Hari ini, hari pertama Yurin bekerja. Sepulang sekolah, ia pergi ke kafe ditemani Jinyoung dan Jihoon.
Awalnya, dua orang itu berebut untuk mengantarkan Yurin. Karena Yurin terlalu lelah mendengarkan perdebatan mereka, akhirnya ia memutuskan jika mereka berdua saja yang mengantarkannya.
Jinyoung sempat protes karena biasanya ia yang selalu mengantar Yurin kemanapun. Tapi akhirnya ia mengalah karena Yurin tidak akan mau diantar siapapun jika mereka masih berdebat.
Mereka bertiga kini sudah sampai di kafe. Kebetulan, sudah ada Minhyun di sana.
"Oh kau sudah datang? Sebentar aku ambilkan pakaian kerjamu," ujar Minhyun lalu pergi untuk mengambil pakaian.
Tak berapa lama, Minhyun kembali sambil membawa pakaian Yurin.
"Ini," katanya sambil menyerahkan pakaian itu.
"Lebih baik sekarang kau langsung mengganti pakaianmu dan mulai bekerja," lanjut Minhyun.
"Ne, kamsahamnida."
Yurin pun bergegas mengganti pakaiannya di tempat ganti. Sedangkan tiga lelaki itu memilih untuk berbincang sebentar.
"Tolong perlakukan Yurin dengan baik, Hyung," pinta Jihoon pada Minhyun.
"Pasti. Aku akan memperlakukan semua karyawanku dengan baik selama mereka tidak bersikap seenaknya di sini," ujar Minhyun.
Tak lama Yurin kembali dengan seragam kerjanya. Dia melirik ke arah tiga pria itu, lalu memulai pekerjaannya.
"Bagaimana jika kita berbincang sebentar? Kalian ada waktu kan?" Tawar Minhyun.
"Sebenernya aku sibuk sekali, Hyung. Geunde, karena kau yang meminta, jadi aku akan meluangkan waktuku," jawab Jihoon dengan percaya dirinya.
"Aigoo, terserah kau saja," ujar Minhyun lalu mereka tertawa.
Para lelaki itu memilih duduk di salah satu kursi di dekat jendela. Minhyun dan Jinyoung sedang berbincang, sedangkan Jihoon fokus menatap Yurin yang sedang melayani pengunjung.
Minhyun yang menyadari, langsung melihat arah pandangan Jihoon. Ia pun tersenyum geli ketika mengetahui siapa yang telah diperhatikan oleh temannya itu.
"Ya! Kau ini kenapa malah memperhatikan Yurin?" Tanya Minhyun.
Jinyoung pun mengalihkan pandangannya ke arah Jihoon. Sedangkan yang ditatap hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kau menyukainya kan?" Tebak Minhyun.
Wajah Jihoon memerah seketika. Sedangkan Jinyoung tampak kesal.
"Terlihat sekali ya?" Tanya Jihoon dengan senyum malu-malu.
Minhyun tertawa.
"Dia memang gadis yang pantas untuk dicintai. Tapi aku kasihan padanya jika harus dicintai oleh orang sepertimu," ucap Minhyun dengan nada meledek.
"Yak! Maksud Hyung apa?!"
"Lihatlah, dia orangnya terlihat pendiam, baik, rajin. Sedangkan kau? Kau ini cerewet, jahil, dan suka seenaknya. Tidak cocok kan?"
Jihoon mengerucutkan bibirnya sebal. Sedangkan Minhyun dan Jinyoung tertawa.
Mereka bertiga masih asyik mengobrol hingga waktu berlalu tanpa terasa.
"Aku harus kembali bekerja, ada beberapa yang masih harus aku urus," ujar Minhyun.
"Ah geuraeyo? Baiklah kalau begitu aku juga pulang dulu," ucap Jihoon.
Jihoon dan Jinyoung pun berpamitan setelah mengucapkan terima kasih. Minhyun kembali ke ruangannya, sedangkan Jihoon dan Jinyoung kembali ke rumah sakit.
Diam-diam Yurin memperhatikan Jihoon dan Jinyoung saat mereka keluar dari cafe. Lalu ia tersenyum tipis. Sangat tipis.
###
Jam kerja Yurin berakhir. Ia kembali ke ruang ganti untuk mengganti bajunya.
Saat keluar dari ruang ganti, ia berpapasan dengan Minhyun.
"Oh, Yurin-ssi, kau sudah mau pulang?" Tanya Minhyun.
"Ne. Jam kerjaku sudah selesai," jawab Yurin dengan sopan.
"Bagaimana? Apa kau nyaman bekerja di sini?"
"Ne."
Ah, Minhyun lupa satu hal. Yurin memang tidak suka berbasa-basi dengan orang yang baru ia kenal.
"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok," ujar Minhyun lalu tersenyum sambil melambaikan tangan.
Yurin menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Minhyun.
"Wah, dia benar-benar manusia es," gumam Minhyun lalu pergi ke ruangannya.
###
Yurin akhirnya sampai di rumah sakit kembali. Di sana masih ada Jihoon dan Jinyoung yang sedang duduk di sofa. Mereka yang melihat Yurin pun terkejut.
"Ya! Kau pulang naik apa tadi?"
"Kenapa kau tidak menghubungiku?"
"Kenapa kau tidak meminta untuk dijemput?"
"Kenapa kau memilih pulang sendirian?"
Yurin yang mendengar pertanyaan-pertanyaan dari mereka berdua hanya bisa menghela napas.
"Kalian ini cerewet sekali," gerutu Yurin.
"Ya! Kami mengkhawatirkanmu. Kami takut terjadi apa-apa padamu," protes Jinyoung, sementara Jihoon mengangguk membenarkan.
"Aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri," jawab Yurin.
"Tetap saja! Kau ini yeoja. Tidak baik pulang malam sendirian!" Ujar Jihoon.
"Buktinya aku tidak apa-apa kan? Aku baik-baik saja kan?"
"Tapi....."
"Sudah-sudah. Kenapa kalian jadi bertengkar seperti ini?" Ucap Ibu Yurin menengahi.
"Lebih baik kalian berdua pulang. Ini sudah malam," ujar Ibu Yurin.
Mereka berdua pun memilih untuk menurut. Mereka pun pamit dan akhirnya kembali ke rumah.
"Yurin- ah," panggil Ibu Yurin.
"Ne, Eomma?"
"Kau beruntung memiliki mereka. Aku tahu mereka tulus padamu. Jangan pernah sia-siakan mereka," pesan Ibunya.
Yurin hanya terdiam sambil memikirkan ucapan Ibunya itu.
Apa aku harus mulai membuka diri padanya?
###
Annyeong!!!!
Sudah berapa lama saya gak update yaa wkwk
Adakah yang menungguu??? *krikkrikMaafkan aku yang mentok ide beberapa bulan ini:(
Mulai besok diusahakan buat gak terlalu lama ya updatenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In December || Park Jihoon
Fanfic#116 Winkboy #126 Winkboy #106 Winkboy Yang berharga memang sulit didapatkan. - Park Jihoon.