Chapter 13

5.9K 460 3
                                    

-RedApplee Present-

Chapter 13
The Heart doesn't Lie

Cklekk!

Ketika Chanyeol yang tengah menggendong Shannon dipelukannya membuka pintu
apartemen, ia tidak terkejut melihat lampu dilorong menyala meskipun seingatnya ia telah
memadamkan lampu sebelum berangkat ke Pyeonchang semalam.
"Appa... ma eoddi?" tanya Shannon.
"Shanie rindu eomma?" tanya Chanyeol sambil melangkah dilorong apartemennya. Dan ketika ia telah sampai diruang tamu, sosok sang istri segera bangkit dari sofa. Berdiri kaku dengan tangan saling meremas ujung dres yang dikenakannya dan bola mata yang berkacazkaca.
"Oppa," lirih Yeonhee.
"Eommaaaa..kyaaa!" pekik Shannon riang mendapati kehadiran sang ibu. Yeonhee berjalan mendekat lalu membawa Shannon kedalam
pelukannya karena anaknya menggapai-gapai minta digendong oleh sang ibu.
"Shannon, eomma rindu," Yeonhee mengecupi wajah anaknya. Bagaimanapun Yeonhee adalah seorang ibu maka wajar jika ia merasa rindu
pada buah hatinya yang telah dibawa pergi oleh Chanyeol. "Oppa... maafkan aku," lirih Yeonhee. Chanyeol menggeleng. Membuat Yeonhee menggigit bibir menahan isakan.
"Kau perlu istirahat, tidurlah bersama Shannon sejak semalam ia memanggil namamu terus," ujar Chanyeol. " Kita akan bicara nanti, aku tidak ingin Shannon melihat dan mendengar apa yang seharusnya tidak pantas ia lihat dan dengar. Meskipun Shannon masihlah balita," Yeonhee mengangguk patuh dan masuk kedalam kamar. Sementara Chanyeol mendudukkan dirinya disofa dengan kepala bersandar pada punggung sofa, mendongak mentapa langit-langit apartemennya yang berwarna broken white.

Chanyeol merasakan kenyamanan yang berbeda saat jemari Baekhyun menghela lembut surainya. Membuatnya terbuai dan merasakan kantuk. Chanyeol semakin menyerukkan wajahnya pada perpotongan leher Baekhyun dan ujung hidungnya menggesek lembut leher mulus beraroma vanilla yang begitu menyenangkan.
"Aku tidak tahu apa yang mengganggu pikiran hyung," tuturnya lembut. "Tapi kuharap apapun itu, hal tersebut bisa terselesaikan dengan baik."
"Baek..." gumam Chanyeol lembut yang mana membuat belahan bibirnya menyentuh kulit leher Baekhyun. Baekhyun sedikit memberikan jarak agar ia bisa menatap Chanyeol dan juga agar lehernya terselamatkan dari rasa geli yang mampu membuat bulu kuduknya meremang.
"Ya hyung?"
"Apa kau pernah memiliki kekasih?" bola mata jernih itu mengerjap dua kali membuat Chanyeol tak kuasa untuk menahan senyuman betapa
menggemaskannya seorang Byun Baekhyun bahkan hanya dengan mengerjapkan mata sipitnya
yang lucu.
"Tidak," geleng Baekhyun malu-malu.
"Yang benar?" Baekhyun mengangguk lalu melirik Chanyeol dua kali merasa pipinya memanas karena Chanyeol sama sekali tidak menjauhkan tatapannya dari Baekhyun. Dalam jarak yang begitu dekat Chanyeol menatapnya begitu intens membuat detakan jantung Baekhyun menggila karenanya. "Jika kau tidak pernah memiliki
kekasih, akan sulit bagiku untuk bertanya padamu."
"Bertanya apa?"
"Sesuatu tentang... pasangan."
"Kenapa tidak mencobanya, siapa tahu aku mengerti beberapa hal tentang pasangan, meskipun aku tidak pernah memiliki kekasih tetapi aku sudah sering bermain drama dengan peran yang memiliki pasangan," Chanyeol tampak menimbang.
"Apa pendapatmu tentang seseorang yang berselingkuh dibelakang pasangannya," Baekhyun tampak berfikir sesaat sebelum memberikan jawaban.
"Setiap perbuatan pastilah ada alasannya hyung, jika ia mengkhianati kekasihnya pastilah ia memiliki alasan kenapa ia melakukanya," ujar Baekhyun. "Ada baiknya bicarakan permasalahan tersebut dengan kepala dingin, saling terbuka dan mengintropeksi diri."
"Bagaimana biasanya hal tersebut berakhir?"
"Hubungan diantara keduanya?" tanya Baekhyun dan Chanyeol mengangguk.
"Ada banyak kemungkinan tentang bagaimana itu berakhir," jawab Baekhyun. "Tergantung seberapa besar permasalahan tersebut, seberapa parahnya
kesalahan yang telah dibuat dan seberapa bijaksananya kedua orang mengambil keputusan."
"Menurutmu... apa berpisah adalah keputusan yang bijaksana?" dahi Baekhyun mengeryit.
"Sebenarnya kita sedang berbicara tentang siapa, ini bukan... tentang hyung bukan?" Chanyeol tersenyum tipis dan membawa telapak tangannya
menyapu pipi kemerahan Baekhyun dengan lembut.
"Jawab saja," sambil memainkan kancing kemeja Chanyeol, Baekhyunpun menjawab.
"Untuk sepasang kekasih yang terikat dalam sebuah hubungan percintaan seperti berpacaran
kurasa keputusan untuk berpisah bukanlah hal yang tidak mungkin," ujar Baekhyun. "Tapi untuk dua orang yang telah berkomitmen, menikah maka
ada baiknya ia turut memikirkan dampak yang akan timbul pada kedua belah keluarga termasuk
didalamnya orang tua juga... anak yang mereka miliki," pembicaraan ini membawa Baekhyun teringat pada sosok sang adik tiri. "Perpisahan
kedua orang tua biasanya berdampak kurang baik bagi perkembangan psikis anak dan itu bukanlah hal yang baik."
"Jadi menurutmu bertahan adalah keputusan yang bijaksana?"
"Tergantung," angguk Baekhyun. "Seberapa besar permasalahan tersebut dan sanggupkan kita
memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Karena hal tersebut akan selalu menjadi momok dimasa depan," Chanyeol mengangguk mengerti. Baekhyun mengalihkan pandangan untuk melihat jam digital diatas nakas yang menunjukkan sudah memasuki pukul delapan malam dan ia sudah cukup lama berada di kamar hotel Chanyeol ini.
"Baekhyun..." lagi Chanyeol memanggil Baekhyun dengan begitu lembut membuat simungil tak sanggup mengacuhkannya.
"Ya hyung," balas Baekhyun dengan suara pelan. Untuk beberapa detik tidak ada yang berbicara, hanya mata yang saling bersitatap, tangan yang
saling terkait dalan pelukan dan jantung yang bertalu-talu kencang.
"Kurasa... aku jatuh cinta padamu," ucapan Chanyeol membuat darah Baekhyun berdesir hingga pipinya kembali disinggapi semu kemerahan, dan jemarinya tanpa sadar meremat
bahu Chanyeol. "Mungkin kebersamaan kita selama ini membangkitkan perasaan yang dulu pernah singgah tapi tidak pernah kutanggapi."
"H..hyung..." Chanyeol membawa jempolnya membelai bibir bawah Baekhyun membuat bibir itu seketika terkatup.
"Aku tahu ini terdengar aneh untuk seorang park Chanyeol yang telah berkeluarga, sangat tidak pantas untukku memiliki perasaan kecuali pada istriku seorang," mau tidak mau Baekhyun mengamini ucapan Chanyeol tersebut. Hal tersebut benar adanya. "Tapi aku tidak bisa mengelak, aku tidak meminta perasaan ini hadir untukmu. Ini datang dengan sendirinya dan aku... menikmatinya, aku menyukainya," Chanyeol membawa telapak tangan Baekhyun kedadanya membuat Baekhyun menjengitkan dahi karena demi apa degupan jantung Chanyeol begitu keras.
"I..ini.."
"Rasanya selalu seperti ini tiap kali aku berada didekatmu, tiap kali aku mengingat dan
memikirkanmu, rasanya begitu klise, kau pasti berfikir aku sedang merayumu," Chanyeol
menggelengkan kepalanya dengan tawa yang dipaksakan.
"Aku... "Baekhyun meremat bagian dada kemeja Chanyeol dengan kepala tertunduk. "Terima kasih untuk kejujuran hyung," Baekhyun mulai mengerti, otaknya memproses dengan begitu cepat mencoba merangkai pembicaraan mereka. Chanyeol baru saja berbicara tentang pasangan yang berselingkuh, apakah ini tentang dirinya dan Yeonhee. Apakah Yeonhee mengetahui tentang Chanyeol yang memiliki perasaan pada Baekhyun. Baekhyun menggelengkan kepalanya. Ia mungkin telah menyimpan perasaan pada Chanyeol sejak ia masih bocah belasan tahun. Namun ia bukanlah seseorang yang akan berbahagia diatas rasa sakit orang lain. Dan ia bukanlah seseorang yang akan mengambil milik orang lain.
"Jika kau ingin tahu, aku sudah menebak kau akan mengatakan hal itu," Baekhyun secara
spontan mengangkat wajahnya dan kembali bertatapan dengan Chanyeol. Ada lingkaran hitam
menghiasi kelopak mata Chanyeol. Apa ia memikirkan permasalahan ini sebegitu dalamnya hingga membuat Chanyeol menjadi begitu
berantakan seperti ini. "Kau mungkin telah mengaku padaku bahwa kau seorang gay namun
bukan berarti kau akan dengan mudah menerima perasaanku. Aku sangat sadar diri Baekhyun. Kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik untuk disandingkan denganmu," Baekhyun menggelengkan kepala. Chanyeol hanya tidak tahu, betapa Baekhyun menganggap dirinya bahkan tidak pantas memiliki seseorang yang akan mencintai dirinya yang sudah berlumur dosa ini.
"Aku bukanlah hal yang pantas diperbandingkan dengan Yeonhee noona dan Shannon, hyung," ujar Baekhyun pelan. "Kau memiliki segalanya yang diimpikan oleh para lelaki, istri, anak, keluarga yang bahagia maka jangan hanya karena perasaan yang timbul secara mendadak padaku maka kau akan mengorbankan keluargamu. Aku tahu kau bukan seseorang yang egois, kau adalah pria bijaksana, appa Shannon, nations father," puji Baekhyun meskipun hatinya kini terasa begitu sakit. Kenapa Chanyeol datang menawarkan cinta disaat
dirinya telah dimiliki. Baekhyun memanglah seorang penggoda diatas ranjang. Namun Chanyeol bukanlah lelaki yang bisa disamakan dengan lelaki-lelaki yang pernah menidurinya demi
sebuah kepuasan birahi.
"Izinkan aku bertanya satu hal padamu."
"Apa?" jakun Chanyeol tenggelam timbul karena ia menelan ludah gugup.
"Apa kau... pernah memiliki rasa seperti.. yang kurasakan padamu?" Ya aku pernah dan masih memilikinya hyung batin Baekhyun menjawab lantang.
"Sejak dulu..." Baekhyun kembali membawa jemarinya untuk mengelus rambut belakang
Chanyeol dengan sebuah senyuman simpul dibibir.
"... perasaanku pada Chanyeol hyung tidak pernah berubah." Baekhyun menjawab secara
tersirat dengan maksud yang tak tersampaikan pada Chanyeol. Karena apa yang coba Chanyeol
simpulkan adalah Baekhyun menganggapnya seperti seorang kakak. Sama seperti ia menganggap sepupunya Changmin. Tidak ada maksud dibalik sikap malu-malu Baekhyun selain karena Baekhyun memanglah si pemalu. Chanyeol menyerukkan kembali wajahnya pada perpotongan leher Baekhyun. Mencoba menutupi ekspresi kecewa diwajahnya.
"Aku tahu, terima kasih telah membuat segalanya jelas Baekhyun." Baekhyun meninggalkan hotel tak lama setelah Chanyeol mengatakan bahwa ia bisa tertidur kapan saja dipelukan Baekhyun. Maka dengan berat hati Chanyeol melepaskan pelukannya dan
membiarkan Baekhyun untuk pergi meninggalkannya dihotel meskipun Baekhyun bilang ia bisa menunggu Chanyeol hingga tertidur. Namun Chanyeol tidak mau menyusahkan Baekhyun lebih banyak lagi. Dan membuat hatinya semakin dilanda ketidaksiapan untuk merelakan
perasaannya pada Baekhyun dilepas begitu saja. Tapi ia harus melakukannya, seperti apa yang
diucapkan Baekhyun . Ada banyak hal yang telah dimiliki oleh Chanyeol dan ia tidak ingin menjadi penghancur kebahagiaan keluarganya.
.
.
.
Baekhyun sengaja mengacuhkan Key yang sejak tadi tidak berhenti merendenginya dengan
pertanyaan kenapa semalam ia meminta Key pulang lebih dulu. Sementara dirinya memiliki
urusan lain secara tiba-tiba.
"Astaga Key hyung, aku hanya bertemu dengan teman."
"Kau yakin?"
"Ya."
"Aku hanya mengkhawatirkanmu, siapa tahu saja Seunghyun-ssi muncul dan membawamu."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri Key hyung," jawab Baekhyun. "Tadi hyung bilang Suho hyung
ingin bertemu denganku?"
"Ya, karena kejadian waktu itu pertemuan kalian ditunda jadi ia memintamu untuk menemuinya
hari ini," keduanya memasuki lift menuju lantai dua dimana ruangan Choi Suho berada.
"Kira-kira apa yang akan dibicarakan Suho hyung
denganku?"
"Kurasa ini mengenai permasalahan dengan Seunghyun-ssi," Key mendengar helaan nafas pelan dari sosok mungil disebelahnya. Ia meraih
bahu sempit Baekhyun dan merangkulnya.
"Agency telah membuat keputusan dan aku yakin itu yang terbaik untukmu. Kudengar
keputusan yang sama juga telah diberikan untuk Bae Suzy."
"Suzy sunbaenim?"
"Ya," pintu lift terbuka dan mereka keluar bersama. Beberapa staff agency menyapa
Baekhyun saat mereka berpapasan dan Baekhyun membalasnya dengan ramah. "Nah, masuklah aku akan menunggumu diluar."
Baekhyun mengangguk, ia mengetuk pintu ruangan Suho dua kali sebelum mendengar
suara dari dalam menyahut 'masuk'. Choi Suho baru saja mengecek kembali jadwal
kerja yang dikirimkan oleh asistennya ketika ia mendengar ketukan dipintu.
"Masuk!" ucapnya. Pintu berderit terbuka menampakkan sosok bersurai hitam yang dikenali oleh Suho. Ia tersenyum dan bangkit dari kursinya. "Baekhyun."
"Selamat pagi hyung," ucap Baekhyun. Hanya dalam keadaan berdua begini Baekhyun bisa
bersikap informal pada Suho. "Key hyung bilang, Suho hyung ingin bertemu denganku."
"Ya, ada yang akan kusampaikan padamu, duduklah," Baekhyun mematuhinya. Ia duduk dikursi kosong tepat didepan meja kerja Suho. Matanya mengitari ruangan kerja yang dindingnya di cat dengan warna putih bersih dan ditata dengan desain minimalis itu. Di dinding sebelah kanan terpajang dalam bingkai
berukuran sedang poster-poster artis yang berada dalam naungan CS Ent. dan juga projek
film dan drama yang digarap oleh CS Ent. Ada sebuah bingkai kosong yang terletak paling
ujung, membuat Baekhyun menaikkan alisnya.
"Kenapa ada bingkai kosong disana hyung?"
"Itu bingkai filmmu," jawab Suho. Baekhyun menatap Suho bingung dalam sepersekian detik
sebelum bibir mungilnya membentuk huruf 'o' kecil yang lucu.
"Innocent Bee?"
"Ya, Key belum memberitahukanmu kalau lusa
kau akan mulai pemotretan untuk poster film Innocent Bee?" Baekhyun menggelengkan kepala
polos. "Bersiaplah, karena kau akan kembali bertemu dengan rekan kerjamu."
"Ya," angguk Baekhyun meskipun sebenarnya ia belum siap kembali dipertemukan dengan Park Chanyeol setelah kejadian semalam. "Lalu.. apa yang ingin hyung sampaikan?"
"Bagaimana keadaanmu setelah kejadian dengan Seunghyun-ssi?" ditanya tentang kejadian buruk penghinaan Seunghyun padanya
waktu itu membuat ekspresi wajah Baekhyun perlahan berubah menjadi sendu.
"Aku berbohong jika kukatakan aku tidak terkejut akan apa yang telah dilakukannya padaku," jawab Baekhyun dalam suara pelan.
"Aku kehilangan kepercayaan diriku saat itu, namun aku bersyukur karena aku memiliki orang terdekat yang mampu membuatku bangkit, aku
merasa lebih baik sekarang."
"Aku sudah akan turun saat itu namun ayahku mengatakan bahwa dia akan mengambil alih
tentang Seunghyun-ssi, menurut ayahku belum saatnya aku menghadapi pamanku," Baekhyun menganggukkan kepalanya mendengar
penuturan Suho. "Karena bagaimanapun selama ini pamanku Seunghyun selalu menganggap ayahku adalah rivalnya."
"Apa hubungan diantara sajangnim dan Seunghyun-ssi memburuk, hyung?"
"Hubungan keduanya tidak pernah dikatakan baik Baekhyun," jawab Suho dengan sebuah senyuman kecil. "Meskipun keduanya terlihat
akur didepan public namun sebenarnya keduanya tidak pernah sepaham."
"Lantas… kenapa dulu.. sajangnim membawaku pada Seunghyun-ssi?" lirih Baekhyun. Mendengar pertanyaan Baekhyun itu Suho mengawalinya jawabannya dengan sebuah helaan nafas pelan sebelum bola matanya mematri sosok mungil
dihadapannya itu.
"Karena pamanku Seunghyun memiliki pengaruh yang besar untuk dapat mempromosikan dirimu saat itu," jawab Suho. "Alasan kenapa pamanku
Seunghyun begitu berang pada ayahku adalah karena dirinya selalu menjadi pihak yang terlihat buruk dipublik sementara ayahku tidak. Ini
seperti istilah ayahku 'cuci tangan' untuk segala permasalahan yang menimpa Seunghyun-ssi. Jika kita berfikir dari sisi Seunghyun-ssi maka
tentu kita akan berfikir bahwa ayahku lari dari tanggung jawab sementara ia juga menjadi salah
satu pelaku dari rumor prostitusi artis. Namun jika kita melihat dari sisi ayahku, maka ayahku tidak bertindak demikian. Ia sedang melindungi
CS Ent. dari permasalahan Seunghyun yang bisa berimbas pada dirinya yang sama sekali tidak memiliki permasalahan apapun dan dengan siapapun," Baekhyun mengeryitkan dahinya.
"Ibaratnya pamanku Seunghyun yang memakan permen karet lantas kenapa ayahku harus ikut
terkena getah," Baekhyun memiringkan kepalanya mencoba mencerna. "Seungri-ssi
memiliki permasalahan pribadi dengan pamanku Seunghyun. Ia memiliki foto Seunghyun bersama denganmu juga dengan Bae Suzy-ssi. Jika foto itu tersebar maka itu dapat menjatuhkan karirmu dan Bae Suzy-ssi. Juga menjatuhkan CS Ent. Kau bisa melihat bagaimana Top Production House saat ini. Maka untuk menghindari semua
itu ayahku telah memutuskan untuk bernegosiasi dengan Seungri-ssi. Ia tidak ingin
CS Ent. berada dititik terbawah, ia juga tidak ingin kau dan Suzy-ssi harus kehilangan apa yang telah kalian raih. Aku tidak bisa
membenarkan apa yang dilakukan oleh ayahku dengan mengatakan bahwa itu demi kebaikan bersama tetapi kita berada dijalur yang sama
dan kita mengetahui tujuan kita."
"Aku tahu hyung," angguk Baekhyun.
"Ada banyak orang yang bermimpi bisa berada diposisi dirimu tanpa mereka ketahui bahwa kau telah mengorbankan banyak hal untuk itu,"
Baekhyun mengangguk.
"Untuk mewujudkan keinginan kita memang perlu berkorban," Suho memajukan tubuhnya
dan meraih telapak tangan Baekhyun diatas meja. Menggenggamnya lembut dengan senyuman angelic miliknya.
"Aku telah berjanji pada ibumu bahwa aku akan selalu melindungimu," ucap Suho. "Dengan caraku sendiri."
"Aku tahu."
"Untuk itu," Suho telah sampai pada inti pembicaraan mereka. "Kau tidak perlu lagi menjadi sashimi atau menerima job dari pihak manapun tanpa disetujui oleh agency, olehku dan oleh ayahku," seketika bola mata Baekhyun membesar. Dan Baekhyun merasakan
pandangannya mulai membayang karena telah
terbentuk bendungan air mata pada kelopak matanya.
"Be…benarkah hyung?" Suho mengeratkan genggaman.
"Sudah saatnya untuk berhenti Baekhyun," kali ini Suho yang menganggukkan kepalanya.
Baekhyun balas menggenggam tangan Suho dengan suara tawa kecil ketidakpercayaan bahwa hari ini akan datang. Suara tawa kecilnya bersahutan dengan isak kecil tangisnya. Suho bangkit dan menghampiri kursi Baekhyun.
Memeluk sosok mungil yang telah dianggapnya seperti adiknya sendiri itu.
"Terima kasih Suho hyung, terima kasih," Suho mengangguk.
"Aku juga harus mengucapkan terima kasih padamu, CS Ent. harus berterima kasih padamu,"
Suho tidak salah berkata demikian. Sebuah agency tentunya perlu berterima kasih pula pada dedikasi yang telah diberikan para artis.
.
.
.
Chanyeol dan Yeonhee duduk berhadapan diruang makan mungil diapartemen Chanyeol
dengan secangkir teh hangat menjadi pendamping pembicaraan mereka. Yeonhee
membawa mata bulat kelerengnya beberapa kali
untuk mencuri pandang pada Chanyeol yang masih menatap cangkir teh, memutari mulut
gelas dengan telunjuknya.
"Jadi Changmin menyimpan perasaan terhadapmu?" Chanyeol membuka suara. Tidak
ada emosi didalam nada suaranya saat ia berbicara. Sangat tenang seperti Chanyeol yang dikenali Yeonhee.
"Y..ya," gugup Yeonhee.
"Kau mengetahuinya?" Chanyeol akhirnya menatap Yeonhee.
"Hmm… ia mengatakannya… beberapa waktu lalu," jawab Yeonhee. Lalu istrinya itupun
menundukkan kepala seperti merasa bersalah akan sesuatu yang mana membuat Chanyeol
dihinggapi rasa penasaran.
"Katakanlah apa yang seharusnya kau katakan
Yeonhee-ya," Yeonhee meremas kedua tangannya dipangkuan.
"Dulu… aku pernah memiliki perasaan yang sama pada Changmin," aku Yeonhee yang mana membuat Chanyeol merasa dirinya begitu buruk.
Bagaimana ia tidak pernah menyadari bahwa dulu, istri yang juga sahabatnya ini saling
mencintai dengan Changmin sahabatnya sendiri. Bagaimana Chanyeol bisa begitu buta hati
hingga tidak pernah bisa membaca keadaan.
"Aku memendamnya hingga Changmin memutuskan untuk pergi melanjutkan kuliahnya
dan hanya tinggal aku dan dirimu. Kau… membuatku jatuh cinta dan perlahan melupakan
perasaanku pada Changmin."
"Apa kau masih memiliki rasa itu untuknya?" Yeonhee menggeleng.
"Aku mencintaimu Chanyeol," geleng Yeonhee.
"Apa yang terjadi semalam itu diluar kendaliku, aku.. aku hanya terbawa suasana. Aku.. aku
gelisah meninggalkanmu di Seoul setelah mengetahui bahwa kau menyukai Baekhyun. Aku
selalu dibayangi ketakutan akankah kau meninggalkanku dan Shannon demi Baekhyun..
aku.. aku.. aku menyesal," dan tangis Yeonhee pecah diruang makan yang senyap.
"Aku menyesal melakukannya, seharusnya aku mempercayai dirimu, bahwa kau tidak mungkin menelantarkan keluargamu. Kau tidak mungkin
meninggalkan aku dan Shannon. Kau datang hari itu untuk memperbaiki keadaan namun aku merusaknya, aku tidak pernah merasa lebih menyesal dari ini Chanyeol, maafkan aku,"
Chanyeol bangkit, memutari meja dan berjongkok didepan Yeonhee. Meraih kedua telapak tangan istrinya dan menggenggamnya. Ia menyusut air mata dipipi Yeonhee dengan
telapak tangannya. Menghapusnya dengan
senyuman lembut terpatri dibibir. Yeonhee mengecup genggaman tangannya dan Chanyeol tanpa menghentikan isakan.
"Maafkan aku juga Yeonhee-ya," ucap Chanyeol. "Aku bukan suami juga ayah yang baik dan
sempurna, tetapi aku akan berusaha untuk memperbaiki diri."
"Aku juga….maafkan aku" Chanyeol bangkit dan memeluk Yeonhee.
"Nado mianhae," ucap Chanyeol mengecup puncak kepala Yeonhee. Namun tatapannya
menerawang sembari mengelus rambut belakang istrinya. Aku telah melakukan hal yang benar
bukan bu ? batinnya.
.
.
.
Sehun baru saja keluar dari ruang dosen dengan sebuah map coklat ditangan kirinya ketika
ponselnya berdering. Nama sipenelepon yang tertera dilayar ponsel membuat sudut bibirnya
naik keatas membentuk senyuman.
"Ya Baek," Sehun mengeryitkan dahinya saat mendengar nada ceria Baekhyun berujar
diseberang sana.
"…"
"Makan siang bersama, tentu bisa, sekarang?" Sehun mengecek arlojinya. "Kau sedang tidak
memiliki jadwal?"
"…"
"Baiklah, kau ingin kujemput?"
"…"
"Baiklah aku akan menjemputmu di agency,"
jawab Sehun akhirnya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke halaman parkiran. Masuk ke kursi pengemudi dan melempar map coklat yang dibawanya ke kursi belakang.
.
.
.
Mata bulat Chanyeol terarah pada sosok yang baru saja keluar dari dalam mobil yang terparkir
tak jauh dari mobilnya. Sosok berjaket denim itu melangkah ringan menaiki undakan untuk
memasuki gedung CS Ent. Chanyeol diiringi oleh Jinki turut melangkahkan kakinya untuk
memasuki CS Ent. Dan saat ia memasuki gedung mewah CS Ent. disaat itulah ia melihat
keberadaan sosok yang tadi dilihatnya tengah mengobrol dengan Baekhyun. Baekhyun mengaitkan jemarinya dengan milik Sehun sambil menggoyang-goyangkannya seperti bocah membuat siapapun yang melihat pastilah dilanda rasa gemas. Sehun mengepit leher Baekhyun dengan lengannya yang malah
membuat Baekhyun tertawa. Dan hal itu tak luput dari perhatian Chanyeol. Mendengus tidak kentara ia memilih untuk melangkahkan kakinya selebar mungkin menuju kearah lift.
"Ohh bukankah itu Park Chanyeol," celetuk sang resepsionis membuat perhatian Baekhyun dan Sehun teralih. Namun sayangnya ketika mereka
mengikuti arah pandangan sang resepsionis, yang dibicarakan telah menghilang ditelan pintu
besi lift.
"Chanyeol-ssi?" Baekhyun membuka suara.
"Aigoo, apa Baekhyun-ssi tidak tahu kalau Chanyeol-ssi akan bergabung di CS Ent. ?"
"Huhh.. benarkah?" Sehun yang tidak memiliki kepentingan akan bergabungnya Chanyeol di CS
Ent. hanya menyimak dalam diam.
"Ya, selama ini Chanyeol-ssi hanya bekerja sendiri dan dimanajeri oleh Lee Jinki-ssi," terang sang resepsionis yang sepertinya banyak tahu ini. "Yang kudengar Suho-ssi telah menghubungi Chanyeol-ssi untuk menawarkan Chanyeol-ssi
agar bergabung di CS Ent."
"Begitu ya," angguk Baekhyun.
"Hei," Sehun menjawil hidung Baekhyun dengan telunjuknya. "Katanya mau makan siang
bersama."
"Ahh ya, kalau begitu ayo berangkat," Baekhyun menggandeng lengan Sehun dan bersama berjalan keluar dari gedung CS Ent.
"Wahhh saudara Baekhyun-ssi tampan sekali, kenapa ia tidak jadi artis saja seperti Baekhyun-ssi."
"Kenapa mereka berdua terlihat manis seperti sepasang kekasih."
"Kupikir hanya aku yang berfikir begitu," rumpi beberapa orang yang sedari tadi memperhatikan
interaksi diantara Sehun dan Baekhyun.
.
.
.
Mobil Sehun berhenti didepan sebuah restoran kesukaan Baekhyun, simungil yang sedari tadi tidak berhenti bersenandung riang itu menoleh
kebelakang untuk mengambil tas selempangnya dan disaat itulah ia melihat keberadaan map
coklat.
"Ohh, map apa itu?" Sehun melirik dari kaca spion depan.
"Hanya berkas pemberian dosen," jawab Sehun.
"Berkas apa?" Baekhyun penasaran. Sehun menatap Baekhyun sesaat sebelum memutuskan untuk mengambil amplop coklat tersebut.
"Aku akan menjelaskannya padamu setelah kau menjelaskan pula kenapa kau tampak begitu
senang hari ini."
"Aihh, apa salahnya berbagi dulu sih," sungut Baekhyun.
"Tidak mau," Sehun bersedekap menahan amplop tersebut didadanya.
"Baiklah," Baekhyun menyetujuinya lalu keduanyapun keluar dari mobil dan memasuki
restoran. Baekhyun mencecap lidahnya tanpa mempedulikan decakannya terdengar oleh orang lain. Sehun memangku dagunya memperhatikan
Baekhyun yang sangat menikmati es krim
pesanannya sembari menyuapkan pancake dengan dengan tangan kirinya.
"Makanlah perlahan, nanti kau tersedak," Sehun mengusap pinggir bibir Baekhyun yang terkena noda madu dari pancake.
"Ini lezat sekaliiiiii… rasanya senang sekali bisa makan dengan perasaan seringan ini."
"Well, aku mendengarkan," Sehun berujar. Baekhyun menjilat bibirnya yang basah karena madu yang mana membuat Sehun menarik
hidung mancung Baekhyun.
"Sehuuunn!"
"Siapa suruh bertingkah menggoda begitu."
"Kapan aku melakukannya?" tanya Baekhyun dengan tatapan polos serta hidung yang
memerah. Membuat Sehun tak tahan untuk tidak memajukan wajahnya dan mengusuk poni
Baekhyun.
"Kau melakukannya secara tidak sadar."
"Eyy jangan salahkan aku," sungut Baekhyun.
"Salahkan hormone kelelakianmu yang merasa
tergoda, padahal aku hanya menjilat bibirku, aihhh."
"Baiklah lupakan itu dan kita kembali pada ceritamu yang tertunda," Baekhyun melipat
kedua tangannya diatas meja dengan bibir mengulas senyum lebar dan mata menyipit
membentuk eyesmile nan manis.
"Jangan terkejut okay?"
"Okay."
"Aku sudah berhenti," ucap Baekhyun. Sehun masih belum memberikan reaksi apapun. Karena kini ia tengah mencerna apa maksud dari perkataan Baekhyun. Berhenti, Baekhyun berhenti batinnya. "Aku tidak akan melakukan job lagi
Sehunie," ia berujar manja sambil mengakhiri ucapannya dengan agyeo lucu memanggil nama Sehun. Sudut bibir Sehun terangkat membentuk
senyuman. Ia mengetahui apa maksud dari job yang baru saja dikatakan oleh Baekhyun. Helaan
nafas lega ia hembuskan sebelum kembali mendaratkan tangannya untuk mengusuk poni Baekhyun.
"Finally, ini baru kabar gembira," Baekhyun
mengangguk-anggukkan kepala.
"Suho hyung mengatakannya hari ini padaku, aku tidak akan melakukan job apapun lagi."
"You deserve it Baekhyunie."
"Kuharap ini akan menjadi awal yang baik," ucap Baekhyun penuh harap. "Terima kasih untuk selalu berada disisiku Sehunie."
"Hmm… tapi mungkin.. aku tidak bisa selamanya berada disisimu," Sehun menarik tangannya
untuk mengambil map coklat yangsedari tadi ia taruh dikursi kosong disebelahnya. Sehun
menyorongkan map tersebut kearah Baekhyun.
"Bukalah," Baekhyun menerimanya dan membuka map tersebut dengan rasa penasaran. Baekhyun menemukan beberapa berkas dengan lambang universitas yang sepertinya tidak asing
baginya. Dan ketika ia membaca kop surat maka jelaslah kenapa ia merasa familiar dengan
lambang universitas tersebut.
"Apa ini, kau akan pindah?" Sehun menggelengkan kepala.
"Itu untuk pertukaran pelajar selama setahun diLondon."
"Kau akan pulang ke London?" bahu Baekhyun merosot mendengar itu.
"Dosenku menawarkan kesempatan itu padaku,"
Sehun mengedikkan bahunya ringan.
"Bagaimana menurutmu?" Baekhyun dilanda kegalauan. Jika Sehun pindah ke London maka ia akan sendirian di Seoul. Meskipun Sehun hanya akan berada disana selama setahun.
"Apa kau ingin menerimanya?" cicit Baekhyun.
"Hanya jika kau ingin aku menerimanya," Sehun selalu begitu, baginya Baekhyun adalah yang utama. Jika Baekhyun menginginkannya maka ia
akan melakukannya. Jika Baekhyun tidak menyukainya maka ia tidak akan melakukannya. Baekhyun menatap sedih berkas yang ada
ditangannya. Selama ini secara tidak ia sadari ia telah menjadi pengendali Sehun. Sehun selalu
menuruti apapun keinginannya. Hal itu pulalah yang membuat perasaan Sehun terhadapnya
semakin dalam. Haruskah kali ini Baekhyun melepas Sehun untuk pergi. Setidaknya ia
memberikan Sehun waktu untuk menenangkan pikiran, memasuki lingkungan baru, mengenal dan memiliki teman baru.
"Kim Jongdae juga ditawarkan dan dia telah memberikan persetujuan untuk menerima
kesempatan mewakili kampus dalam pertukaran pelajar ini," Baekhyun menguatkan hatinya untuk membuat keputusan. Ia menata kembali berkas
ditangannya dan memasukkan kedalam map coklat. Lalu menyodorkan map coklat itu
kembali pada pemiliknya.
"Dan kenapa kau harus tidak menerimanya," bibir mungil Baekhyun kembali membentuk
senyuman. Onyx Sehun yang tajam menatap Baekhyun dengan tatapan yang menyiratkan kekhawatiran. "Sudah saatnya kau membuka diri Sehunie, aku akan berada disini menunggumu kembali dengan dirimu yang baru."
"Kau ingin aku berubah…. perasaanku berubah?"
"Jika aku menginginkannya, apa kau akan mengabulkannya?"
.
.
.
Chanyeol selalu mempercayai apa yang diucapkan oleh ibunya. Ia sangat mendengarkan
setiap nasihat dan petuah sang ibu meskipun tak jarang pula ia akan menjadi rebel dan
membantah. Namun pada akhirnya ia akan kembali menjadi anak baik yang begitu disayangi sang ibu. Dan Chanyeol berharap kali ini ia telah
memutuskan hal yang benar seperti apa yang pernah ibunya katakan. Chanyeol bukan lagi
seorang bocah ataupun remaja dimana setiap permasalahan dirinya akan ditangani oleh ibu
dan ayahnya. Ia telah menjadi seorang ayah maka sudah sepantasnya ia menangani masalah keluarganya sendiri.
"Pa.. appa!" pekik Shannon meminta perhatian sang ayah. Chanyeol menoleh dan mendapati anaknya tengah menggoyang-goyangkan sesuatu
ditangannya untuk menarik perhatian Chanyeol. Maka ia bangkit dari sofa dan duduk dikarpet memangku sang buah hati sambil mengambil sesuatu yang sepertinya sebuah postcard dari pepero. Dan ketika ia menatap postcard tersebut, jantungnya tersentak. Chanyeol
tersenyum pada buah hatinya.
"Nuna.. nuna..."
"Iya, ini Baekhyun nu... hyung," si kecil menepuk dada ayahnya tidak senang lalu mengerucutkan
bibirnya.
"Uli nuna.. hyung aniyaaaaa ~" rengeknya. Chanyeol memeluk sayang Shannon. Ini sudah
berjalan selama sebulan sejak terakhir kali ia melihat Baekhyun di agency. Chanyeol telah resmi bergabung dengan CS Ent. namun tidak lantas hal itu akan membuat intensitas
pertemuannya dan Baekhyun bertambah. Chanyeol sempat mendengar Jinki mengatakan
bahwa Baekhyun saat ini sedang menjalani syuting di China. Dan akan kembali dalam waktu
dekat, diperkirakan ia akan berada di Seoul untuk pemotretan poster film Innocent yang sempat ditunda karena schedule Baekhyun.
"Ne~ igoneun Shanie nuna-ieo ," Chanyeol menggoyang-goyang tubuh mungil Shannon
dipelukannya. Sebongkah kerinduan yang bersarang dihatinya semakin menjadi ketika Shannon membawa masuk nama Baekhyun.
"Nuna eoddi.. appa ?"
"Hmm.. nuna sedang di China, bekerja."
"Heung... Shanie mau nuna," Shannon menjebikkan bibirnya. "Bogocippo ..." Chanyeol
tersenyum miris, bahkan anaknya merindukan Baekhyun. Bagaimana bisa anaknya turut
merindukan sosok yang secara diam-diam masih bersarang dihati sang ayah. Yang diam-diam dirindukan dan dinantikan kemunculannya meskipun hanya sekedar untuk berpapasan.
Namun Chanyeol tak kunjung disinggahi keberuntungan itu.
"Appa juga merindukannya," gumam Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Shannon.
Bohong jika Yeonhee tidak merasakan adanya perubahan pada hubungan diantara dirinya dan sang suami, Park Chanyeol. Mereka memang telah berbaikan, namun segalanya telah berubah sejak hari itu. Hubungan mereka menjadi agak
kaku dan canggung. Bahkan sudah sebulan ini tak sekalipun Chanyeol menyentuhnya.
Meskipun Chanyeol akan tetap memeluknya ketika mereka tertidur dan mencium keningnya
saat meninggalkan dirinya dan Shannon diapartemen untuk berangkat ke lokasi syuting
dan pemotretan. Namun rasanya berbeda, seakan segala hal manis telah direnggut sejak hari itu.
Yeonhee merasa jika keduanya kini tak lebih seperti teman yang hidup bersama. Ia mungkin
mencoba untuk menutup matanya ketika mendapati terkadang Chanyeol akan
menghentikan langkahnya ketika televisi menayangkan sebuah iklan dimana Baekhyun
menjadi bintangnya. Atau seperti saat ini, mencoba menulikan pendengarannya ketika
Shannon membicarakan Baekhyun dan Chanyeol
mengucapkan kalimat rindu dari bibirnya. Ia memikirkannya disetiap malam, ketika mereka
tertidur bersama. Detakan jantung Chanyeol begitu tenang namun ia terlihat gelisah didalam tidurnya. Tidak biasanya Chanyeol seperti itu.
Pernah suatu kali, ketika Yeonhee mendapati Chanyeol terlihat gelisah didalam tidurnya, ia menepuk-nepuk lembut dada Chanyeol untuk
menenangkannya. Namun yang didengarnya berikutnya sungguh menyakitkan. Didalam
tidurnya, dengan suara lirih yang penuh rindu Chanyeol mengucapkan nama Baekhyun.
"Apakah perasaanmu benar-benar telah berubah... Chanyeol-ah," lirih Yeonhee. Sampai
kapan ia bisa bertahan mendampingi lelaki yang
memilih untuk mempertahankan pernikahan mereka tanpa menyisakan rasa cinta
didalamnya. Karena cinta itu telah berhasil dicuri dan tak dikembalikan oleh sosok lain,
sosok Byun Baekhyun.
.
.
.
Baekhyun menatap pantulan dirinya dicermin, wajahnya baru saja selesai dipoles untuk
pemotretan poster Innocent Bee. Ia memiringkan kepala kekiri dan kekanan lalu terkekeh kecil. Sambil memangku dagu ia
menatap dirinya yang balas menatapnya dicermin. Tidak ada yang salah diwajahnya
kecuali wujudnya yang terlampau cantik untuk ukuran seorang lelaki, dan terlampau imut untuk ukuran seseorang yang berusia 23 tahunan.
Wajah cantik bak remaja inilah yang telah menjerat para pria hidung belang untuk dapat
menjamahnya dengan balasan sebuah popularitas. Wajah ini pulalah yang telah menjerat hati adik tirinya Oh Sehun dan pria
beristri Park Chanyeol. Dan ia telah berhasil mematahkan hati keduanya meskipun dirinya
sendiri sama patah hatinya.
"Hei cowok cantik," seseorang menjawil pipinya membuat Baekhyun tersentak. Tak salah jika ia tidak menyadari Kim Kai memasuki ruang gantinya karena tanpa sadar ia telah melamun.
"Kai, annyeong !" sapa Baekhyun.
"Sudah lama tidak bertemu ya," sahut Kai dan Baekhyun mengangguk. "Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik seperti yang kau lihat."
"Kau justru terlihat tidak baik dipenglihatanku saat ini, melamunkan sesuatu?" Baekhyun mengedikkan bahu.
"Hanya sedikit mengantuk," ia beralasan.
"Sudah waktunya pemotretan, ayo keluar cowok cantik," goda Kai sembari menawarkan
tangannya seperti pelayan kerajaan sembari membungkukkan punggung.
"Dasar!" kekeh Baekhyun sembari menaruh tangannya diatas telapak tangan dan keduanya keluar dari ruang ganti sambil bergandengan.
.
.
.
Park Chanyeol sudah berada diposisinya, dalam balutan kemeja berwarna navy dipadukan celana jeans hitam yang membalut kaki jenjangnya.
Rambutnya ditata hair up yang mana semakin menonjolkan ketampanan parasnya secara
menyeluruh.
"Nah ini dia bintang kita, aku akan mengambil gambar Richard dan Beck Lee terlebih dahulu, gwechanha Kai-ssi?" Kai mengangguk. Mendorong Baekhyun memasuki set pemotretan bersama Chanyeol. Chanyeol memberikan
senyuman pada Baekhyun yang dibalas Baekhyun agak canggung.
"Hai Baekhyun," sapa Chanyeol.
Eung," angguk Baekhyun. "H..hai juga Chanyeol hyung," Chanyeol mungkin tersenyum tampak
begitu tenang namun sebenarnya kedua tangannya yeng berada dibalik tubuhnya saling
menggenggam. Dan sesuatu didalam dadanya yang selalu berdetak normal kini perlahan mulai gelisah.

Innocent Bee (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang