O N E

89 16 0
                                    

Park Woojin memandangi dirinya di cermin besar yang berada di hadapannya. Tangannya membenarkan letak dasinya yang sedikit berantakan. Dan setelah Woojin merasa bahwa penampilannya sudah sempurna, dia segera menyambar kunci mobil yang berada di atas single bed miliknya.

Mobil hitam milik Park Woojin melaju membelah kota Seoul yang sedikit padat malam itu. Tujuannya adalah salah satu hotel bintang lima yang berada di kota tempatnya dibesarkan untuk menghadiri sebuah acara. Itu adalah acara pertamanya setelah ia kembali ke kota Seoul. Acara tunangan mantan kekasihnya dengan pria asal Taiwan yang sama sekali tidak dia ketahui.

.......

-Flashback-

"Aku sudah sampai di Seoul."

"Tidak perlu khawatir, ibu. Anakmu ini sudah besar. Aku sudah bisa mengurus diriku sendiri disini." Pria itu terkekeh mendengar ibunya yang terdengar sangat khawatir di sebrang sana.

"Aku akan merindukanmu juga eomma. Sampaikan salamku pada ayah. Jangan bekerja terlalu keras karena anaknya ini akan segera mengambil alih perusahannya." Ia terkekeh lagi.

"Aku juga mencintaimu, ibu." Kemudian sambungan telfonnya terputus. Pria itu memasukan ponselnya ke dalam sakunya dan kembali berjalan untuk mencari makan. Perjalanan yang panjang dari Los Angeles menuju Seoul membuat cacing-cacing di perut Woojin meminta untuk segera diberi makan.

Karena di dalam rumahnya tidak ada makanan dan bahan-bahan untuk membuat makanannya sangat sedikit jadi dia memutuskan untuk mencari makan diluar rumah. Untung saja Woojin masih hafal betul seluk beluk kota yang sudah ia tinggalkan selama 5 tahun itu, jadi ia tidak perlu diantar oleh paman penjaga rumahnya itu.

Pilihan Woojin jatuh pada sebuah kedai tradisional yang menyajikan berbagai macam menu masakan khas Korea.

Woojin memasuki kedai itu pandangannya mengelilingi kedai sederhana itu. Inilah suasana yang dirindukannya. Suasana yang tidak akan pernah ia temui di Los Angeles sana.

Pandangannya masih mengitari kedai itu sampai melihat sosok yang sangat di kenalnya. Alisnya bertaut memandangi sosok itu, pria manis yang sangat dirindukannya.

Pria manis itu tidak sendirian, dia bersama sesosok pria lain yang duduk disampingnya yang sedang mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Tak lama keduanya bangkit dari tempatnya dan berjalan menuju kasir. Mata si pria manis itu menangkap sosok Woojin yang sedang berdiri di depan pintu masuk kedai. Pria manis itu berhenti berjalan saat mata mereka bertemu.

"Park Woojin.." lirih si pria manis itu.

"Kau berbicara apa sayang?" Pria tinggi yang berada disampingnya menoleh kepada si pria manis itu yang tertinggal beberapa langkah di belakangnya denga ekspresi yang sangat terkejut.

"Ahn Hyungseob.." sekarang si pria tinggi itu menoleh pada Woojin yang sedang berdiri tak jauh darinya karena suara Woojin yang masih bisa di dengar oleh telinganya.

"Kalian saling kenal?" Pria tinggi itu menatap Woojin dan pria manis yang bernama Ahn Hyungseob itu bergantian.

Hyungseob sudah sadar dari terkejutannya. Dia menyamai posisi pria tinggi yang berada di hadapannya itu dan menggandeng lengannya erat. Woojin daritadi hanya diam memperhatikan Hyungseob yang terlihat sangat mesra dengan pria tinggi dihadapannya ini. Entah kenapa hatinya seperti tidak rela melihat Hyungseob memeluk lengan pria lain dihadapannya.

"Sayang?" Ucap pria tinggi itu lagi seperti meminta jawaban pada Hyungseob.

'Sayang' kalimat itu terus terngiang ditelinga Woojin saat pria itu memanggil Hyungseob.

"I-iya, dia Park Woojin. Teman sekolahku, dulu." Ucap Hyungseob. Dia mengeratkan genggamannya pada lengan pria yang lebih tinggi darinya itu.

'Hanya teman, Seob-ah?'

"Ah- Park Woojin. Hyungseob-ah kenapa kau tidak menceritakan tentang Park Woojin kepadaku?" Pria itu menatap Hyungseob sebentar lalu kembali pada Woojin, "Kenalkan aku Lai Guanlin, kekasih Hyungseob dan sebentar lagi aku akan menjadi tunangannya." Guanlin tersenyum, dia mengulurkan tangannya dan disambut dengan ragu oleh Woojin.

'Tunangan huh?' Hati Woojin seperti retak mendengar kenyatan bahwa Hyungseob akan bertunangan dengan pria lain. Tapi dia mencoba untuk tersenyum, dan Hyungseob bisa melihat jika itu adalah senyum palsu.

"Selamat untuk kalian berdua." Woojin mencoba agar ucapannya terdengar setulus mungkin pada kedua pasangan yang ada dihadapannya ini.

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya?" Tanya Guanlin lagi pada Woojin.

"Ah iya aku- selama ini aku tinggal di Los Angeles, aku pindah ditahun kedua sekolah menengah pertama karena urusan pekerjaan ayahku." Jelas Woojin panjang lebar, sesekali matanya melirik Hyungseob yang sedari tadi hanya menunduk. Tidak berani menatap Woojin.

"Pantas saja aku tidak pernah melihatmu selama ini," Guanlin mengangguk mendengar penjelasan Woojin. Dia kembali tersenyum pada Woojin.

"Karena kau sudah disini datanglah ke pesta tunangan kami, lusa di Hotel xxx di daerah Gangnam acaranya dimulai pukul 6 sore. Jangan sampai telat oke? Kami duluan, masih ada beberapa keperluan yang perlu kami persiapkan." Guanlin menepuk pundak Woojin dan berlalu dari hadapannya bersamaan dengan Hyungseob.

"Kami duluan, Woojin." Itu suara Hyungseob. Suara yang selama 5 tahun itu sangat dia rindukan.

Woojin pergi meninggalkan kedai itu tak berapa lama setelah Hyungseob dan calon tunangannya pergi meninggalkan kedai itu. Rasa laparnya sudah hilang entah kemana.

.
.
.
.
.
To Be Continued


A/n: 1st Chapter is Out! Jadi gimana hehe? Masih mau dilanjut apa engga? Jangan lupa voment ya! Kritik dan saran amat sangat dibutuhkan. Terima kasih banyak!

Nothing Without You ; JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang