Part 3

1.7K 215 30
                                    

Alana ragu untuk menelepon Rosa. Sehingga ia mengirimkan pesan saja. Agar menemuinya di rumah sakit Medika. Alana memerlukan uang untuk membayar rumah sakit. Ia berdoa semoga Rosa mau meminjamkan uang.

"Alana!!" seru Rosa membuka pintu kamar inap. Ia menutup mulutnya melihat kondisi sahabatnya. Seketika menangis, ia menghampiri Alana. "Ya ampun, Alana," ucapnya disela tangisan sembari memeluknya. Alana ikut menangis. "Wajahmu jadi seperti ini." Rosa tidak tega saat menangkup wajah Alana. "Ini perbuatan bajingan itu kan?"

"Apa Nico mencariku?" raut wajah Rosa berubah berang.

"Dia mencarimu," Alana menunduk. "Dan apa kamu tahu? Nico dan Ibu Mertuamu menuduhmu mencuri emas mereka!. Sehingga kamu kabur."

"Apa?!" ucap Alana terkejut bukan main.

"Aku tidak percaya apa yang mereka katakan. Dan ternyata benar, kamulah yang jadi korban mereka!"

"Kenapa mereka kejam sekali, Rosa. Menuduhku seperti itu. Aku pergi tidak membawa apa-apa." Mata Alana sendu.

"Mereka melaporkanmu pada polisi."

"HAH?!"

"Keluargamu tahu masalah itu. Mereka mencarimu," Rosa menatap iba. Wajah cantik Alana ternoda. "Kamu harus melaporkan tindak kekerasan ini, Alana."

"Mbak Alana tidak mau, Mbak." Celetuk David dari belakang. Rosa berbalik. "Saya sudah bicara itu kemarin. Tapi Mbak Alana menolaknya. Sekarang malah Mbak Alana yang dituduh!"

"Kamu siapa?" tanya Rosa. David sok kenal sok dekat padanya.

"Oh, saya David, Mbak." Ia mengulurkan tangannya.

"Dia yang menolong aku, Ros," timpal Alana. Rosa membalas uluran tangan tersebut.

"Saya Rosa. Terimakasih sudah menolong sahabat saya." Ia menggenggam tangan Alana lembut.

"Sama-sama, Mbak."

"Kamu harus lapor polisi, Lan. Minta hasil visum terus kita ke kantor polisi. Memudahkan kamu untuk bercerai darinya."

"Rosa, masalah ini akan terus berlarut-larut dan akhirnya aku juga yang kalah. Aku harus menyewa pengacara belum lagi banyak waktu yang terbuang. Kamu tahu kan semua itu butuh biaya. Sekarang ekonomiku sedang dibawah."

"Kamu bisa meminjamnya padaku dulu," ucap Rosa sungguh-sungguh. David yang masih berdiri ditengah ruangan menyaksikan kedua sahabat itu.

"Aku tidak mau merepotkan kamu terus. Aku akan mengurus masalahku sendiri. Aku hanya akan mengurus surat cerai saja. Dan memulai hidup baru.." Alana mencoba menenangkan. "Pulang dari rumah sakit saja aku bingung mau tinggal dimana."

"Tinggal dirumahku saja," usul Rosa senang.

Alana tersenyum lalu menggeleng. "Tidak perlu, aku akan.."

"Tinggal bersama saya saja, Mbak," celetuk David.

"Ya?" Alana dan Rosa menganga lebar.

"Maksudnya, tinggal dirumah saya. Disana saya tidak tinggal sendiri ada adik perempuan saya yang berusia 12 tahun. Papa saya, orang sibuk. Jarang dirumah. Kalau Mbak Alana mau, Mbak bisa sekalian menjaga adik saya. Walaupun rumah saya tidak seberapa luas. Tapi cukup menampung satu orang lagi untuk tinggal. Untuk sementara saja sebelum Mbak Alana mendapatkan tempat tinggal. Suami Mbak pasti akan mencari sampai ketemu."

"Menurutku ide David benar juga, Lan. Untuk sementara kamu bisa tinggal sama dia. Setelah kondisinya tenang kamu bisa tinggal sama aku. Dan mengurus surat ceraimu." Alana mempertimbangkannya. Ia menatap Rosa dan David secara bergantian.

Hope & Trust (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang