Ray POV
Aku menepikan sepedaku di depan halaman rumah baruku. Dan menemukan ibu sedang merajut, duduk dengan nyaman dan teh, yang aku yakin adalah teh jasmin kesukaannya. Hingga aku menepuk pundak ibu halus dan memberi salam lalu mencium tangannya, barulah ibuku melepaskan sejenak alat rajutnya.
"Bu, serius banget? Aku datang sampai tidak dengar.." Aku berusaha mencairkan sedikit ketenggangan di raut wajah ibu. Aku senang itu berhasil, karena ibu tersenyum tipis ke arahku "Ray, kamu segera mandi ya! Antar ibu ke pasar. Ibu mau belanja. Tapi, kamu makan siang dulu ya, nak"
👩
Aku mengendarai sepeda motor tua milik ayahku dengan hati-hati. Sepeda motor tua ini adalah satu-satunya milik ayah, yang berguna untuk aku dan ibuku gunakan. Itu sebabnya, ibu meminta paman untuk mengajariku mengendarai sepeda motor sejak umurku sebelas tahun.
Aku tidak menunggu ibu di parkiran pasar. Tapi menemani ibu berbelanja. Berbelanja yang dimaksud ibu adalah, membeli semua kebutuhan kami selama tiga hari. Ibu memiliki prinsip, makanan segar akan lebih bagus untuk kesehatan. Benar, sayur yang disimpan ibuku tidak lebih dari dua hari. Meskipun barang belanjaan ibu tidak terlalu banyak, tapi aku malah jadi sering ke pasar hingga akupun mampu mengerti harga dan sayur atau daging yang masih layak. Tentu, sesuai kesegaran yang kupelajari dari ibuku bagaimana memilih bahan pangan.
Selesai berbelanja, aku menata barang belanjaan di atas sepeda motor tua ayahku sedemikian rupa. Sehingga aku masih nyaman berkendara juga ibuku yang bisa nyaman duduk di boncengan belakang. Untung saja jarak antara pasar dengan rumah tidak jauh, akupun bisa leluasa dan hati-hati mengendarai sepeda motor tua ayahku.
Sambil memperhatikan jalanan di depan yang cukup ramai, aku melihat seorang gadis yang sepertinya aku kenali! Tita, teman sebangkuku di SMP DASARA. Tita yang kulihat di pasar sangat berbeda dengan Tita di dalam kelas. Gadis ini sangat ramah terhadap para pembeli. Bahkan, pada seorang nenek yang kelihatannya sangat letih, sempat kulihat ia berikan tempat duduk dan segelas teh.
Aku jadi tidak mengerti. Di dalam kelas gadis ini sangatlah diam dan serius. Ah, ya. Aku tahu. Tidak baik menilai seseorang hanya dengan sekali bertemu saja.
Ah sudahlah, aku harus pulang. Karena aku pun harus membantu ibu memasak..
Dulu, Jerdi teman dekatku sebelum aku pindah, pernah meledekku. Katanya aku seperti anak perempuan yang terjebak dalam tubuh lelaki. Aku tidak menanggapinya, karena aku tahu dia hanya bercanda saja. Aku tahu itu, karena Jerdi tidak pernah memakai ejekan itu saat di kelas dengan maksud membully ku.
👤
Hari mulai gelap, untung saja aku dan ibuku tiba sebelum gelap.
Aku melirik jam tanganku, hmm 17:30? Lalu, aku perhatikan kembali belanjaan yang kami bawa dari pasar. Aku baru sadar. Ternyata barang belanjaan hari ini lebih banyak dari biasanya. Tapi melihat ibu merasa lelah, aku enggan bertanya.
Melihat aku hanya terdiam di tempat, ibu akhirnya melirikku dan memberi aku perintah apa yang harus ku lakukan untuk sepanjang malam ini.
"Ray, ibu mau mandi dulu. Ini semua tolong kamu susun seperti biasa ya! Bumbu-bumbu, sayur-sayuran sesuai dengan bagiannya masing-masing. Nah, abis itu kamu masuk kamar belajar, nanti kalo udah selesai belajar bantu ibu masak ya, Ray?"
🏬
Anyooooong!! 😉 apakah sudah cukup dramanya?? 😂😂😂
Please, give a comment to teach me more, guyyysssss!!! 🙌🙏Semoga bisa update terus sampai klimaks wkwkwk
So don't forget give me vote and comment!!
Yang lagi bad mood,
Rina 😂😵
KAMU SEDANG MEMBACA
Break My Life
Teen FictionSebuah konflik orang tua yang menyebabkan seorang anak laki-laki terlalu cepat dewasa. Ditinggalkan ayahnya, Ray berjuang keras menata hidupnya bersama dengan sang ibu. Tita, gadis cuek teman sebangku di sekolah barunya Ray menjadi sosok sahabat dan...