BERTUMPU
Pintu kamar rawat dibuka dari luar, Kendra dan Anton masuk ke dalam bersama Satria. Kali ini mereka membawa buah-buahan karena tak ingin mendapat sindiran lagi dari Devian maupun Viona.
Mereka bertiga terpaku sesaat ketika melihat pemandangan baru dalam kamar rawat itu.
"Ada apa ini?," tanya Kendra berbisik.
Satu ranjang bertambah dalam kamar itu, Diden berbaring di atasnya dengan sebuah handuk di keningnya. Viona duduk sambil tidur di antara kedua ranjang itu, tangan kanan Viona menggenggam tangan kiri Diden, sementara tangan kirinya menggenggam tangan kanan Devian.
Anton mendekat pada Diden dan berusaha membangunkannya. Diden menggeliat perlahan karena masih merasa pusing, saat itulah ia menyadari jika jemarinya masih bertaut pada jemari Viona.
"Ekhm..., mau dilepas atau tetap begitu?," sindir Satria tajam.
Diden segera melepaskan tautan tangannya. Viona terbangun karena hentakan tangan Diden yang keras.
"Duh, biasa aja kali, nggak usah kasar juga lepasin tanganku! Sakit tahu!," omel Viona.
"Sory..., nggak sengaja," ujar Diden.
Devian terbangun, ia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.
"Kamu itu ngajak berantem ya??? Udah susah-susah diurusin pake kasar segala!!!," Viona emosi.
"Hei, dengar dulu Vi..., aku beneran nggak sengaja," ujar Diden.
"Vi..., Abang yang salah, Abang yang nyuruh Diden lepasin tangannya dari tanganmu," bela Satria terhadap Diden.
"Oh..., jadi kamu yang suruh dia! Kenapa? Mau balas dendam? Nggak usah lewat orang lain!!! Langsung kalau berani!!!," Viona mendorong tubuh Satria dengan keras.
Kendra meraih tangan Viona.
Plak!
Sebuah tamparan ringan mendarat di wajah Viona. Viona menatap tajam ke arah Kendra.
"Sadar Vi!!! Kamu salah paham!!! Emosi itu dikontrol!!! Jangan sembarangan diumbar!!!," bentak Kendra.
"Ken!!!," bentak Devian.
"Nggak usah belain dia Dev, dia lagi dalam posisi salah. Dia harus tahu kesalahannya!!!," balas Kendra.
Viona menyentakkan tangannya dari Ken.
"Nggak usah sok belain dia kalau nggak mau jadi musuhku seumur hidup," ancam Viona.
Diden hampir ambruk karena tak dapat menahan rasa pusing di kepalanya. Viona dengan cepat menangkap tubuh pria itu. Dev turun dari ranjang dan membantu Viona mengangkat tubuh Diden.
Anton menarik selimut dari atas ranjang agar Diden bisa di tempatkan di sana dengan nyaman.
"Biar kupanggil dokter," Satria keluar.
Viona kembali memeriksa suhu badan Diden.
"Demamnya makin tinggi," Viona panik.
"Kompres lagi," ujar Kendra.
"Air panasnya habis," Viona semakin panik.
"Sini biar kuambil ke asrama," Anton segera meraih termos dan berlari keluar.
Devian duduk di samping ranjang dan diam memperhatikan. Viona masih terlihat panik, Kendra menggantikannya memegang termometer.
"Harus dikasih infuse nggak ya?," tanya Viona.
"Biasanya gimana?," tanya Kendra.
"Nggak tahu! Kan aku bukan Dokter," jawab Viona.
"Ya apalagi aku dong..., mana kutahu," balas Kendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Sister
Teen FictionKenapa takdir tak membuatmu menjadi Kakakku? Kenapa Kakakku sendiri seperti orang asing? Kenapa??? - Devian Anggara - Aku memang nggak akan pernah berhenti untuk menyakiti mereka, meskipun mereka adalah adik kandungku!!! - Mia Andara - Kok bisa, adi...