6. Rumit?

545 90 13
                                    

Jinyoung sedang mengupas apel pemberian dari teman-teman Yugyeom ketika Bambam masuk kedalam kamar Adiknya. Perempuan itu tersenyum kearah Jinyoung dan mendudukan tubuhnya di sofa yang ada di sebrang ranjang milik Yugyeom.

"Yugyeom masih belum sadar?"

Jinyoung menggeleng lemah. Ia tersenyum kecut saat mengetahui kalau Yugyeom sudah lima hari masih belum tersadar dari tidur panjangnya. Semua operasi yang dijalani oleh Yugyeom berjalan dengan lancar, hanya tinggal menunggu beberapa hari untuk bangun.

Tapi, buktinya Yugyeom sampai detik sekarang pun masih belum tersadar. Jinyoung mengerti, Dokter juga manusia, bukan tuhan yang bisa menentukan nasib pasiennya di masa depan.

"Aku kemarin malam mencoba masuk kedalam mimpinya," ujar Bambam, sedikit berbisik.

"Mimpi siapa?"

"Yugyeom."

"Kau bisa?" Jinyoung sedikit kaget saat mengetahui fakta kalau kemarin malam Bambam mencoba memasuki mimpi adiknya. Pantas saja Bambam tidak terlihat sama sekali pada waktu itu.

"Sedikit, aku hanya bisa beberapa menit."

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia baik, saat aku tanya kapan dia akan bangun, Yugyeom hanya menjawab tidak tau. Dia sempat berpesan padaku agar aku ikut membantunya untuk menjagamu, dia bilang masih ada sesuatu yang harus dia selesaikan sebelum tersadar." Jelas Bambam.

"Bocah sialan itu," desah Jinyoung. "Kenapa kau tidak memaksanya agar cepat tersadar, Bam?"

"Aku sudah mencobanya. Tapi dia tetap saja tidak mau,"

"Seret saja dia, kalau bisa."

"Dia berat."

Jinyoung hanya menghela napasnya dalam. Ia menyimpan pisau keatas meja nakas yang ada disampingnya dan mulai memakan apelnya dengan sedikit rakus. Mencoba untuk meredamkan amarahnya dengan menganggap apel yang sedang ia makan adalah Yugyeom.

Bambam meringis ketika melihat bagaimana Jinyoung dengan beringas memakan apelnya. Untung saja itu apel, bukan sesuatu yang aneh yang bisa membuat Bambam berpikiran yang menyeramkan.

"Ngomong-ngomong, lukamu bagaimana?" Tanya Bambam, mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

Jinyoung menunjukan pergelangan lengannya yang masih memperlihatkan lebam berwarna merah keunguan kearah Bambam. "Masih, lukanya semakin bertambah banyak, Bam." Lanjutnya sambil memperlihatkan kepada Bambam luka memar yang lainnya.

Pertama Jinyoung memperlihatkan area bahunya, lalu dengkul dan terakhir Jinyoung memperlihatkan punggung tangannya yang memiliki luka yang paling kontras dengan luka yang lainnya.

"Aku harus memberitahu Jaebum tentang ini,"

"Jangan!" Jinyoung mencoba meraih lengan Bambam untuk menahan kepergian perempuan itu, tapi hanya udara kosong yang dapat Jinyoung raih. Bambam terus berjalan kearah pintu dan mengabaikan Jinyoung yang terus memanggil namanya.

"Bambam!"

Terlambat, Bambam sudah lebih dulu pergi dan menembus pintu putih yang menjadi pembatas antara ruang inap Yugyeom dengan koridor rumah sakit.

.

.

Perempuan dengan balutan kemeja putih yang sudah lusuh dan rok sekolah yang menutupi bagian bawah tubuhnya itu, berjalan cepat kearah Jaebum yang sedang terduduk sambil memainkan ponselnya di ujung ruangan.

chaos +jjpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang