Part 2

1.4K 196 9
                                    

Hening..

"Alana," gumam Nico. Suasana berubah tegang. Alana menunduk, wajahnya tertutup rambut panjang yang berantakan akibat tamparan yang begitu kencang. "Alana, maafkan aku.." Nico memeluknya. Alana tetap bergeming saja seperti nyawanya telah hilang. "Maafkan aku, sayang. Aku khilaf," Dirapihkannya rambut sang istri. Sudut bibir Alana berdarah. "Kita obati lukamu ya," Nico buru-buru bangkit mengambil kotak P3K di dekat dapur.

Tidak ada air mata yang jatuh dari mata Alana. Namun hatinya perih seperti tersayat-sayat. Ini pertama kalinya Nico main tangan dalam biduk rumah tangga mereka. Hal yang akan terulang kembali jika suaminya marah. Kini Nico berani menamparnya.

"Alana, kita obati lukamu ya." Nico mengoleskan alkohol dengan kapas pada sudut bibirnya. Alana tidak merasakan perih atau meringis. Tatapannya kosong. Kata maaf dari Nico tidak membuatnya senang. Malah semakin tersiksa. Selesai mengobati Nico menyuruh Alana untuk tidur. Diciumnya kening sebagai tanda permintaan maaf. Lalu suaminya keluar dari kamar.

"Kamu menampar Alana?" todong Ibu Emilia yang telah berdiri di depan pintu kamar.

"Aku salah, Ma.." ucap Nico menyesal.

"Kamu itu tidak salah Nico. Istrimu memang harus diberi pelajaran biar kapok. Tidak kurang ajar sama kita lagi!!" hatinya senang bukan main. Putranya menampar Alana. "Dari dulu Mama tidak setuju kamu menikah dengannya. Tapi kamu maksa! Jadi beginilah rumah tanggamu, berantakan."

"Nico lelah, Ma. Mau istirahat dulu." Nico berjalan meninggalkan Ibu Emilia. Mendengar omelan dari sang Mama membuat bertambahnyq pusing.

Diruang kerja Nico merenung. Ia menatap lama tangan yang menampar istrinya. Rasa bersalah menyelimuti dirinya. Nico tidak menyangka akan berbuat seperti itu, melukai Alana. Wanita itu tahu perselingkuhannya.

Ping

"Ayah," seketika sudut bibir Nico tertarik. "Renda kangen Ayah."

"Ayah juga kangen, sayang. Besok kita bertemu ya." Nico membalasnya.

"Oke.. Love u.."

Nico jika yang membalasnya adalah ibu dari putranya. Ia membuka galeri dimana terdapat foto seorang anak berusia 1 tahun. Ia tersenyum lebar. Tanpa ada yang tahu jika Nico telah menikah siri dengan wanita lain dan menghasilkan seorang anak laki-laki.

Hari demi hari Alana seperti hidup di neraka. Tingkah Nico semakin menjadi kasar. Sering membentak dan juga main tangan. Belum lagi Ibu Emilia. Puncaknya saat Alana menjawab telepon dari ponsel Nico. Seorang wanita menanyakan keberadaan suaminya karena acara ulang tahun segera dimulai. Alana menutup teleponnya dan meminta penjelasan dari Nico.

"Siapa wanita itu, Mas?!" tanya Alana geram.

"Bukan siapa-siapa!" jawab Nico.

"Dan siapa yang ulang tahun?. Apa kamu punya anak dari perselingkuhanmu?. Hubungan haram kamu?"

"Apa kamu bilang!!" bentaknya. Nico menghadang Alana. "Kamu mengatai anakku?! Hah!!"

"Anakmu? Jadi benar?!" Alana membentak Nico emosi.

"Itu urusanku,"

"Aku ini istri sahmu, Mas!" Jeritnya.

"Aku mau pergi dulu,"

"Ke acara ulang tahun anakmu yang hasil dari selingkuhanmu?!" mereka beradu mulut. "Kita bercerai saja," Nico meradang saat Alana ingin berpisah. Ia menampar Alana berkali-kali dan memukulnya.

"Awas kamu ingin berpisah denganku!" ancamnya. Setelah melakukannya Nico pergi begitu saja.

Alana terkapar di lantai. Wajahnya lebam dan berdarah. Ia menangis kesakitan. Kemana cinta yang dulu mereka miliki?. Apa yang salah pada dirinya?. Ia selalu bertanya pada hatinya.

Hope & Trust (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang