon.

"Oh, tadi aku melihatnya menuju taman belakang sekolah," jawab seorang perempuan dengan ramah.

"Gomawo," ujar Yurin sambil tersenyum.

Yurin pun pergi menuju taman belakang sekolah. Dan benar saja, Jihoon ada di sana.

"Jihoon- ah," panggil Yurin.

Jihoon menoleh dan tersenyum. Tapi seketika senyumnya menghilang melihat wajah pucat Yurin.

"Yurin- ah, wajahmu pucat sekali!" Ujar Jihoon panik.

"Aku baik-baik saja. Aku ingin mengembalikan ini," ucap Yurin lalu memberikan jaket itu pada pemiliknya.

"Apa kau sudah makan?" Tanya Jihoon tanpa menanggapi ucapan Yurin.

Yurin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku antar kau ke UKS saja yaa?" Pinta Jihoon.

"Tidak perlu, aku masih kuat," jawab Yurin.

Tetapi, Yurin merasa kepalanya berdenyut. Tubuhnya terasa lemas sekali.

Ketika Yurin ingin berbalik, ia pun ambruk seketika. Yurin pingsan.

###

Annyeong yeorobun😂😂

Gimana nih part dua nya? Udah mulai bosenin kah? Semoga enggak yaa, hehe

Duhh udah kangen banget nihh sama WannaOne terutama Jihooonnn!!! Gak sabar banget sama comeback-nya merekaaa

Oh iyaa jangan lupa vote sama commentnya yaa, karena vomment dari kalian sangat berharga untukku :)

Rain In December || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang