Part 3-Laughter in Death

51 7 3
                                    

MR. Fear-Romantic Death

              Lelaki itu mematikan radionya. Kemudian membawanya pada sang gadis kecil. Perlahan kaset di dalamnya ia tukar dengan kaset yang baru. Lelaki itu memutar kaset yang berisi instrumen melodi lagu klasik yang alunannya mencekam.

"Bisakah kau jawab? Aku menunggumu gadis kecilku." Lelaki itu mengelus wajah sang gadis kecil yang kini tengah menjerit-jerit.

"Aaaakkhhh!! Pergi! Aku mau pulang..!!" Gadis kecil itu terus berteriak-teriak ketakutan.

"DIAM!" Tanpa pikir panjang lelaki itu menampar wajah sang gadis kecil dan menghancurkan radionya dengan cara di lempar ke dinding.

           Seketika gadis kecil itu terdiam dan membisu.

"Maafkan aku gadis kecil, aku tak bermaksud. Jadi berepa jumlahnya?" Lelaki itu tersenyum sangat lebar hingga matanya menyipit.

"500 ribu pa-paman." Gadis kecil itu menjawabnya dengan ragu.

"Apakah kau yakin?" Lelaki itu bertanya sembari melipat kedua tangannya di dada.

"I-iya paman." Kini air mata itu bercampur dengan keringat.

"SALAH! Ha Ha Ha Ha... Jawabanmu sebenarnya hampir tepat. Bodoh! Menghitung saja tidak bisa. Jawabannya 501 ribu gadis kecil. Hahhahaah..." Lelaki itu mengeluarkan gunting dari saku jasnya.

"Baiklah bermainlah dengan cacingmu..." Tali yang mengikat gadis kecil tersebut di turunkan hingga kepala gadis kecil itu masuk ke dalam bak berisi cacing.

"Tidakkkk!! Pamann... Heee..." Gadis itu histeris dan menangis.

           Lelaki itu mengambil satu ekor cacing lalu dimasukkannya ke lubang telinga sang gadis kecil itu. Gadis itu berteriak, kepalanya telah masuk ke dalam tumpukkan cacing yang bergerombol. Seluruh cacing dalam bak itu menggeliat dengan lendir-lendir yang sangat bau. Masuk ke sela-sela rongga hidung dan mulut sang gadis kecil.

          Lelaki itu memotong rambut sang gadis kecil sedikit demi sedikit. Tawa si lelaki mengisi seisi ruangan, menggema tanpa batas. Rambut sang gadis semakin memendek dan pada akhirnya ia botak tanpa rambut. Plontos kepala sang gadis kecil. Kemudian Lelaki itu menusukkan guntingnya tepat ke jantung gadis kecil.

        Ia robek habis rongga dada sang gadis kecil itu dan ia ambil jantung si gadis kecil.

"Tawa untuk pembully kecil!" Laki-laki itu keluar ruangan dengan tawanya yang mengerikan.

***

              Terlihat parkiran Universitas London telah dipenuhi ribuan mahasiswa yang menempuh ilmu pendidikan. James Arthur, seorang mahasiswa jurusan ilmu politik sedang memarkirkan motor Cruiser hitamnya di parkiran khusus motor.

"Hai James." Sapa seorang gadis berambut pirang bernama Emily Thompson.

"Hai juga Em." Jawab James menenteng tas Backpacknya.

"Hari kelas Tuan. Clark, kau sudah selesaikan tugas?" Tanya Emily dengan membawa tumpukkan buku ilmu politik.

"Tentu, bagaimana denganmu?" James bertanya balik pada Emily. Mereka berdua berbincang sembari memasuki koridor kampus.

"Aku juga sudah." Emily meminta James untuk memegang bukunya. Emily ingin mengikat rambutnya.

***

           James setelah kelas Tuan. Clark, ia bergegas ke ruang olahraga. Hari ini ia basket, sudah dua minggu ini James tak bergabung dengan tim basketnya. James banyak kesibukan dengan pekerjaannya. James bekerja di salah satu cabang Starbucks Coffe sebagai pelayan.

"Hai teman-teman." Sapa James pada teman-temanya sembari menaruh tasnya di tribun penonton.

"Hai James." Sapa mereka semua.

"Kemana saja kau bung?" Ucap Brad sahabat dekat James.

"Biasa, aku sibuk dengan pekerjaan sampinganku." Jawab James dengan senyum tipis.

To be continued...

Mr. FEAR - Romantic DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang