12.

10.4K 580 2
                                    


"Kudengar kau sakit?"

Leah dan Oxy tengah duduk berhadapan di kantin kantor. Mengobrol bersama, atau lebih tepat hanya Leah yang berbicara. Sedangkan Oxy hanya mendengarkan dan sesekali menimpali.

"Huh?"

Leah memutar bola matanya malas, memandang sengit perempuan yang sekarang sudah berambut hitam berjarak lima jengkal dengannya.

" Kudengar kau sakit, sakit apa?"

Leah mengulangi lagi pertanyaannya, berusaha sabar menghadapi betapa cuek dan acuhnya perempuan bernama Oxy.

"Oh.. aku demam."

Oxy asal menyebut, dia bahkan tidak sakit kemarin kemarin. Tapi dalam absensi karyawan dia dinyatakan sakit selama 3 hari. Dan dia tau pasti siapa yang mendalangi itu.

"Apa kau sudah baikkan?" ucap Leah terlihat prihatin.

"Ya."

"Kau baru bekerja sehari dan kau langsung sakit?"

Ya memang benar dia baru bekerja satu hari kemudian ijin 3 hari yang dinyatakan sakit. Tapi jika bukan karena pria brengsek bergelar suami brengsek tak tau malu dan mesum itu, tidak akan ada yang namanya pernikahan konyol dan absen tiga hari.

Mengingat pria itu, dia jadi teringat ciuman kemarin. Tepat sehari sebelum dirinya masuk kantor kembali.
Ya Tuhan dia telah terbuai, terlena, tercyduc kalau kata kids zaman now. Dia membalas ciuman Fire tanpa paksaan. Salahkan bibir pria itu yang begitu ahli dalam menyosor bibirnya.

Sialan.

"Hei, kau melamun."

Oxy tersentak membuatnya tertarik kembali ke dunia nyata.

"Huh?"

Leah berdecak, dia diabaikan lagi. Susah mempunyai teman dengan kadar kepekaan tiarap.

"Lupakan. Kurasa kau harus banyak-banyak minum aqua."

Sekarang giliran Oxy yang memutarkan bola matanya malas.

"Kurasa jam makan siang sudah habis. Aku harus kembali ke divisiku. Pekerjaanku menggunung minta di belai dan diperhatikan. Bye."

Leah berdiri membuat kursi yang didudukinya bergeser ke belakang menimbulkan bunyi gesekan yang membuat ngilu. Kemudian dia melenggang dengan anggun ke arah kantor divisinya, bagian pemasaran produk.

Oxy menatap punggung Leah yang semakin mengecil, menghilang di belokan menuju lift di ujung koridor.

Ditatapnya nasi goreng seafood dihadapannya yang tinggal setengah. Dia sudah kehilangan nafsu makannya. Diputuskannya untuk segera bangkit, menuntaskan pekerjaan yang masih satu gunung tergeletak apik di atas meja kerjanya.

∆∆∆

drrt drrt

Oxy mengalihkan perhatiannya dari komputer ke ponsel miliknya. Bukan. Milik Fire. Dia di beri ponsel baru dan hanya ada satu kontak di dalamnya. Kalian bisa menebak kontak siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Fire brengsek.

Ponsel miliknya entah kemana padahal dia membawanya saat tengah berlari malam itu.

Ditatapnya nanar ponsel dihadapannya.

From : My beloved husband.

Aku merindukanmu.

Dia rasanya ingin memuntahkan kembali nasi goreng yang ia makan tadi. Mual melihat pesan singkat penuh kata menjijikkan. Oke itu hanya dua kata. Tapi menurut Oxy itu tetap sama menjijikkan.

Diabaikannya pesan itu, lantas Oxy kembali pada pekerjaannya.

drrt drrt

From : My beloved husband

Kau mengabaikanku?

Oxy tetap mengabaikannya. Berusaha tetap terfokus pada laporan keuangan yang tengah di masukannya dalam database perusahaan.

drrt drrt

From : My beloved husband

Akan kubakar komputer dan berkas sialan itu jika kau terus mengabaikanku love.

Oxy menghela nafas. Dia menyenderkan punggungnya ke kebelakang. Kemudian matanya menatap ponsel berisi pesan dari Fire.
Menimbang nimbang dibalasnya atau tidak pesan itu.

5 menit dia masih berpikir, tapi dimenit berikutnya Oxy bergerak meraih ponsel berlogo buah apel tak jauh dari jangkauannya.

To : Pria brengsek bergelar suami

Diam! Aku sedang bekerja.

Tenang, Oxy sudah mengganti nama menjijikkan itu menjadi nama yang lebih pantas.

Tak sampai semenit balasan dari Fire muncul di layar ponselnya dengan getaran cukup halus mengikutinya.

From : Pria brengsek bergelar suami.

Persetan love. Itu perusahaan milikku. Aku bisa melakukan apa saja. Jadi bisakah kau berhenti sejenak dan balas pesan pesanku saja. Tak usah bekerja.

Oxy mengerutkan keningnya.

To : Pria brengsek bergelar suami.

Aku ingin bekerja sialan. Jadi diam dan enyah.

Dimatikannya ponsel itu. Fire sialan berisik. Dia terganggu. Sangat.

"Oxy."

Oxy mendongak melihat siapa yang barusan memanggilnya.

"Iya mbak?"

Sina Aulia, wanita beranak dua yang kebetulan satu divisi dengannya. Tergopoh-gopoh dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Mbak Sina adalah orang yang menjadi mentor sekaligus orang yang bisa dia mintai jawaban ketika ada hal yang tidak dia pahami. Orang yang ramah.

"Ada yang menunggumu di ruang CEO."

"Siapa mbak. Bukannya Fire..maksudku Pak Fire sedang ada urusan di luar?"

"Aduh mending kamu langsung kesana deh. Susah bilangnya gimana."

"Ok."

∆∆∆

Diketuknya pelan pintu jati berukir di depannya. Tak ada sautan. Oxy mengela nafas pelan kemudian membuka pintu yang berwarna monokrom itu.

Ruangan kosong.

Tapi matanya menangkap siluet seseorang yang berdiri membelakangi cahaya di dekat jendela ruangan.
Oxy berdehem, berusaha membuat orang itu berbalik.
Dan ya, orang itu berbalik. Menampakan wajah familiar yang tampak muram. Tapi segera berubah sumringah saat tau Oxy berdiri di hadapannya.

"Oxy."

Yang dipanggil hanya mampu terdiam.

"Tera." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Oxy. Seolah suaranya tertelan saat dirinya melihat Tera berdiri menjulang dengan suit armaninya.

∆∆∆

oxygenicaddict

Let Me In (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang