Bab 2

92 6 0
                                    

Kamu special, dan aku harap kaupun menganggapku begitu.

Bel istirahat dibunyikan, semua murid yang berada di dalam ruangan berhamburan keluar, ada yang menuju kantin, ada pula yang lebih memilih belajar di koridor ruang ujian.
Namun berbeda dengan Raya, dia memilih tetap berada didalam ruangan, berharap agar Fero keluar menuju kantin. Namun sialnya, harapan Raya pupus. Fero juga lebih memilih di dalam kelas dan menatap wajah Raya yang terlihat sedang jengkel.

" yaudah sih biasa aja natep guenya, gak usah sambil melotot gitu. Gak kedip pula, udah kek chucky tau gak. "
Fero tak menjawab omelan dari Raya. Yang ada dia malah menggeser bangkunya lebih dekat pada bangku Raya dari sebelumnya.
" gue gak mood ribut. Please lah! "
Tanpa berkata apa - apa Fero langsung keluar ruangan.
Tumben banget tuh anak sikapnya aneh. Sikapnya jutek bebek kek gitu lagi. Ih bukan idaman banget kek nya.
      Batin Raya, ntah mengapa dari awal kenal hingga sekarang, Fero selalu mencari masalah dengan Raya, jelas hal itu membuat Raya tak nyaman dengan sikap Fero. Berfikir untuk akur saja tak pernah, apalagi untuk pacaran dengan Fero.

***

Sudah 15 menit istirahat berlalu, namun Raya tetap menetapkan posisinya, yaitu 'berada di dalam ruangan' dengan bermalas - malasan
Tak lama kemudian, datang Raihan menghampiri bangku Raya
     " hei "
Raya tersentak kaget akan kedatangan raihan, dia nampak tidak pede lantaran sempat memasang muka yang melongo hingga terkesan sangat bloon dan menjijikan menurutnya. Namun Raya cepat - cepat mengubah ekspresinya itu dengan senyuman manis ciri khasnya
" eh, hei Raihan. Tumben, ada apa? "
" mau nanya sesuatu tentang lo "
" gue? "
" tepatnya, lo dan dia " dengan nada halus, alis diangkat sebelah, dan tersenyum miring, Raihan mengucapkan kata - kata itu dengan kalem-nya.

Deg...
Kebingungan Raya seketika berubah menjadi penasaran dan jantung serasa marathon, dia mengulang kesalahannya lagi yaitu memasang tampang melongo yang terkesan bloon dan menjijikan
      " gue? Dia? Kenapa? "
      Jelas Raihan menahan tawa dengan menutup mulutnya dengan kedua tangan karena melihat ekspresi dari Raya, bukannya Raihan menjauh atau jijik, tapi Raihan malah menganggap Raya masih seperti anak kecil, lucu dan menggemaskan. Rasanya sudah menjadi favorit Raihan melihat ekspresi Raya yang nampak melongo itu
      " iya, gue denger gosip dari anak - anak. Katanya lo jadian sama musuh berat lo si Fero? Gue ga langsung percaya sih, makanya gue tanyain langsung. Emang bener? "
      " hah? Kata siapa? Lah? Kok... "
      " udah kesebar luas beritanya Rayaaa "
      " kesebar luas? Serius, gue ga jadian sama si Fero. Boro - boro mikir jadian, mikir buat akur aja gue ga sanggup "
      " hahaha, yaudah. Cuma itu doang sih yang mau gue tanyain. Eh btw abis istirahat ini ujian pelajaran B. Indo ya? Gue belajar bareng lo ya Raya. Gue mau ambil buku paket sama buku catatan dulu di loker. Wait me "

      Kepergian Raihan meninggalkan usapan lembut di rambut Raya sembari mengedipkan sebelah matanya. Raya hanya bisa menatap pundak Raihan menjauh dari bangkunya. Entahlah apa yang harus Raya rasakan saat ini. Antara bingung, penasaran, bahagia, dan hati berbunga - bunga.

***

Fero Madias Sanjaya

      Entah kenapa, gue semakin hari pengen selalu ada di samping Raya. Pengen banget rasanya selalu ada di hidup dia, selalu jagain dia, liat senyumnya dia setiap saat, dan jadi prioritas buat dia. Tapi kayaknya ga mungkin Raya mikirin gue. Apalagi banyak cowok - cowok yang lebih dari gue. Tapi mau gimana lagi? Sumpah itu cewek bener - bener bikin gue...

