[6] Gai

38 7 0
                                    

"Astaga astaga astaga..." Lena berjalan kesana kemari sambil mengipas wajahnya.

"Kau suka sekali ya dengan Gay itu?" kegiatannya terhenti.

"Gai. G-A-I pakai i Haru. Dan ya. Sangat, sangat suka. Aku gugup sekali. Aku senang, aku- Ah! Astaga astaga." dia kembali mengipaskan wajahnya.

"Apa kau tidak pegal Lena? Kita sudah antri selama dua jam. Sebenarnya sebagus apa karyanya itu?"

"Bagus? Karyanya sangat tampan," apa? "kalau pegal, kau duduk saja di situ!" tunjuknya ke arah kursi panjang. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk, pegal sekali rasanya.

Antriannya terlihat sangat panjang dan tidak ada habisnya walaupun sudah sekian banyak orang selesai dengan tanda tangannya. Lena terlihat gelisah- atau lebih bisa disebut gembira berlebihan? Dia menghentak-hentakkan kaki, melihat kesana kemari, mengecek perlengkapannya -buku, pulpen, stabilo, ponsel, dan kipas- sambil mengibaskan rambutnya. Sepertinya dia merasa gerah lalu mengikat rambutnya. Dia tersenyum dan tertawa sendiri.

 Dia tersenyum dan tertawa sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara keroncongan terdengar. Bukan pemusik, tapi perutku. Sudah hampir tiga jam lebih aku menunggu di sofa ini dan hanya melihat orang-orang yang berlalu lalang tanpa henti.

Sepasang remaja yang beradu canda dengan mesranya, walaupun sang gadis terlihat tidak nyaman dan memaksakan diri. Sepasang suami-istri yang tidak saling bicara tapi berjalan bersama sambil berpegangan tangan dengan manisnya. Segerombolan anak sekolahan yang bersenda gurau dengan hebohnya hingga membuat salah satu temannya jatuh dan mereka berhamburan tawa. Sebersit rasa iri muncul, pada mereka.
Aku ingin, seperti mereka.

Tak lama, tercium aroma tepung yang terbakar. Aroma manis buah-buahan pun menyusul. Wangi gurihnya merasuk dan berhasil membuatku melangkah ke counter makanan kecil, "O'Waffles".

"Satu strawberry and cheese waffle dan-" untuk Lena "satu tuna and cheese waffle." kataku sambil meletakkan menu. Aku tidak tahu waktu sedang berhenti atau gadis pelayan ini sedang menatapku tajam dalam diam. Aku pun diam dan kami hanya bertatapan. "Hm, permisi?"

Dia mengerjapkan matanya dengan cepat "Iya! Maaf! Satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia mengerjapkan matanya dengan cepat "Iya! Maaf! Satu... maaf?" wajahnya memerah.

Aku mengulangi pesananku dan dia menjumlahkan harganya dengan buru-buru. Sepertinya dia membuat beberapa kesalahan, dia berulang kali mendecak dan panik saat mengetik. Kulihat jumlah pembayaranku pun berubah-ubah.

"T-totalnya tiga puluh ribu." aku memberi selembar lima puluh ribuan dan dia menerima uang itu dan memberikan kembalian tanpa menatapku. Hal yang paling tidak kusukai, yaitu berbicara tanpa menatap mata. Itu sangat tidak sopan.

Pesananku datang dalam sekejap dan menghamburkan wangi manis dan gurih yang menyenangkan. Dua gelas teh susu dengan balok-balok esnya yang bening pun terlihat sangat menggiurkan. Allena pasti suka ini.

Kulangkahkan kaki menuju pundak kecil yang menunduk di depan seorang pria yang mejanya terdapat beberapa buku tebal. Pria itu memakai topi hitam dengan corak abu-abu. Ujung-ujung rambut kecoklatannya yang panjang mengintip keluar. Ia mengenakan celana pendek dan kemeja santai.

"Oh ya? Wah bisa bertemu kapan saja nih! Hehehe..." Allena terlihat senang sekali sampai tidak menyadari keberadaanku yang semakin dekat.

"Iya. Terima kasih ya. Sampai bertemu lagi." pria itu mendongak sambil mengelus kepala Allena dan sekilas langkahku terhenti. Bukankah itu pria angkuh yang menabrakku saat sarapan tadi?

Beraninya dia memperlihatkan wajah -sok- malaikatnya itu pada Allena? Beraninya dia menyentuh kepala Allena? Beraninya dia tersenyum lebar dan bertingkah -sok- akrab dengan Allena?

"Lena, sudah selesai?" tanyaku sambil memicingkan mataku pada pria itu. Dia agak tersentak saat melihatku lalu tersenyum kecil. Melihat reaksinya itu, pasti dia mengingatku.

"Iya Haru. Ini author Gai." jawabnya sambil tersenyum lebar sekali.

"Hai. Teman Allena? Salam kenal." rasanya dia menekankan kata 'teman' atau hanya perasaanku? Apa masalahnya? Senyumnya yang lebar membuatku kesal, dia begitu karena ada Allena?

Aku balas tersenyum kecil lalu menarik tangan Allena untuk segera pergi dari situ. Kubilang orang lain sudah kesal menunggu kami. Aku melirik sedikit ke arah Gai dan dia masih melihat kami dengan senyum kecilnya.

"Wah, wangi! Pasti untukku!" kami makan sambil menuju taman di depan gedung itu. Tempatnya sejuk, ada patung besar berbentuk sayap yang mengucurkan air mancur.

Sore itu angin berlalu lalang dengan tenang. Kicauan burung-burung kecil terlintas berulang. Allena tampak sibuk dengan buku barunya. Sekilas aku teringat pada pria tadi. Apa reaksinya jika kuceritakan kejadian tadi pagi? Apa dia akan kesal karena bisa saja tadi pagi mereka bertemu?

Saat aku baru membuka mulut, tiba-tiba sepasang tangan menggebrak meja kami. Allena tersentak dan menjatuhkan bukunya.

"Hai~ Aduh ganteng deh~ Kenalan dong sama incess bolse yaw~ Hihihi~" astaga. Tidak cukup dengan keberadaan Gay tadi, sekarang justru ada Gay yang asli?

Lena terlihat ketakutan, dia berdiri perlahan tanpa menimbukkan suara. Kutebarkan pandanganku mencari celah untuk kabur. Bagus! Ada taksi lewat.

"L-Lena! Taksi!" Brak! Astaga, kenapa kursi ini harus tersangkut pada kakiku?

"Taksi! Haru ayo cepat nanti- uhuk!" kerah baju Lena ditarik dan membuatnya tercekik. Lena berusaha melepaskan pegangannya tapi tidak cukup kuat.

Taksi itu pun justru menaikkan kecepatan mobilnya dan meninggalkan kami. Kelihatannya dia memang tidak akan menepi. Sepertinya dia sedang membawa penumpang. Sial!

"Lena!"

"Eh eh aduh si jelek mau kemana? Ayo ayo sini main aja sama eyke sama si ganteng ahahaha..." cara bicaranya seperti waria tetapi ia bertingkah layaknya pria biasa. Hanya saja dengan otot-otot yang memiliki massa yang besar. Wajahnya pun terlihat seperti pria pada umumnya tanpa riasan apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang