Bab 3 : Mulai Baper...

81 8 1
                                    

Ketika takdir sudah ditentukan, apa yang bisa kita lakukan?

Raya kini telah pulang, dia menggantungkan tasnya di belakang pintu lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

Salah gak sih gue udah marah - marah gitu sama Fero. Ah Tai. Raya berbicara pada dirimya sendiri. Seketika handphone Raya berdering. Ada line masuk.

Mak Dewi❤️ : Eh lu, sini turun ke bawah

"Eh buset mak gue"

Feraya : Ya

Segeralah Raya turun ke bawah menemui mamah, papah, dan kakakNya
Dia tak tahu ada apa dia dipanggil. Karna sangat jarang mereka berkumpul. Mamah, papah, dan kakakNya sangat sibuk sekali. Terkadang dia di rumah hanya bersama bi Imah.

"Ada apa Ma? Pah?"

"Jadi gini. Ehm. Duh gimana ya pah ngomongnya? Papah aja deh yang ngomong"

"Raya. Papah ada rencana sama temen papah. Tapi kamu harus setuju dengan rencana itu, karna ini menyangkut kamu"

Jelas Raya bingung sendiri dengan perkataan Papahnya. Dia mulai duduk di sofa samping kakaknya. "Duh langsung intinya aja pah"

"Papah mau jodohin kamu sama anak temen papah"

"LAH!? Kok gitu? Kenapa harus aku? Kenapa gak kak Lana aja yang dijodohin? "

Mulai ada rasa tak tenang yang berlalu-lalang di hati Raya. Dia mulai merasa tak nyaman berada di kumpulan ini.

"Lah kok gue di bawa - bawa? Lagian anaknya temen papah itu cowok. Yakali gue nikah sama cowok, gamau gue. Gini - gini juga gue masih 100% waras"

"Eh dia satu sekolah sama lu. Mamah yakin lu gak bakal kecewa dah. Dia ganteng kok tenang aja yaelah. Sekaligus bisa jagain lu juga. Namanya Fero. Fero Madias Sanjaya"

Raya tak menyadari ada cairan hangat yang membasahi pipinya yang mulus. Dia berdiri dari sofa dan berlari menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar Lana, kakaknya.

Gue lagi, gue lagi, gue lagi. Dia lagi, dia lagi, dia lagi.

***

Kejadian siang tadi membuat Raya tertidur. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 19.48 tak terasa Raya tertidur sangat lama.
Sontak Raya melihat handphoneNya ada notif 17 line dari Fero.

18.44
Kutil biawak : Lo dimana?
Kutil biawak : molor ya? Bangun bego
Kutil biawak : gue jam 8 malem ke rumah lu

19.03
Kutil biawak : xianjier. Bangun
Kutil biawak : siap - siap mandi, pake baju yang bagus'an dikit

19.40
Kutil biawak : OTW!

" Tai. Dia ke rumah gue ngapain coba?"

Raya diam sejenak, melihat sekeliling dengan tampang bloon.

Bego. Ngapain gue diem. Raya meloncat sambil setengah berlari. Dia menuju kamar mandi dan membuka lemarinya. Kini Raya tampak memakai celana jeans panjang berwarna navy dan baju rajut panjang berwarna maroon. Tak lupa dia memberi sedikit riasab make up.

Aneh. Gue padahal cuma kedatangan si Fero, bukan anggota 1D. Ngapain gue jadi serba repot gini? Padahal tadi siang gue marah - marah ke Fero.

Jantung Raya berdebar. Apakah ini yang dinamakan...

Kling...

Kutil badak : i'm here. Depan rumah lu

Feraya : anjir🖕🏻

Raya menuruni anak tangga yang biasanya satu persatu, kini dua perdua (wtf:v).
Mungkin karna baru kali ini ada seseorang lelaki yang berkunjung ke rumahnya, jadi Raya sempat tak menyangka dan kaget juga pastinya.

Kreeoottt... bunyi pintu yang dibuka. Jantung Raya benar - benar sedang lari marathon saat ini.

"Hai" Sapa Fero kepada Raya

" eh? Ehm. Iya, hai " Bibir Raya tersenyum lepas saat itu. Jarang - jarang Raya seperti ini kepada Fero.

"Buat lo. Kalo ga suka buang aja" Sembari menyodorkan sebuah bouquet bunga mawar kepada Raya.

"Makasih. Masuk, ada papah sama mamah di dalem. Kak Lana lagi pergi sama pacarnya" Raya tersenyum tipis kesannya seperti gadis ngenes.

"Itu kode mau diajak jalan juga apa gimana?"

Raya tak menjawab. Ia balik badan dan langsung mengambil posisi duduk di sofa hitam yang ada di ruang tamuNya. Disana sudah ada Mamah, dan papahNya.

"Assalamu'alaikum om, tante" Dengan perilaku yang sopan, Fero menyalimi Mamah dan Papah Raya.

"Heh, kok tante sih. Mamah dong, kalian kan selesai ujian mau tunangan. Hehe"

"Ih mah, kebelet amat sih" Tegur Sucipto, Ayah Raya.

"Selesai ujian? Tunangan?"

Raya dan Fero saling berpandangan tak percaya. Disatu sisi dengan muka datar, Fero menaik - turunkan alisnya yang cukup dibilang tebal.
Raya sangat kikuk dihadapan Fero saat itu.

Sadar dengan keadaan yang sedikit canggung, Fero langsung buka mulut.

"Yaudah. Mah, pah, Fero mau keluar dulu sama Raya. Tenang aja, Fero pastiin Raya sebelum jam 10 malem udah ada di rumah"

"Hati-hati nak Fero. Bawa oleh-oleh ya buat mamah. Hehe"

***

Ps : Author lagi mood up :v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, kamu, dan jarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang