"Aku rindu ayahku, keen." Ucapku lesu.
"memangnya ayahmu kemana?" Tanya Keenan, akupun menjelaskan keberadaan ayahku, ayahku ada dikantornya tiga hari berturut-turut belum pulang, bunda memberi tauku tadi malam katanya ayah sedang lembur.
"kalau begitu, sekarang kita kekantor ayahmu saja."ucap keenan seketika
Akupun mengangguk semangat. "kau ingin mengantarku?"
"tentu, bulu kudukku merinding melihatmu lesu seperti itu."celetuknya. akupun memukul lengannya pelan.
"kita mampir dulu ketempat makanan ya, aku ingin membawakan ayah makanan, pasti ia senang."ucapku riang, Keenan hanya mengangguk tersenyum melilhatku.
Kamipun berpamitan dengan bunda, bunda menitipkan 5 tangkai bunga mawar putih untuk ayah, katanya aku harus menggantikan bunga yang ada di vas meja kantor ayah.
Aku dan Keenan langsung berlaju untuk ke kantor ayah, tak lupa membelikannya makanan, aku membelikan bubur kacang ijo ditempat aku dan ayah sering beli dulu. Ternyata penjualnya masih sama, dengan suasana yang sama juga.
"Keen, aku penasaran dengan ekspresi ayah nanti."ucapku diperjalanan.
"kurasa om Sammy akan terkejut, dan ketakutan." Aku langsung memukul tangan kirinya.
"kau pikir aku apa? Sampai ayahku sendiri ketakutan seperti itu, bisa tidak sih kau tidak meledekku sehari saja?" aku meninggikan suara, lama-lama muak juga diledeki seperti ini.
"jangan kencang-kencang bicaranya, kalau tidak ingin dituruni."ancamnya.
"bolehkah aku membencimu?"tanyaku.
"tidak, karna banyak yang berbicara kalau benci akan berakhir dengan cinta."
"itu artinya, aku tidak boleh mencintaimu?"tanyaku, apa si? aku menanyakan apa? Kebiasaan sekali, mulutku lebih dulu dibanding otakku.
"memangnya kau ingin mencintaku?" tanyanya berbalik padaku. Aku tidak menjawabnya aku takut salah bicara.
Kini aku masih tidak bisa mendeskripsikan perasaanku, aku masih tidak tau ini namanya apa, yang terjelas disini aku merasakan Keenanlah alasan kenapa hati ini tidak bisa menerima siapapun. Keenan yang dapat merubah antibiotic terpahit menjadi madu termanis walau sebenarnya dia tidak ada niatan seperti itu, namun akalku mengatakan demikian.
Kini kesunyian menghampiri kami, mungkin sedikit awkward moment. Aku harus melakukan sesuatu biar momen ini cepat punah.
"Keen, kau menyukai Yurika ya?"tanyaku.
"pertanyaanku belum kau jawab tadi." Ternyata dia mengharapkan jawaban dariku, untuk apa sih, aku takut salah bicara.
"jangan mengharapkan jawaban dari pertanyaan lelucon seperti itu." Aku menatapnya tajam dari kaca spion.
"kalau begitu, kau juga jangan mengharapkan jawaban dari pertanyaan aneh itu. Kesannya kau cemburu ketika aku berdekatan dengan Yurika." Enteng sekali dia berbicara soal ini.
Iya, mungkin aku cemburu, kalau cemburu itu artinya aku mencintainya kah? Atau apa?
Aku merasakan perjalanan yang cukup lama sekali sekarang, panas juga walau udara disini sebenarnya mendung. Apa matahari sekarang berdiam dihatiku saja?
"kau menyetir lama sekali, aku merasa sedang naik odong-odong yang tidak sampai-sampai."
"kau ini orangnya tidak berubah ya, selalu menggantungkan masalah, masalah dari pembicaanku saja selalu terabaikan, walau kau diam setelah aku berkata, jangan menganggap aku melupakan perkataan terakhirku yang memerlukan jawaban dari mulutmu, tanam itu baik-baik."jelasnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beach, and you
Teen FictionKau itu pelita disaat gelap menemani Tanpa terucap kita saling mengerti Namun aku tidak mengerti apa namanya ini Yang kutau ini lebih dari cinta dan kebaikan hati. -shofie Cerita dua insan yang berbeda agama, namun seirama.