Baru saja turun dari mobil pintu gerbang sekolah sudah ditutup rapat.
"Aih baru jam tujuh lewat lima juga! Udah ditutup ae nih pintu neraka!" Gerutu gadis blasteran jerman-indo yang memakai baju putih abu-abu dengan lengan pendek digulung serta kaos kaki pendek. Padahal jelas tertera peraturan Dilarang memakai kaos kaki pendek. Ya begitulah rindi. Keras kepala.
Hingga sebuah ide aneh terlintas dikepalanya. "Lewat pager belakang!" Pikirnya.
Tak butuh waktu lama, ia segera berlari menuju pintu pagar dibelakang sekolah pintu itu dibuat oleh kepala sekolah agar Petugas kebersihan dapat membuang sampah di belakang sekolah karena terdapat tempat sampah disana.
Rindi meringis ketika ia tak sengaja melihat pak harun berdiri kokoh disana menatap tajam para pengemudi yang lewat dan sesekali memperbaiki kumis dengan sisir kecilnya.
Rindi bersembunyi ditembok sekolah sambil mengumpat. "Gimana nih? Apa gue bolos aja ya? Ah udah terlalu sering bisa-bisa gue ntar dimarahi nyokap" gumamnya pelan lalu mengacak rambutnya yang dikuncir kuda itu.
"Arindi amelia!" Panggil seseorang dari arah kanan dan ternyata itu.. Penjaga neraka! Pak harun datang sambil berkacak pinggang. Sedangkan yang ditatap hanya membuat cengiran aneh.
"Telat lagi?" Kata pak harun pelan, pelan tapi ada rasa kesalnya didalam kalimat itu. Arindi tau hanya saja arindi berniat untuk menjahili bapak yang sudah berkepala empat ini.
"Pak! Tadi saya mau datang jam enam lho pak! Tapi abang saya sengaja sarapan lama-lama makanya saya telat" ucapnya dengan lantang. Pak harun kembali menyisir kumisnya dengan sisir yang selalu dibawanya.
"Banyak sekali kamu alasan! Kemarin jatoh dari rumah, kemarinnya lagi gara-gara nonton bola! Lah sekarang apa lagi ha!" Bentak pak harun. Arindi meneguk salivanya.
"Ikut bapak!" Ucap pak harun sambil menjewer telinga arindi. "Duh duh pak sakit! Saya cewe lo pak! Masa dilakuin kayak cowok sih!" Pekik rindi sambil memegangi telinganya. Sakit.
"Tidak peduli saya" kata pak harun sambil terus berjalan. "Bapak saya laporin ntar!" Ucap rindi tak kalah saing dengan pak harun.
"Ck. Laporin kemana?KPK iya?!" Pak harun mempercepat langkahnya dan berhenti sampai di meja piket ia melepaskan jewerannya sehingga arindi bernapas lega.
"Untung ga putus" gumam arindi.
"Assalamu'alaikum pak" panggil seorang bersuara berat, arindi menoleh mendapatkan sesosok laki-laki bertubuh tinggi, badannya pas, bola matanya hitam ke abu-abuan, hidungnya mancung dan god! Bibirnya .. Sexy.
Pak harun menatap laki-laki itu sekilas lalu menatap arindi yang terpesona menatap cowok itu.
"Dimas mending kamu balik ke kelas gih daripada ntar ada cewek yang air liurnya tumpah" sahut pak harun kencang sambil menyindir arindi.
"Ah enggak kok pak! Masih ganteng bapak dimana-mana" kata arindi salting. "Oh iya, bapak kan kembarannya span mendez" ucap pak harun sambil menyisir kumisnya.
Arindi menahan tawa. Apa? Span mendez? "Shawn kali pak!" Kata arindi.
"Nah itu dia" ucap pak harun sambil meringis. Malu ckck. "Dimas gimana berkas ini?".
"Proporsal yang dibikin arif bagus kok pak, saya agak setuju tapi saya juga ada yang ga setuju. Soal pemilihan model" ucap dimas layaknya sedang menjadi wawancara. Pak harun mengangguk seolah mengerti. "Sebentar" ucap pak harun sambil mengangkat telepon.
Canggung. Itulah yang tergambar di raut wajah arindi sekarang. Gadis itu belum pernah merasakan detakan jantung seperti ini. Untunglah setelah 10 detik berlalu pak harun kembali berbicara tapi kali ini kata pak harun sukses membuat jantung arindi sport.
"Bapak tinggal dulu, jagain arindi ya dimas! Bapak ada perlu."
Vote dan commentnya dong! Supaya aku bisa semangat nulisnya. :)
—• id line : nelaa61
![](https://img.wattpad.com/cover/127041054-288-k259333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARINDI
Teen Fiction[ Diprivate acak silahkan follow terlebih dahulu] Arindi Amelia. Gadis blasteran asal Jerman-indo ini merupakan primadona di sekolah. Rindi si badgirl sekolah akhirnya harus merubah sifatnya demi mendapatkan hati seorang dimas yang notabene adalah t...