Sebulan setelah tahun ajaran baru dimulai begitu menyenangkan bagi seorang cowok yang sedang berjalan dengan santainya di koridor. Dia tersenyum membalas beberapa sapaan adik kelasnya yang baru resmi tiga minggu lalu setelah Masa Pengenalan Sekolah. Dia kini sedang berjalan di lorong-lorong koridor kelas X. Seperti biasa, dia akan mencari seseorang yang selalu mengganggu pikirannya itu.
Sesampainya di kelas yang ia tuju, yaitu X-1B. Dia...
"Garlicia, bawang putihkuuu!" teriaknya di depan meja seseorang. Sedangkan si empunya nama hanya menghela napasnya. Lelah. Lelah akibat gangguan dari kakak kelasnya tersebut.
"Kak Dirend! To--" gertakan halus dari Garlicia atau yang biasa dipanggil Licia terpotong oleh kata jahil Dirend.
"Ada apa bawang putihku? Kangen?" goda sang kakak kelas tersebut.
"P.E.R.G.I!" tekan Licia, disertai senyum sok manisnya.
Sedangkan Dirend hanya mengerucutkan bibirnya. Merasa tak dianggap sama sekali. Baginya, menjahili adik kelas yang satu ini begitu membuatnya bahagia. Entah perasaan apa itu.
"Iya dweh," ucap Dirend masih dengan kerucut bibirnya. "Tapi besok tunggu aku ya di rumah! Bye."
Hal itu sontak membuat Licia tenang, aman, damai dan tentram. Walaupun sempat terpikir apa yang akan dilakukan makhluk itu. Dasar. Tapi bodo amat lah.
✿๑✿
Dirend begitu tenang mengerjakan soal fisika dihadapannya. Walaupun sang guru tidak mengajar dan hanya meninggalkan tugas, dirinya selalu bersemangat apabila berhadapan dengan rumus-rumus yang menajamkan mata hitam gelapnya.
Bahkan ia tak mendengarkan celotehan kedua sahabatnya. Merasa tak ada respon dari salah satu sahabatnya mereka kompak mengeluarkan toa-nya.
"DIREND DEALVIE PRATAMAAAA!" suara memekakan telinga dan membuat setiap orang harus pergi ke dokter THT langsung membuat Dirend kesal setengah hidup. Mengapa dia harus mempunyai sahabat seperti mereka. Memalukan sekaleee.
"Apa?" respon acuhnya pun keluar.
"Kantin kuy!"
"Males. Belum bel juga."
"Yeelahh, mumpung ga ada guru neh, Rend!" sumpah demi apapun sekarang wajah-wajah orang di sampingnya adalah wajah yang sangat jelek dan melas. Minta dikasihani banget.
"Lima menit lagi!" pasrah Dirend.
"Yee, dikira bangunin lo tidur apa," cibir Septian, teman sebangkunya.
Kringgg...
"Ayo, Rend!" ajak Delov, teman sebangku Septian sekaligus sahabatnya. Karena indera telinga mereka telah menangkap bunyi bel istirahat. Terompet surga menurut Septian.
"Yah, belum lima menit." kesal Dirend.
"Udah ayo!" dengan terpaksa mereka berdua menyeret Dirend secara paksa.
Saat mereka bertiga melewati lapangan basket, tepat saat itu pula Delov melihat Licia berkumpul bersama teman kelasnya di lapangan dan terlihat dia sedang memantulkan bola oranye sambil ngedumel tak jelas.
"Eh, cewek lo Rend!" sikut Delov.
Seketika arah pandang pemilik iris hitam gelap itu berpindah ke lapangan basket. Dia tersenyum melihat tingkah lucu cewek tersebut.
"Oiii, BAWANG PUTIHKU!" teriak Dirend semangat.
Sang cewek menengoknya, kemudian mengalihkan pandangannya tak peduli.
"Masih betah ngejar dia?" tanya Delov, "Embat aja si Eilis. Dia suka lo ye kan Rend?"
"Ogah, mending Licia. Dingin tapi manis, daripada cerewet tapi muka bedak!" sangkal Dirend. "Embat aja kalo suka." Septian dan Delov memasang ekspresi sepert ingin muntah.
"Tapi,bagiku...dia... mempunyai tempat special di hatiku. Garlicia Novarrie Elzyana." senyum Dirend pun mengembang seiring ucapan batinnya.
✿๑✿
Halo!
Maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun ketidakbakuan. Ini masih baru kok!😅
Jangan lupa vote and comment 'key?
🎉Happy new year 2018 ya.🎉
Happy Reading!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirend
Teen Fiction❤ "Tau nggak? Kalau gelembung udara itu dari cahaya dan udara?" tanya Dirend. "Hm? " cewek itu merasa bingung. "Iya, gelembung udara itu dari cahaya matahari dan CO2. Lalu kalau gelembung Cinta dari apa?" dia hanya menggeleng. "Dari cahaya hati d...