       BRAK...
      Fero tersadar dari lamunannya ketika seorang wanita datang dan menggebrak meja kantin. Yap, dia adalah Tania Montana, lebih tepatnya sahabat Fero
      " lamun aja terus kerjaannya, kenapa sih kenapa? Cerita dooongg "
      " gue lagi mikirin Raya. Puas lo? "
      Entah apa yang harus Tania rasakan saat ini. Dadanya terasa sesak. Namun apapun yang di pilih oleh Fero, Tania harus tetap mendukung dan membantunya sekalipun itu membuatnya sakit
       " Raya? Lu pan musuhan gimana sih. Kalo suka ya tinggal deketin. Tampang kaya lo mah pasti digemari sama orang kek Raya "
       " jangan berlebihan ngomongnya. Dia itu bukan cewek biasa. Dia bikin gue penasaran terus tentang dirinya. Jujur aja gue makin hari makin berharap jadi prioritas dia. Dia ga gampang buat di dapetin "
      " yaudah, maka dari itu lu jangan jutek ke dia lah. Apalagi sampe php-in dia "
      " kok ke php - php sih? Yaudah jadi sekarang apa yang harus gue lakuin? "
      " beliin dia minum "  " udah ah, gw cabut "

      Kok aneh sih, tumben amat dia begitu. Biasanya juga nyablak banget kalo ngomong, sekarang lagi kena kemat siapa sampe sebegitu diem + juteknya
       Ucap batin Fero

***

      Gue harus ngomong apa? Harus gimana? Kalo Raya ga terima minuman dari gue, gue harus lakuin apa?

      Fero nampak begitu bingung, dia terlihat ragu - ragu untuk masuk ke dalam ruangan. Tak aneh memang, karna dia baru pertama kali bersikap seperti ini kepada Raya. Dia hampir putus asa hanya karna nerveous menghadapi Raya dengan sikap yang berbanding terbalik dengan biasanya. Apalagi harus memberikan minum

      Cklek...
      Pemandangan pertama yang Fero lihat adalah 'Raya tak sendirian'. Dia bersama seorang lelaki. Raihan.
      Dengan menggenggam minuman botol dengan kuat, melangkahkan kaki dengan keras, dan mengepal tangan sebelah kirinya
      BRAK...
      Fero menggebrak meja dengan sekuat tenaga
      " ga seharusnya lo duduk disini! "
      Sebenarnya, Fero sudah tau dari awal bahwa Raya menyukai Raihan. Namun selama ini dia hanya berpura - pura tidak tau dan tidak perduli semua yang berkaitan dengan Raya. Tetapi perasaan, tetaplah perasaan
      " bukan lo doang yang duduk disini. Ada Raya, gue cuma mau belajar bareng sama dia. Kalo lo cemburu bilang. Gue pergi sekarang "
      Kekesalan nampak di wajah Raihan, namun dia tidak ingin memperpanjang masalah. Apalagi sampai adu jotos, karna menurutnya sangat tidak pantas adu jotos di depan Raya
      Lagi dan lagi, Raya hanya bisa diam dan menatap bahu Raihan menjauh dari bangkunya. Perasaannya kacau, hancur, dan tak karuan.

       Ini semua gara - gara Fero
      " gue gatau apa yang bisa ngebuat lo bersifat kasar sama si Raihan. Gue ga pernah ngusik hidup lo apalagi sampe ikut campur sama kehidupan lo. Gue emang nyebelin, tapi gue ga pernah sama sekali komen apa - apa tentang kehidupan lo, keluarga lo, dan sifat lo. STOP Fero. Sifat kasar lo bakal berbalik ngehancurin diri lo sendiri ! Please change for your self ! "
      " lo suka Raihan "  " gue tau itu "
      " ya terus apa !? "
      Fero tak menjawab amukkan Raya karna bel masuk sudah berbunyi. Dia lebih memilih diam tak berkata sambil mengerjakan so'al ujian
      Sementara Raya, perasaannya tak karuan. Hari ini dia selalu dibuat kesal oleh Fero. Hatinya sangat ingin bertanya kepada Fero 'kenapa?' Namun dia masih belum berani untuk menanyakan semuanya kepada Fero
     

Aku, kamu, dan jarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang