BAB 1

75 25 46
                                    

"Kamu tau? Kamu berhasil menjatuhkan hatiku padamu di saat pertama kali ku melihatmu."

Seorang remaja yang hari ini resmi mengenakan pakaian putih abu-abu, terus memandangi bayangan dirinya sendiri di dalam cermin besar yang ada dihadapannya. Berkali-kali ia membenarkan posisi kacamata yang bertengger diatas hidungnya. Ataupun merapikan rambut lurusnya yang panjang ia biarkan tergerai.

Hari ini, ia sangat senang. Karena ia telah resmi menjadi siswi SMA. Tidak sia-sia selama tiga hari belakangan ia harus mengikuti kegiatan MOS yang telah menguras emosi jiwanya. Bayangkan saja, ia disuruh menembak kakak kelas yang sama sekali tidak ia kenal. Terus, ditambah tawa yang keluar dari bibir teman-temannya. Itu benar-benar kejadian paling memalukan di dalam kisah hidup wanita ini.

Suara derit pintu terbuka menghentikan aktivitas yang remaja ini lakukan. Dari luar terlihat wanita paruh baya yang tersenyum manis kepada gadis yang ada dihadapannya. Gadis yang ia rasa baru kemarin ia gantikan popoknya. Tapi saat ini, gadis itu telah berubah menjadi remaja yang sangat cantik.

"Anak mama ngapain sih? Dari tadi ngaca mulu. Udah cantik kok. Pasti banyak cowok yang bakalan naksir sama kamu." Wanita paruh baya ini tersenyum jail kepada anak semata wayangnya ini.

"Ihh... mama apaan sih." Wajah gadis itu memerah. Wanita yang ia panggil 'mama' itu kemudian merangkul bahunya.

"Enggak, mama bercanda kok. Udah siap-siap, papa udah nunggu tuh di meja makan."

"Iya Ma," Setelah mengucapkan kalimat singkat itu. Gadis ini mengikuti langkah mama nya menuju ruang makan.

***

"Ana berangkat dulu ya ma, Assalamualaikum." Gadis ini mencium tangan mamanya sebelum melangkahkan kaki untuk masuk kedalam mobil papanya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya sayang." Setelah mengucapkan kalimat singkat itu. Sang anak tadi masuk kedalam mobil milik suami wanita ini yang sudah siap melesat ke sekolah anaknya.

"Nggak kerasa yang sayang. Kamu sudah tumbuh besar. Mama sayang sekali sama kamu." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik ini tersenyum memandangi mobil silver milik suaminya yang perlahan menjauh dari pandangan matanya.

***

Ariana melangkahkan kakinya perlahan memasuki gedung sekolahnya. Ia terus berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang telah ramai dipenuhi siswa dan siswi. Baik siswa baru maupun senior seolah-olah memenuhi koridor yang Ariana telusuri.

Kedua bola mata indah dibalik kacamata yang Ariana kenakan menyusuri sekeliling koridor. Mencari sesuatu yang saat ini menjadi tujuan utamanya. Bukan ia saja sepertinya, tetapi juga siswa siswi baru lainnya. Senyum gadis berkacamata ini mengembang ketika melihat sesuatu yang sejak tadi ia cari. Papan yang berisi daftar nama dan kelas. Papan itu telah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin melihat nama mereka masing-masing.

Tiba-tiba tanpa disengaja, tubuh mungil Ariana menabrak tubuh seseorang yang tidak termasuk kategori besar tetapi sangat tidak imbang jika harus melawan tubuh minimalis Ariana.

"Sorry..." Kalimat ini tentu saja diucapkan oleh Ariana, karena ia merasa dirinyalah yang tidak memperhatikan sekelilingnya.

"Enggak papa. Santai aja." Bertepatan dengan kalimat yang terlontar dari bibir laki-laki tadi. Ariana mendongakkan kepalanya.

Gadis itu seolah membeku memandang laki-laki yang saat ini tepat berdiri di hadapannya ini. Tubuhnya tinggi dan sedikit kurus, tapi tidak terlalu. Tatapan matanya sangat tajam bagaikan panah yang menghujam kedua bola mata Ariana detik itu juga. Ariana merasakan desiran aneh di dalam dirinya, ia merasakan degupan jantungnya yang sangat cepat. Apakah ia jatuh dalam pesona laki-laki ini?
Tetapi bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta dengan laki-laki yang belum ia temui sebelum ini?
Lalu bagaimana dengan pangeran kecilnya? Bintang nya?

Dulu sekali, saat Ariana masih berumur lima tahun. Ia mungkin hanya menganggap Bintang adalah sahabatnya. Orang yang bisa ia ajak bermain setiap hari. Dan saat Bintang pergi, Ana berpikir bahwa ia hanya kehilangan sosok sahabat. Namun lambat laun Ariana sadar jika perasaannya di waktu itu bukan hanya sekedar rasa sayang kepada sahabat, tetapi lebih dari itu.

Bertahun-tahun Ariana menanti sang pangeran kecilnya kembali. Kembali untuk menemuinya. Selama ini tempat Bintang dihatinya masih sama. Tetapi apakah saat ini tempat itu akan tergeser?

"Hei. Kok elo masih disitu? Nggak berniat untuk cari nama elo disini?" Ariana tersadar dari lamunan panjangnya begitu mendengar suara lembut bak nyanyian dari surga. Dan sang pemilik suara itu saat ini sedang menunjukkan senyumnya, senyum yang menurut Ariana sangat manis.

"Elo kenapa sih?" Sekali lagi, suara itu masih terdengar indah oleh telinga Ariana.

"Ehmm... iya." Hanya dua patah kalimat yang keluar dari bibir mungil gadis berkacamata ini. Ia seakan kehilangan seluruh kata-kata yang dimilikinya, dan yang tersisa hanya dua kata itu.

Ariana menyusuri sederet nama yang tertera di papan itu. Akhirnya ia menemukan namanya tertera disana.
'Ariana Alvareza X.2'
Gadis berambut lurus ini kemudian membalikan badannya dan orang yang berhasil membuat hatinya tidak karuan tadi sudah tidak berada di tempatnya.

Hal yang akan Ariana lakukan saat ini adalah mencari ruangan yang di depannya tertera tulisan kelas X.2

Perlahan ia melangkahkan kakinya meninggalkan kerumunan orang yang lambat laun mulai berkurang. Hatinya masih penuh kebimbangan, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
Apa mungkin perasaannya kepada Bintang telah pudar?

***

"Hei, aku boleh duduk disini?" Seorang gadis cantik berambut sedikit ikal bertanya kepada Ariana yang baru saja meletakkan tas nya diatas meja.

"Iya." Ariana tersenyum kepada wanita cantik dihadapannya. Sedetik kemudian wanita itu mendaratkan tubuhnya di bangku samping Ariana.

"Nama gue Tasya." Gadis bernama Tasya ini mengulurkan tangannya.

"Ehmm... Ariana." Gadis berlesung pipi itu hanya tersenyum dan mengangguk pelan menanggapi ucapan gadis berkacamata dihadapannya.

Setelah percakapan singkat yang terjadi antara dua gadis itu. Keduanya sibuk pada urusan mereka masing-masing. Yang satu sibuk dengan smartphone miliknya dan yang lainnya sibuk menyelami kata demi kata yang ada dalam novel yang dipegangnya.

"Hahaha" Ariana menutup novel yang sedari tadi dibacanya. Ia seperti familiar dengan suara tawa yang menggema di luar ruangan sana.

Pandangan mata Ariana terpaku pada sosok pemilik suara itu. Dan orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang berhasil menarik perhatiannya tadi.

Tunggu dulu, ia masuk ke ruangan kelas ini. Itu tandanya, Ariana satu kelas dengannya? Entahlah suratan apa yang akan diberikan Tuhan untuknya. Tapi satu yang pasti, saat ini Ariana merasa bahagia, sangat bahagia. Ia juga tidak tahu kenapa bisa merasa sebahagia ini.

"Maafin aku Bintang. Aku rasa firastku ini tidak salah."

***
Tinggalkan vote dan coment kalian ya...
Terima Kasih.

***

11 November 2017
~caa~

When the Times Changes EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang