Kireivin 2

45 6 4
                                    

____________________________________

Kirei yang sedari tadi masih memikirkan apa yang telah terjadi padanya di area balkon sekolah, masih terdiam. Ia masih membayangkan senyum manis si pria berkumis tipis sambil senyum senyum sendiri. Dan terus memaki dirinya , betapa bodohnya seorang Kireina Sasmita mengabaikan hal langka yang mungkin saja didamba semua wanita di kota Jakarta ini.

Tanpa ia sadari guru Matematika tersebut sudah memberikan tatapan sinis yang tertuju padanya. "Tak mendengarkan ibu Kireina Sasmita?"

____________________________________

Part 2

"De.. de.. dengar Bu. He" jawab Kirei asal. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang guru Matematika tadi katakan karena ia tak memperhatikannya. Dan alhasil Kirei hanya bisa menjawabnya dengan ragu.

"Dengar apa kamu? Ibu lihat dari tadi kamu sama sekali tidak memperhatikan Ibu. Sudah telat, tidak minta maaf, ditanya malah cengengesan lagi" ucap guru Matematika tersebut.

Kirei hanya bisa terdiam menyadari kesalahannya. Terlebih guru Matematika ini memang sangat posesif pada murid yang telat. Kirei tak bisa menjawab, ia takut, ia bingung harus bagaimana. Jalan terakhir hanyalah diam dan menuruti apa yang guru Killer ini mau.

"Ibu paling tidak suka pada siswa yang telat. Terlebih kamu tidak menghargai ibu dengan tidak memperhatikan apa yang ibu arahkan tadi. Sebagai hukumannya, sekarang kamu berdiri di lapangan upacara, posisi tangan hormat pada bendera sampai pelajaran Ibu berakhir" ucap si guru Killer dengan tatapan membunuhnya.

Tanpa pikir panjang, bergegaslah Kirei menuju lapangan upacara di depan kelasnya. Dan tak perlu menunggu waktu lama, ia telah menghadap tiang bendera dan menghormatinya.

Apalah daya seorang Kireina Sasmita yang menyadari kesalahannya. Tak ada kata bebas sebelum ia melakukan apa yang guru itu inginkan. Sebagai siswa yang bertanggung jawab, Kireina siap menjalani hukumannya dengan ikhlas.

Bel tanda istirahatpun akhirnya berbunyi. Kirei menarik nafasnya lega sesaat setelah mendengar bunyi bel tersebut. "Haduh.. akhirnya gue bebas juga" Segeralah ia bersiap siap untuk pergi ke kantin seperti biasanya.

Namun, seseorang menghentikan langkahnya dan menarik tangan Kirei sehingga ia langsung membalikan tubuhnya dan menghadap pada orang tersebut. Matanya tertuju pada tangan yang menggenggamnya lembut. Dan sesaat kemudian Kirei menatap wajah orang yang menariknya.

"Pria itu lagi" ucap Kirei dalam hati.

Senyum indah yang kembali terlukis di wajahnya saat itu juga membuat darah Kirei mendidih. Jantung Kirei mendadak bergedup dengan kencang. Tatapan matanya yang tajam membuat Kirei enggan untuk berkedip.

Namun tak lama kemudian mata Kirei mendadak berkedip sesaat setelah melihat tangan sosok pria berkumis tipis itu melambai - lambai di depan wajahnya.

"Hey , are you okay? Kayaknya kamu kecapean deh. Nih minum dulu" ucap pria itu sembari memberikan sebotol air mineral pada Kirei.

Seketika raut wajah Kirei menampakan rona merahnya. Namun tentu saja kali ini Kirei tidak akan menyianyiakan kesempatan untuk kedua kalinya. Segera saja Kirei menerima sebotol air mineral yang pria itu berikan. "Makasih" ucap Kirei dengan senyum manisnya.

Pria itu membalas senyuman Kirei dan menatapnya lekat "Yaudah gue cabut dulu ya ada urusan".

Langkah kaki pria itu berjalan dengan cepat meninggalkan Kirei yang masih terpaku menatapi kepergian sosok manis yang baru saja menghampirinya. "Dasar pria misterius"

"Untuk apa memberi bunga jika kau tahu bunga akan layu tanpa adanya air"

TBC
.
.
.
.
.

I hope you like it 😊
Ig @aisyaidan1909

KireivinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang