Goresan Pena - Cerpen [3]

35 9 0
                                    


Pahlawan Kehidupan

Karya : Nurul Huda

Dua orang perempuan yang kini tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka adalah Kayla dan Berlin. Keduanya adalah sahabat yang sudah menjalin pertemanan amat lama, yakni sejak mereka terdeteksi sebagai anak yatim piatu saat terjadi bencana tsunami tiga tahun yang lalu.

Mereka bahkan kini memiliki keragaman sikap yang sama. Mereka suka menolong orang, mengobati orang dan melakukan apa saja yang membuat mereka berguna untuk semua orang. Dan bahkan mereka kini masuk ke salah satu organisasi yang sangat penting bagi kehidupan untuk mengisi masa-masa mereka, organisasi itu ialah Organisasi Relawan.

Mereka sangat senang dan menjalaninya dengan penuh semangat. Walau kini mereka seorang yatim piatu dan tinggal di sebuah panti asuhan yang kumuh di sudut kota, mereka tetap semangat saja menjalani kehidupan mereka. Saling mengisi untuk satu sama lain. Mereka merasa sangat yakin untuk menjalani kehidupan bersama dengan banyak menolong orang, itulah prinsip mereka saat itu.

"Kay, apa kau tau? Pagi tadi kita disuruh kepala relawan agar sore ini kita berkumpul di markas. Apa kau tau kenapa?" ucap seseorang yang bernama Berlin yang kini masih sibuk dengan cucian-cucian alat makan anak panti. Perempuan yang bernama Kayla yang tengah melakukan aktivitas yang sama menoleh. Ia mengangkat bahunya.

"Sepertinya kepala relawan akan memberikan tugas untuk kita dan relawan lainnya. Aku sungguh berharap itu."

Kayla menarik nafasnya saat mendengar jawabaan dari temannya Berlin. "Jangan banyak dipikirkan. Kalau kepala relawan ingin mengumpulkan kita, mungkin saja bukan untuk memberikan tugas, bencana saja tidak ada, lalu tugas apa yang akan kepala berikan?"

Berlin menatap temannya kesal. Mereka akhirnya selesai membantu anak panti yang bertugas mencuci alat makan seluruh panti. Padahal hari ini bukanlah giliran mereka, namun, karena mereka tidak mempunyai kegiatan kecuali di sore hari nanti, mereka pun membantu anak pantii lainnya. Mereka senang melakukan hal tersebut. Mereka bahkan tidak keberatan sama sekali. Kayala dan Berlin pun pergi kekamar mereka untuk bersiap-siap pergi kemarkas Organisasi Relawan.

Dua jam telah berlalu, Kayla dan Berlin pun akhirnya siap dan pergi dari panti asuhan setelah meminta izin kepala panti dan berjalan kaki menuju bus rute tujuh. Kemudian mereka turun dari bus setelah sampai tepat di halte bus dekat dengan gedung putih yang sangat besar, yaitu tempat markas Organisasi relawan.

"Kay, aku yakin kalau kita dikumpulkan karena kepala relawan ingin memberikan tugas pada kita." Ucap Berlin lagi pada Kayla.

"Kalau memang benar, apa kau siap melakukan tugas itu walau di luar negara sekalipun?" kata Kayla yang membuat Berlin tersenyum.

"Kenapa tidak? Kalau kau bersamaku,aku pasti akan melakukan tugas itu dengan baik walau di luar negara sekalipun." Jawabnya tegas. Mereka berduapun tertawa lepas.

Mereka berjalan melintasi lobi depan yang besar, melangkah cepat diatas keramik putih dengan banyak sapaan orang sekitar, dan tiba di ruang auditorium khusus para relawan. Mereka masuk kedalamnya dan melihat sudah banyak orang yang berada didalamnya.

Waktu menunjukkan pukul empat sore pas. Mereka tiba dengan tepat waktu. Dan disaat itulah kepala relawan naik keatas panggung dengan jalan yang tergesa-gesa.

"Selamat sore untuk para relawan tertentu yang saya panggil hari ini. Maaf sebelumnya, hari ini saya selaku kepala relawan seluruh Indonesia akan memberitahukan pada kalian semua kalau kita akan melakukan penugasan di salah satu desa yang masih belum pulih akibat bencana tsunami tiga tahun lalu."

Goresan PenaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt