Colouring Sky

Berteman Hujan

Katakan pada hujan untuk diam.
Jangan berbisik pada angin.
Hingga menjadikan burung mendengar kabarnya.

Sssttt, ini rahasia.
Antara aku dan hujan.
Dimana aku menyimpan luka seorangan.

Ya, tiada kawan.
Kawanku adalah hujan dan kesepian.
Tersudut dalam ruang maya.
Menarik diri dari kicau manusia.

Mereka berisik!
Kata bak pedang menusuk uluh hati.
Mata memicing menatap sinis.

Aku bukan makhluk hina.
Bukan pula sampah yang tiada guna.
Nilai aku dari goresan yang kutoreh.
Bukan sampul sederhanaku.

Hujan terima apa adanya.
Mengguyur tanpa tendeng aling.
Tanpa pilih siapa sasarannya.

Hujan tak pandang bulu.
Membasahi dimana saja.
Meski banjir menggenang.
Ketika inginnya meluruh tangis, maka basahlah tanah itu

Cukupkan dalam diam, hujan.
Jangan katakan pada dedaunan yang kau basahi.
Bahwa luka masih mengangah.

Ssssttt, ini rahasia.
Antara aku dan hujan.

Nyaringkan suaramu, samarkan tangisku.

Kawanku ya, hujan.

Jangan biarkan sepi menebas nurani
Hingga menerbitkan keinginan menuju mati.
Hanguskan surga yang menanti.
Lalu pecahlah tangis mereka yang mengakui.

Akalku masih menempati singgahsananya.
Hatiku berjaga.
Menahan diri.
Mencegah kata bunuh diri.

Datanglah seharian, hujan.
Basahi tanah dan rerumputan.
Segarkan udara sekitar.
Tenangkan jiwa yang penuh kerapuhan.

Kawanku, ya hujan.

Tertatih melangkah.
Tak mampu berlari atau berdiam diri.
Meski tak tahu arah pasti.
Mencoba terus tapaki.
Melalui jalan yang ada.
Kadang kita tersesat.
Terjerumus pada jalan gelap nan sunyi.
Mencekam, menekan, suarakan kehampaan.

Biarlah terus melangkah.
Suatu proses harus dilalui.
Pastikan jalan itu berujung.
Entah di muara sungai jernih.
Puncak gunung berselimut awan.
Atau samudra biru di garis cakrawala.

Indahnya tak terkira.
Suatu saat nanti.
Binar kita menggenang di pelupuk mata.

Tenang, ya hujan.
Tetap temani kerapuhanku.
Tetap jadi teman setia dukaku.
Karena engkau adalah penghiburanku.

Sssttt, ini rahasia.
Antara aku dan hujan.
Tentang gejolak rasa.