Awalnya Daniel tidak tau apa yang lebih gila dari acara pernyataan cinta Jaehwan di lapangan utama kampus tanpa adanya masa pendekatan lebih dulu atau Hyunbin yang berpacaran dengan kakak tingkat turunan macan.
Tapi sekarang dia tau bahwa hal yang dilakukannya saat ini mengalahkan kegilaan dua temannya itu. Hal tergila yang pernah Kang Daniel lakukan seumur hidupnya.
Hari
Kelas aku full banget hari ini, Dan. Jam 4 sore baru kelar. Udah gitu aku mau ngumpul himpunan dulu, kayaknya jam 7 beres. Itupun kalo Jonghyun lagi gak brengsek. Maaf ya, Dan 😭😭
Daniel menghembuskan napasnya. Baru kali ini dia lega karena kesibukan pacar manisnya itu.
Hari
Its okay, love❤️. Masih banyak waktu buat kita gunain berdua. Hm, aku juga minta maaf karena gak bisa jemput kamu. Ibu minta aku pulang ke Busan bentar, kangen katanya. Gak apa-apa, kan?
Yappppp! Pas ada waktu kita cuman harus berdua aja! Gak boleh ada yang lain! 😏. Gakpapa! Aku bisa naik bus kok. Kamu pasti kangen ibu kamu juga kan? Sampain salam aku ke ibu kamu ya, Dan.
Apapun buat kamu, Matahariku. Pasti aku salamin ke ibu dan aku yakin ibu bakalan seneng dapet salam dari menantunya yang manis ㅋㅋㅋ. Oke, hati-hati di perjalanan pulang kamu sayang. Jangan sampai lupa sama perut kamu yang harus diisi ya❤️
Ish, menantu apa sih! Iya, kamu juga jangan lupa makan, Dan😚
Daniel tersenyum. Gemas pada pacarnya yang semakin hari semakin menggemaskan saja.
"Daniel?"
Kepala Daniel mendongak. Seorang wanita paruh baya tersenyum ke arahnya. Dengan dua kantung yang Daniel tebak isinya keperluan dapur di kedua tangannya.
"Selamat siang, Ibu." Daniel membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Menyimpan ponselnya di saku celana dan berjalan mendekati wanita itu. "Biar saya bantu, Bu." Dua kantung itu kini berada di tangan Daniel.
"Ah, terima kasih, Nak." Wanita paruh baya itu membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Daniel untuk masuk.
Tak ada yang berubah dari rumah ini sejak terakhir kali Daniel berkunjung; sekitar 8 bulan yang lalu. Sofa dan meja yang diletakan di tengah ruangan. Lemari-lemari kaca yang diisi dengan foto-foto anggota keluarga, berbagai piagam penghargaan juga piala yang didapat anggota keluarga disusun dengan rapi. Di dinding juga ada foto resmi keluarga yang dicetak besar.
"Duduk saja dulu, Nak. Aku akan membawa minuman dan makanan ringan untukmu."
Daniel mengangguk. Namun bukannya duduk, pria itu malah melihat-lihat lemari kaca. Tertawa karena melihat foto yang lucu dan mendecak kagum karena penghargaan yang berhasil diraih.
"Kenapa tidak duduk, Nak?"
Badan Daniel menegang seperkian detik. Tangannya menggaruk tengkuknya, canggung.
"Ah, aku sedang melihat-lihat isi lemari." Daniel mendudukkan pantatnya di sofa depan wanita yang dipanggilnya ibu. "Ayah masih hebat ya, Bu."
Ibu terkekeh. "Ah, lelaki itu. Sudah tua tapi kecintaannya pada taekwondo tak pernah padam. Rela tak pergi ke kantor karena harus menjadi juri dalam pertandingan padahal hari itu dia harus menghadiri rapat, membuat sekretarisnya pusing."
Daniel tertawa kecil. Ternyata tak peduli berapa tuanya dirimu jika sudah mencintai sesuatu pasti akan selalu diutamakan.
"Ngomong-ngomong, kamu ke sini sendiri, Nak? Anakku tak berbicara padaku jika kamu akan berkunjung."