BAB 3 - Kadang kala rasa cinta mampu melunturkan rasa curiga

55 3 0
                                    

Kadang kala rasa cinta mampu melunturkan rasa curiga tetapi rasa cinta tidak akan mampu melunturkan rasa cemburu 

Minggu pagi, tujuh hari sejak putusnya Elvina dan Indra, Elvina memilih untuk berusaha melupakan semuanya walau teramat sangat berat. Tetapi hidup harus terus berjalan, karena kehidupan tidak hanya melulu memikirkan cinta. Pagi itu Elvina sudah bangun, car free day menjadi tujuannya. Pagi ini Elvina sudah siap untuk olah raga pagi, jogging pants warna abu-abu dengan kombinasi bercak warna pink membuat Elvina terlihat lebih fresh. Apalagi kaos bola putih berlogo 'Persib' yang sedikit kedodoran membuatnya terlihat sederhana tetapi memukau. Wajahnya bersinar cerah, senyumnya merekah menyongsong matahari pagi.

Langkah kaki Elvina terhenti ketika baru saja melewati pagar rumahnya yang sederhana. Di hadapannya, di jalan depan rumahnya, Elvina berhenti, dia kaget, sebuah mobil warna hitam sudah menunggunya. Yang membuat kaget bukan mobil hitam itu, tetapi tulisan dengan cat semport ala kadarnya yang membentang sepanjang badan mobil.

"El... aku sayang kamu..."

Begitulah kata Indra sembari membaca tulisan di badan mobilnya. Elvina tersenyum simpul, tidak percaya dengan apa yang dia lihat pagi ini. Hatinya berbunga-bunga bahagia, luka hatinya seketika memudar berganti bahagia. Indra pagi itu sudah menunggu Elvina di depan rumahnya, dia meminta maaf pada Elvina.

"Aku bener-bener minta maaf, aku nggak serius kok sama...."

"Udah, nggak usah di bahas lagi!" Elvina pura-pura merajuk, dia hendak meninggalkan Indra dan mobilnya.

"El, aku minta maaf sama kamu, aku sayang sama kamu, kamu tuh segalanya buat aku El... tanpa kamu aku bisa apa? El? Please maafin aku ya!?" Indra setengah merengek.

Elvina seolah tidak peduli, dia berlari kecil, memulai olah raganya pagi ini. Indra tidak mau membuang kesempatan, dia ikut berlari pagi itu, mengejar Elvina. Elvina sebenarnya bahagia ketika Indra mau kembali padanya, tetapi kali ini dia merasa Indra hasus diberikan sebuah ujian kecil, Indra tidak bisa segampang itu meminta maaf, walau Elvina sudah memaafkannya. Satu hal yang dilakukan Elvina kali ini hanyalah sok cuek, dia seolah tidak peduli dengan Indra, Elvina masih memasang muka jutek dan raut cemberut. Elvina bisa menyembunyikan kebahagian di hatinya.

"Nggak segampang itu Ndra!?" kata Elvina sambil berlari kecil.

"Apapun aku lakuin deh demi kamu! Tapi janji, maafin aku ya!?" sahut Indra yang sudah mulai ngos-ngosan tak mampu mengimbangi nafas Elvina yang lebih panjang.

"Aku bisa saja melupakan semua yang sudah kamu lakukan ke aku, aku bisa saja memaafkan kesalahaan yang sudah kamu buat, tetapi kamu harus mengerti, melupakan tidak semudah memaafkan," kata Elvina memberikan sebuah alasan.

Indra mencoba senyum, dia masih berlari, mengimbangi Elvina yang masih terus berlari menuju jalanan utama yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya itu. Tujuan Elvina tetap pada niat semula, car free day, kesanalah dia berlari. Pagi itu Elvina belum memberikan senyuman yang ikhlas pada Indra. Masih butuh beberapa saat lagi, hingga dia benar-benar bisa memaafkan dan melupakan semua yang sudah terjadi beberapa hari yang lampau. Elvina mempercepat larinya, dia meninggalkan Indra cukup jauh di belakangnya. Elvina fokus menatap ke depan, tujuannya masih cukup jauh, masih harus berebelok ke kanan, menyebrang kearah timur, barulah sampai pada jalan utama, di mana car free day selalu digelar setiap Minggu pagi.

"CIIIT! BRAK!"

Suara rem mobil mendadak dan suara benturan keras itu membuat Elvina tersentak kaget dan panik. Dia yang baru saja menyebrang jalan langsung menoleh kearah belakang. Sebuah mobil berhenti, sudah miring dengan roda kiri naik ke trotoar jalan. Elvina mencari-cari Indra, Indra tidak terlihat.

"Ndra?? Indra!?? Indra!??"

Elvina tercekat, dia melihat beberapa orang sudah berhamburan ke arah depan mobil yang kecelakaan itu, mereka mengerubuti Indra. Elvina langsung berlari kearah Indra yang tertabrak mobil. Rasa panik membuat Elvina tidak mampu mengendalikan rasa sedih dan bersalahnya.

"Indra??" kata Elvina menyeruak diantara orang-orang yang mengerubuti Indra.

Elvina bernapas lega, Indra ternyata baik-baik saja, hanya lengan kirinya yang mengalami luka kecil karena terjatuh ke aspal.

Indra panik, cariin handphone-nya yang hilang. Suasana menjadi gaduh, pengemudi menyalahkan Indra yang tidak melihat ke jalan karena mainan handphone. Elvina jelas membela Indra, bagaimapun mobil yang salah menabrak pejalan kaki. Elvina langsung menghentikan taksi, dia membawa Indra kerumah sakit. Walau Indra menolaknya.

"Kita harus ke rumah sakit Ndra, takutnya ada patah tulang, luka dalam. Kamu harus diperiksa!" Elvina memaksa.

Mau tidak mau Indra harus mau karena Elvina memaksanya. Tetapi Indra masih mencari handphone nya yang tadi sempat terjatuh.

"Bentar El, handphone-ku satunya jatuh ke mana ya??" Indra masih terus mencari handphone-nya, seolah tidak peduli dengan luka di lengan kiri dan rasa sakit di tubuhnya.

Seorang warga kemudian menemukan handphone Indra di bawah mobil yang menabraknya. Indra bersyukur handphone-nya tidak apa-apa. Indra bernafas lega setelah menemukan handphone miliknya yang tadi sempat hilang. Indra buru-buru mengantongi kedua handphone-nya. Dia kemudian pamit dan berterimakasih pada warga yang tadi membantunya, atau setidaknya melihat dirinya yang sempat terjatuh di jalanan karena insiden kecil itu.

Elvina sempat kesal, "dalam keadaan begini handphone terus yang di urusin. Kamu itu habis ketabrak mobil Ndra!?"

"Cuman kesrempet dikit, nggak ketabrak!" kata Indra menenangkan Elvina yang terlihat begitu cemas.

"Ayuk buruan naik," kata Elvina yang sudah membuka pintu taksi.

Indra merajuk, "nggak mau,"

"Ndra!? Please dong! Kamu itu terluka!?"

"Nggak mau ke rumah sakit sebelum kamu maafin aku," kata Indra mengancam.

"Oke, oke, tanpa kamu minta aku sudah maafin kamu... puas?"

"Nggak tulus ah!"

"Indra!!?? Aku serius! Aku tulus! Aku ikhlas! Aku maafin kamu," kata Elvina dengan senyum yang mengembang.

"Oke, kita ke rumah sakit, tapi sebaiknya pakai mobilku aja, kan tadi aku parkir di pinggir jalan dekat rumahmu?" Indra mencoba pengertian Elvina.

"Ndra? Kamu kan sedang terluka? Masih mikirin mobil? Masih mikirin handphone?"

"El, ini tuh cuman luka gores, memar juga enggak!?"

"Siapa tau luka dalam? Kalau gegar otak gimana? Kalau ada tulang kamu yang patah gimana?" Elvina terlihat begitu mencemaskan Indra.

"Kita balik arah dulu, ke jalan Semanggi no 7," kata Indra menyebutkan alamat rumah Elvina.

Elvina hanya bisa mengalah dengan keputusan Indra, Indra tersenyum, kemudian dia masuk ke dalam taksi, Elvina juga buru-buru masuk. Dia memperhatikan lengan indra yang sedikit terluka. Perawatan pertama dia lakukan seadanya dan sebisanya sebelum sampai di rumah sakit.

Pemilik mobil terlihat kesal dengan insiden itu, tetapi lelaki paruh baya itu juga bersyukur dia tidak dituntut apa-apa oleh Indra dan Elvina. Suasana yang gaduh lambat laun menjadi sepi setelah Elvina dan Indra pergi, satu-persatu melanjutkan rutinitas dan aktifitas masing-masing.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perempuan Yang Terluka HatinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang