Tiga

37 9 0
                                    

Yurin membuka matanya. Kepalanya masih terasa pening. Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati Jinyoung di sana.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Jinyoung khawatir.

Yurin menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Apa kau yang membawaku ke sini?" Tanya Yurin.

"Aniya, Jihoon hyung yang membawamu ke sini," jawab Jinyoung.

Yurin mencoba mencari keberadaan Jihoon di dalam UKS itu tapi hasilnya nihil.

"Dia sedang membelikanmu teh hangat," ujar Jinyoung yang menyadari hal itu.

Tak lama Jihoon pun datang dengan segelas teh hangat di tangannya.

"Kau sudah sadar, Yurin- ah??" Tanya Jihoon.

"Sudah," jawab Yurin.

"Ahh syukurlah, aku panik sekali tadi saat melihatmu pingsan. Oh iya, ini untukmu," ujar Jihoon sambil memberikan teh hangat yang tadi dibawanya.

Yurin bangkit dibantu dengan Jinyoung lalu duduk di tepi ranjang. Ia meminum teh tersebut sampai tersisa setengahnya.

"Aku ingin kembali ke kelas," ucap Yurin.

Ia sadar bahwa ia sudah melewatkan pelajaran sampai jam istirahat.

"Ya! Kau baru saja sadar. Lebih baik kau istirahat saja dulu di sini," ujar Jinyoung.

"Benar! Lebih baik kau di sini saja, aku akan menemanimu."

Jinyoung menatap sinis ke arah Jihoon. Sementara Jihoon hanya meringis.

"Gwaenchanha, aku sudah merasa lebih baik," ucap Yurin.

Jinyoung menyentuh dahi Yurin.

"Kau masih demam. Makan roti ini lalu minum obat dan istirahat lagi. Jangan membantah ku!" ujar Jinyoung.

Yurin pun akhirnya menurut. Ia melakukan apa yang diperintahkan Jinyoung. Sementara Jihoon hanya memperhatikan mereka berdua.

Aku ingin sekali menjadi Jinyoung, batin Jihoon.

###

Yurin pulang bersama Jihoon. Jinyoung ada urusan lagi. Tetapi ia berjanji sepulangnya nanti, ia akan ke rumah Yurin. Jinyoung juga memerintahkan Jihoon untuk mengantar Yurin karena takut terjadi sesuatu nanti. Yurin sudah menolak tetapi Jinyoung tetap pada pendiriannya.

Dan jadilah kini mereka berdua pulang bersama dalam diam. Sebenernya hanya Yurin yang diam, sementara Jihoon terus mengoceh tentang berbagai hal. Yurin memilih mengabaikan Jihoon.

"Ya! Aku sudah bercerita panjang lebar! Kenapa kau diam saja?" Kesal Jihoon.

"Aku tidak pernah menyuruhmu bercerita seperti itu," ujar Yurin santai.

Jihoon mendengus. Ia akhirnya memilih ikut diam. Sampai Yurin tiba-tiba menghentikan langkahnya saat hampir sampai di rumahnya.

Jihoon memandang Yurin dengan pandangan heran.

"Kenapa kau berhenti?" Tanya Jihoon.

"Pergilah," ucap Yurin.

"Mwo? Waeyo?"

"Aku bilang pergi!" Tegas Yurin.

Jihoon yang bingung tetap menurut dan melangkah pergi. Yurin segera berjalan memasuki rumahnya.

Di sana terdapat Eomma dan seseorang yang paling dibenci Yurin. Yurin menghampiri mereka.

"Untuk apa kau kemari?" Tanya Yurin datar disertai tatapan tajam.

Rain In December || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang