Prolog

49 8 3
                                    

"Sagira, kemari nak, kita makan malam dulu." ucap Ibu.

Gue langsung turun ke bawah. Tepatnya ke ruang makan. Gue langsung duduk di kursi yang biasa gue duduki. Dirumah, hanya ada Ibu dan Ayah gue. Tapi kursi yang tersedia lebih dari tiga. Posisinya, ada kursi yang berhadapan dengan kursi yang biasa Ayah gue duduki. Terus, kursi samping gue dan samping Ibu gue.
Diantara kami bertiga, belum ada yang berani menduduki tiga kursi lain itu. Karena, saat kita makan, selalu ada yang ikut makan. Jadi, walaupun makannya cuma bertiga, tapi Ibu gue selalu nyiapin piring sama peralatan makannya sebanyak enam pasang.

Gue udah lama tinggal dirumah ini. Dan gue tentunya udah sering ngalamin sesuatu hal yang bagi sebagian orang menakutkan. Tapi menurut keluarga gue, itu hal biasa. Ya, karena hampir tiap hari nemuin hal kayak gitu. Walaupun gue dan keluarga gue udah sering diganggu sama yang namanya hantu, tapi kami gak pernah kepikiran buat pindah rumah. Toh, di semua rumah juga ada hantunya. Dan yang harus kalian tahu gue salah satu orang dari sekian banyak orang yang 'indigo'. Gue merasa nyaman dengan kelebihan gue yang bisa melihat hantu. Tapi di sisi lain juga gue kadang risih dengan kelebihan ini. Satu waktu gue pingin jadi manusia yang biasa, yang gak bisa lihat hantu.

Kami menikmati makanannya. Setelah selesai makan, masih ada suara dentingan sendok dan garpu. Yang gue yakini mereka yang sedang numpang makan dengan kami. Gue menghiraukan itu. Dan gue langsung kembali ke kamar untuk lanjutin nonton drama Korea kesukaan gue. Saat gue mau naik tangga, gue lihat ada yang berdiri di tangga pertama. Dia ngalangin jalan gue. Gue coba bentak dia, tapi dia sama sekali gak noleh sedikitpun ke gue. Alhasil gue terpaksa tubruk dia. Tapi, pas gue ngelewatin roh itu, gue ngerasa ada yang beda. Gue terus berjalan cepat.

***
Maaf pendek, baru prolog yah. Di tunggu kelanjutannya. Jangan lupa 🌟 nya yah.

wuuusshh  MIRACLE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang