Happy fasting! Selamat berpuasa ya buat temen2 muslim semuanya~
Lebaran sebentar lagi yay!Baca sampai selesai yaaa~
.
Enjoy hasil nonton akang shahrukh khan dan teteh kajol beberapa hari ini ya~
.
Minhyun baru kembali dengan membawa dua cangkir berisi coklat hangat dan teh ketika Seongwu meletakkan ponsel berlogo apel digigitnya ke atas meja dengan kasar. Pria Ong itu menghela napas kasar sebelum menelusupkan kepalanya di atas tangannya yang terlipat di meja.
"Ada apa? Siapa yang menelpon?" Tanya Minhyun lembut seraya meletakkan coklat hangat di depan Seongwu.
"Jisung hyung."
Minhyun yang baru menyeruput teh nya melirik Seongwu. "Kenapa? Deadline?"
Seongwu meletakkan dagunya di atas lipatan tangan sebelum menggeleng dengan hinggu andalannya. "Tentang book signing itu."
"Oh. Yaudah, ikutin aja apa kata Jisung hyung. Tak ada salahnya kan."
"Gak mau."
"Kenapa?"
Seongwu menegakkan badannya. "Gimana kalau orang-orang gak suka aku? Maksudnya, gimana kalau aku jauh dari ekspetasi mereka?"
Tiga detik Minhyun mencerna perkataan Seongwu sebelum pria Hwang itu mensentil kening Seongwu. "Apaan sih? Emang kamu kenapa? Yang mereka suka kan tulisan kamu kenapa harus repot-repot ngurusin kamunya."
"Ya tapi kan—"
Minhyun mendecak lalu memotong perkataan Seongwu. "Bukan itu kan yang kamu khawatirin sebenernya? Apa? Cerita sini."
Seongwu terdiam beberapa detik sebelum menaruh kepalanya di atas meja dengan dahinya yang menyentuh permukaan meja.
"Gimana kalo gak ada yang dateng? Terus perusahaan rugi dan buku ku yang selanjutnya gagal terbit karena harus gantiin kerugian itu."
Minhyun terdiam. Menatap Seongwu dengan datar.
"Buku mu itu best seller loh, Wu. Best seller." Tekan Minhyun. "Banyak orang yang beli artinya gak mungkin juga gak bakal ada yang gak datang. Lagipula book signing itu juga keinginan para pembaca kan?"
Seongwu mengangguk.
"Nah. Kalau misalnya mereka gak dateng udah kamu stop aja. Gak usah nulis. Kerja di cafe aja sana. Nemenin Jaehwan, kasian dia jadi orang ketiga terus."
Seongwu menatap Minhyun horor lalu menggeleng kuat. "Gak mau!"
Minhyun tersenyum miring lalu menyeruput teh nya. Membiarkan Seongwu mengerang frustasi.
Minhyun dan Seongwu sudah berteman hampir dua belas tahun. Waktu yang cukup untuk mengenal segala sesuatu tentang Seongwu. Sifat, sikap, apa yang sedang dipikirkan oleh Seongwu dan tentu saja masa lalunya.
Seongwu awalnya bekerja di cafe kecil milik Minhyun, bersama Jaehwan, dua sosis Park dan Jonghyun. Tapi satu tahun yang lalu pria itu memutuskan untuk mencoba mengirimkan tulisannya ke penerbit, hasil paksaan warga cafe yang lain juga. Dan hasilnya buku pertama Seongwu menjadi best seller.