Prolog

28 1 1
                                    


****

Malam ini begitu dingin. Hujan turun dengan derasnya diluar. Di ruangan yang tidak terlalu besar, aku dan abangku duduk berdampingan sembari di temani secangkir coklat panas. Tak ada percakapan di antar kita. Hanya terdengar suara dari game ponsel abangku juga suara samar dari hujan diluar.

Aku terus membolak-balik lembar demi lembar buku yang aku baca. Terkadang aku membuka ponselku untuk melihat notif yang masuk. Aku membalasnya satu persatu. Kemudian beranjak dari tempat dudukku untuk mengambil earphone yang ada di atas meja televisi dan kembali duduk disamping Bang Rendra.

Aku mulai menscroll layar ponselku untuk menemukan lagu yang ingin aku dengar. Beberapa saat lagu mulai berputar dan aku mulai hanyut dalam setiap alunannya. Tiba-tiba lagu berhenti dan berganti nada dering ponselku, aku membuka mata dan mengecek siapa yang menghubungiku. Nomor yang tidak dikenal.

" Bang lo tahu nomor ini? "

" Nggak tahu, angkat aja. "

Kemudian aku mengangkatnya.

Ada suara di seberang sana.

" Hallo? "

Aku terdiam untuk beberapa saat. Suara itu?

***

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang