*prolog

27.4K 1K 5
                                    

Bandara Soekarno-Hatta Jakarta
10.31 pm.

Pengumuman mendaratnya pesawat penerbangan Amerika-Indo terdengar memekakan telinga orang orang dalam bandara. Hiruk pikuk bandara yang seolah tiada henti, melepas kepergian atau menyambut seseorang.

Tak ayal seorang perempuan yang baru saja landas dari penerbangan Amerika-Indo. Berjalan menyeret koper hitam metalik miliknya sambil sesekali mengecek jam di pergelangan tangan kirinya.

Kehadirannya terlalu mencolok,dengan rambut pendek sebahu yang di cat biru platinum,tangtop hitam dengan kemeja denim, hotpants, sneaker shoes dan di wajahnya bertengger kacamata hitam.
Para pria pasti akan menengok dua kali saat berpapasan dengannya. Bagaimana tidak,hidung mancung, mata yang indah,wajah yang indah dan bibir yang indah. Dia bagaikan lukisan dewi yang diberi nyawa.

Merasa diperhatikan perempuan itu nampak cuek dan acuh.  Berjalan seolah tak ada apapun.

Kaki indahnya melangkah keluar bandara, mencari taxi kemudian berlalu.

Orang orang masih terpaku,mengikuti dimana perempuan itu naik taxi dan pergi.

∆∆∆∆∆∆∆~

Sementara itu di dalam taxi perempuan itu menghela nafas lelah,perjalanan 12 jam membuatnya lelah terlebih mengingat dimana ia sekarang.

" Mau kemana neng?"

Suara supir taxi membuyarkan pikirannya.

" Perumahan Diaasri blok D"

Suara merdu mengalun,anggun dan dingin.

Sang supir mengangguk kemudian kembali fokus pada jalanan. Sementara perempuan itu kembali termenung.

'ini sudah 7 tahun' pikirnya.

Semua tak banyak yang berubah dari kota kelahirannya, masih macet,masih bising dan ramai. Jalanannya pun masih sama. Dia masih ingat sedikit jalanan yang dia lalui.
Lagi lagi dia menghela nafas, menetralkan jantung nya.

∆∆∆∆

"Sudah sampai neng."

Lagi lagi dia melamun, mengerjap kemudian memberi uang pada supir taxi tersebut dan turun.
Koper miliknya yang diturunkan supir taksi dia seret sambil berjalan. Baru dua langkah dia memberhentikan langkahnya.

Dia mendongak menatap mansion dua lantai bergaya modern di depannya. Matanya menelusuri setiap detail rumah di hadapannya . Tersenyum sekilas lalu kembali melangkah.

tok tok tok

Ada bel sebenarnya,tapi mengetuk pintu terasa lebih menyenangkan baginya. Di ketuknya pintu sekali lagi saat tak ada seorangpun yang kunjung membukakan pintu.
Pada ketukan kedua pintu bergerak kemudian terbuka,menampakan wanita paruh baya yang ia rindukan.

"Cari siapa yah?"

Ya ampun,betapa rindunya dia pada wanita dihadapannya ini.

"Bibi lupa sama aku?"

Wanita paruh baya itu mengerutkan kening,matanya menyipit berusaha melihat dengan jelas siapa yang ada dihadapannya. Sedetik kemudian dia menjerit kecil kemudian merangkul hangat dirinya.

"Ya ampun bibi hampir ngga kenal sama kamu ih"

Si perempuan tersenyum kecil di sela sela pelukan bibi nya.

"Ayo masuk,cepet!! Duh ini kejutan banget."
Kata bude nya heboh setelah pelukan mereka terlepas.

∆∆∆

Hatinya menghangat, dia kembali ke rumah. Ingatannya kembali saat dirinya masih kecil,saat dia masih berkucir dua dengan gigi rongah. Dimana dia selalu meminta lebih banyak selai kacang dari yang lain,dimana dia yang selalu makan belepotan.

Makan malam yang hangat dan menakjubkan dalam hidupnya dalam 7 tahun terakhir. Setelah istirahat dan berbenah,dia makan malam bersama keluarganya.
Ya keluarganya,keluarga yang dirindukannya.
Dentingan sendok dan garpu mengisi kehangatan.

"Jadi? kamu cuti apa gimana? kok pulangnya cepet?"

Bibi nya bertanya sambil menuang air putih dalam gelas suaminya. Dia tersenyum kecil sekali lagi, melihat bagaimana romantisnya pasangan tua itu.

Berdehem membiarkan tenggorokannya lega kemudian menjawab,

"Ya begitulah,tapi ini cuti yang cukup lama"

"Kamu ngga bikin masalah kan,Oxy?"

Giliran pria paruh baya yang biasa di panggil Pakde bertanya.

Perempuan yang dipanggil Oxy hanya terkekeh kecil.

"Tidak paman,ya setelah 7 tahun bekerja tanpa cuti aku akhirnya memilih cuti untuk pertama kalinya."

Si paman hanya tersenyum kecut.

"Kau ini,paman kira kamu sudah lupa dengan Jakarta,atau bahkan lupa denganku dan Renata"

"Haha tentu tidak paman,aku tentu tidak akan melupakan paman dan bibi." dan dia.

"Sudahlah yang penting kan dia sudah pulang,dia masih capek. Kamu ini gimana sih"

Bibinya mengomel.

Dia tersenyum.
Kembali ke rumah ini membuatnya lebih banyak tersenyum sekarang.

"Aku pulang"

deg

Suara yang sama yang berdampak buruk pada hatinya. Sepersekian detik setelahnya muncul pria dengan kemeja putih dan jas yang tersampir di pundak. Matanya memandang pria itu lekat,berusaha menguatkan hati. Kemudian tersenyum.

"Tera."

Empat huruf yang ber efek pada jantung dan hatinya,salahkan pada mulut lancangnya yang menyebut nama pria tersebut.

"Oxy?"

Tampaknya sang pria sama terkejutnya.

"Lama tak bertemu Wintera triatmadja."

∆∆

oxygenicaddict

Sorry for typos


Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang