[4] Laki-Laki Biasa

162 9 0
                                    

"Astaghfirullah. Apa yang kamu lihat, Lif? Dia itu kan anak dari Pak Baihaqi." Ucap Alif memperingatkan dirinya untuk menjaga pandangan.

Alif baru saja ingat, gadis SMA yang tadi dipinjamkannya buku adalah putri Pak Baihaqi, pemilik Toko Buku Cendikia. Alif kadang-kadang bertemu gadis itu di Toko buku milik Ayahnya karena Alif menjualkan buku-buku di sana sebagai reseller buku dan baru-baru ini dia bekerja dengan Pak Baihaqi sebagai pegawai toko buku tersebut secara part-time karena pegawai toko sebelumnya memutuskan untuk resign. Meskipun beberapa kali pernah melihat putri Pak Baihaqi, tapi sepertinya gadis itu tidak mengenali Alif.

Alif memasukkan buku pinjamannya ke dalam tas kemudian bergegas meninggalkan perpustakaan. Selain dia harus segera menyelesaikan revisian skripsi, sore ini dia ada janji dengan Ilham. Ilham akan menemaninya mencari kos-kosan baru untuknya. Jam sudah menunjukkan 16.15 WITA, Alif bahkan belum menunaikan sholat Ashar. Segera saja Alif menuju ke mushola yang letaknya di belakang Perpustakaan ini.

Tiba-tiba saja handphone-nya bergetar, tanda panggilan telepon dari seseorang. Terdengar salam di kejauhan ketika Alif menerima panggilan tersebut.
"Wa alaikumsalam. Iya, Ham. Jam 5 kan?" sahut Alif.

"Maaf banget Lif, aku nggak bisa nemenin. Ibuku minta antar ke rumah Pamanku."

"Nggak pa-pa. Lagipula aku ngajaknya kesorean juga."

"Besok aku temenin Lif, tenang aja"

"Salam untuk ibumu ya. Assalamu'alaikum" Alif mengakhiri panggilan dari Ilham. Sepertinya dia harus mencari kos-kosan atau kontrakan sendiri. Tiga bulan sebelum tenggat waktu wisudanya, Alif terpaksa harus pindah kos. Bukan karena dia tidak bisa membayar sewa kos-kosan tapi karena keponakan ibu kos yang akan menempati kamarnya. Katanya dia akan bekerja sebagai karyawan baru di Bank Swasta di Banjarmasin. Padahal mencari kos-kosan baru memang tidak mudah, karena hampir semua kos-kosan sudah banyak terisi oleh para maba (mahasiswa baru). Apalagi Alif juga tinggal di kos-kosan tidak lama, mungkin sekitar tiga sampai empat bulan saja.

Sempat terpikir oleh Alif untuk mengontrak rumah saja. Mengkontrak rumah untuk dia tinggali bersama wanita halalnya. Teringat hal itu, terbersit pikiran Alif tentang seseorang wanita yang ingin dia pinangnya. Terbayang sudah akhwat cantik dengan gamis dan kerudung syar'i yang sempat menawan hatinya. Akhwat itu bernama Yasmin.

"Astaghfirullah, Alif. Sadar!! Sholat ashar dulu dah" Alif refleks mengacak rambutnya, menepis pikirannya dari bayangan akhwat yang sempat melemahkan imannya. Tidak seharusnya dia memikirkan wanita yang belum halal untuknya. Apalagi kejadian itu bukan hanya sekali terjadi hari ini, tapi dua kali.

Memang ada keinginan dalam waktu dekat ini untuk mengkhitbah wanita yang menarik hatinya itu. Apalagi rasa itu sudah semakin tumbuh di hatinya, tidak seharusnya rasa itu dibiarkan menjadi-jadi yang nantinya hanya akan menyebabkan zina hati. Tapi jika masih belum terlaksana juga, sepertinya Alif harus semakin meningkatkan ibadah puasa sunnahnya agar dapat menahan dirinya.

♥♥♥

Yasmin Zahrotus Syifa, mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika yang juga satu jurusan dengan Alif. Hanya saja mereka beda kelas. Meskipun beda kelas, mereka sering bertemu di organisasi kemahasiswaan BEM ataupun organisasi dakwah kampus. Keduanya memang mahasiswa berprestasi, tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam berorganisasi. Bahkan banyak teman-teman mereka yang sering menggoda mereka dengan menjodoh-jodohkan karena kecocokkan keduanya. Karena hal itulah, lambat laun muncul benih-benih suka dan ketertarikan tumbuh di hati mereka. Akhirnya Yasmin dan Alif memutuskan berta'aruf dengan bertukar proposal biodata. Keduanya pun semakin bertambah yakin dengan pilihan hati mereka karena kesamaan visi dan misi dalam merencanakan kehidupan berumah tangga untuk di masa depan nanti.

Half A DeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang