Kicau burung gereja itu menyita perhatian Thomas. Disuatu pagi yang cerah, tertatih ia langkahkan kaki dengan bantuan sebuah tongkat. Langkah kaki kiri sudah mulai beradaptasi dengan kaki palsunya.
Dihirupnya segar udara pagi, dihembusnya perlahan, seakan mencoba memahami kisah pagi dari alam.
Hikmatnya terhentak, manakala suara klakson mobil terdengar. Refleks Thomas mencari arah darimana datangnya suara. Tiba-tiba saja,
''Hai bro.... ha ha ha... ,'' berhamburan keluar dari pintu mobil Suzuki Swift, Glenn, Dany dan Abdul.
Ketiga sahabatnya sudah berada di depannya pada pagi yang cerah ini. Dan tiba-tiba saja perasaan aneh menguasai dirinya, berusaha untuk berontak.
Ada rasa rindu, rasa kehilangan yang ia tak mengerti. Rasa ditinggalkan, seribu rasa yang pagi ini tiba-tiba saja memenuhi ruang kepala dan memukul ruang jantungnya untuk berdenyut lebih cepat lagi.
Terperangah, Thomas melongo melihat ketiga sahabatnya yang berebutan memeluk dirinya.
Perasaan rindu yang aneh kini menyelinap menguasai dirinya. Dengan refleks Thomas pun mengembangkan tangannya, mencoba merangkul ketiga sahabat karibnya. Ajaib, hanya dengan kedua tangannya ia mampu memeluk Glenn, Dany dan Abdul.
Mereka berpelukan, mencium kepala mereka secara bergantian, bertepuk bahu tak habis-habisnya. Seakan lama mereka tak pernah bersua. Mata mereka bersinar dan penuh genangan air mata kerinduan.
Ah, rangkulan tangan mereka demikian magis. Sesuatu yang telah lama mereka tunggu. Apa yang terjadi pada Thomas? Kemanakah Glenn, Abdul dan Dany selama ini?
Aneh, tak satu pun diantara empat sahabat ini yang berani memulai bertanya, seakan mereka tau bahwa waktu sangatlah berharga daripada hanya bertanya.
Kegembiraan yang mereka alami pagi ini bagai anak kecil yang mendapat hadiah permen.
Tiba-tiba Glenn memberi komando,''Yuk, pergi ke tempat mojok kita!''
Mereka berempat pun lari ke mobil. Tanpa sadar Thomas pun ikut berlari, tak sadar dengan kaki palsu dan tongkatnya.
''Alag, lo gak perlu yang kayak gini,'' ganggu Dany. Diambilnya tongkat Thomas dan disandarkan dekat pagar rumah.
Thomas menurut saja sambil berlari menuju mobil Glenn.
Tak ada rasa sakit pada kakinya. Bahkan ngilu sekitar otot leher dan bahu, hilang. Menakjubkan!
Sepanjang perjalanan, lagi-lagi mereka bernyanyi lagu favorit mereka yang diputar lewat CD, ''When I hold you'' dari The Parakit.Bergantian mereka berbagi bait lyrics,seperti biasanya.
Kata Glenn, '' lo bait pertama Thomas, ayo!''
Dengan semangat Thomas menyanyi,
They say
It's a crazy life
Full of magic, fantastic
Abdul menyambar,
They see
Me around the world
Me smiling
Me laughing
Dany menyambung dengan merdu,
They're right
I am a lucky man
I was chosen
For heaven
Masuk refrein, mereka bernyanyi bersama-sama. Belum pernah keempat sahabat ini bahagia seperti ini, belum pernah.
Kompak sekali mereka bernyanyi. Perjalanan sangat menyenangkan, Thomas merasa mereka seperti terbang. Mobil Glenn melaju demikian halus dan baru kali ini Thomas merasakan hatinya begitu bahagia karena melihat kembali sahabat karibnya.
Tak lama, ruang pojok, Kafe tua di seberang jembatan yang selalu penuh dengan pengunjungnya, kini tersedia empat kursi untuk mereka. They're lucky!
Mereka memesan kopi kesukaan mereka ''caffe latte.''
Sedikitpun Thomas tak mendapat kesempatan untuk bertanya, padahal di kepalanya demikian banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Glenn, Abdul atau Dany. Tetapi saat itu, waktu demikian berharga untuk dilewatkan hanya untuk sebuah pertanyaan.
Seseorang memutar lagu When I hold you kembali lewat Jukebox. Suasana semakin ramai oleh karena setiap orang bernyanyi sambil menggerakan tangannya ke udara. Lampu disco Kafe bersinar warna-warni, ikut bernyanyi.
Waktu terbang demikian cepat, senja merayap perlahan memeluk malam. Keempat sahabat melangkah menuju mobil mereka. Sayup-sayup lagu favorit mereka masih juga berkumandang.
''Aku malas pulang sepertinya,'' ucap Dany.
''Tapi, kita harus pulang,'' tambah Abdul serius.
''Kita beruntung bisa jumpa, walau hanya sekejap,'' Glenn menambahkan.
Pertemuan selalu berpasangan dengan perpisahan. Tiba-tiba saja mereka tak ingin berpisah lagi. Namun, mereka harus berpisah. Pulang ke rumah mereka masing-masing.
Mereka memutuskan bersama mengantar Thomas pulang ke rumahnya.
Senja hampir saja tenggelam, tinggalkan semburat merah, kuning dan jingga. Kepak burung gagak mencari sarang adalah yang terakhir. Mereka berpamitan, kembali berpelukan, kali ini pelukan mereka demikian erat, seakan mereka tak rela berpisah lagi.
''Jangan lupa tongkat lo,'' Dany berbisik.
''Hei, kapan kita ketemu lagi nih?'' tanya Thomas.
Ketiga sahabat menjawab dengan senyuman yang penuh arti.
Di bawah terang lampu pinggir jalan, sekali lagi ketiga sahabat melambaikan tangan mereka kepada Thomas. Berpisah.
Mobil Glenn melesat dengan cepat, menghilang di tingkungan, lenyap ditelan senja. Tinggal Thomas masih melambaikan tangannya.
Sharon dan Gert yang sedari pagi cemas mencari Thomas, terperangah menyaksikan putranya yang sedang terpaku melambaikan tangan, entah kepada siapa?
Sedih yang begitu dalam tiba-tiba menyerang Thomas. Masih tak percaya pertemuan kembali dengan sahabatnya. Perlahan, rasa sedih merayap memenuhi daya ingatnya yang baru saja kembali lagi. Perih di dada, perih pula pada mata.Maaf yah kalau semakin ga jelas
@shintiaputri13
Ig : @shin_13jul