3

1.1K 198 29
                                    


Arun

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

:::

Arun

:::

Aku adalah seorang pekerja malam. Aku hidup untuk menjual kenikmatan seks di ranjang. Sebetulnya ini hanya pekerjaan sampinganku selain menjadi pelayan di pub, tapi uang yang kudapat lebih besar. Jadi pekerjaan sebagai pengantar minuman itu malah nampak seperti kedokku saja.

Kehidupanku dengan limpahan uang hasil kencan satu malam itu tak selamanya membuatku senang. Adakalanya aku harus tersiksa karena kebiasaan lelaki yang meniduriku itu berbeda-beda. Ada dari mereka yang bermain dengan biasa, ada yang sedikit nakal dengan sex toys-nya, ada yang agak ekstrim dengan bondage dan spanks kasarnya, ada lagi yang sampai membuatku babak belur karena dipukuli semalaman. Namanya bukan bercinta lagi, tapi hanya sekadar bersenggama seperti binatang, dan kasarnya sama pula begitu.

Suatu ketika aku tetap pergi bekerja meski malam sebelumnya aku harus pingsan karena kelelahan dan luka-luka lebam yang menyakitkan—iya, aku disiksa lagi oleh teman kencanku. Sebetulnya aku tak punya tenaga untuk membawa nampan dan berjalan kesana-kemari mengantarkan pesanan. Berkali-kali aku bersandar di meja bar hanya untuk mengistirahatkan tubuhku yang lelah. Saat aku kembali ke bar untuk yang ke sekian kali, aku bertemu dengannya.

Dia yang sedang minum sendirian.

"Hei, apa itu di sudut bibirmu?" tanyanya dengan satu sloki minuman yang dia tahan.

"Hasil dari permainan yang sedikit kasar," kataku, sadar kalau dia memerhatikan sudut bibirku yang luka. Lantas aku mengalihkan perhatiannya, "Apa yang terjadi pada seorang lelaki tampan sepertimu di sini? Minum sendirian tanpa teman."

Dia meneguk minumannya dan tersenyum padaku. Gelasnya dia taruh, kemudian dia bertopang dagu. "Aku punya teman, tapi dia tidak suka minum-minum di pub. Beda denganku yang selalu penasaran sampai mana batas toleranku terhadap alkohol karena rasa-rasanya aku tak pernah mabuk."

"Tak pernah mabuk? Kau ini apa sebetulnya?"

"Entah."

Kami tertawa. Berbicara dengannya seakan mengurangi sedikit rasa lelahku. Kuakui, dia sangat menawan. Jarang ku temui orang di pub yang masih punya kesadaran utuh. Biasanya mereka mabuk berat, mengoceh tak jelas, dan terkadang melakukan hal tak senonoh. Tapi dia, apa yang kulihat dari mata dan gelagatnya seolah membuktikan bahwa memang dia tak akan mabuk sebanyak apapun dia minum.

"Mau temani aku minum? Kubayarkan minumanmu."

Dia mungkin adalah seorang pemuda yang kaya, pikirku.

"Boleh saja."

"Siapa namamu?"

"Yoongi."

"Aku Jimin."

Kemudian kami bercengkrama seperti kawan lama, padahal kami baru saja saling mengenal. Hari itu aku tahu bahwa ada seorang lelaki bernama Jimin, yang melihatku dengan tatapan yang berbeda dengan lelaki lainnya. Iya, dia berbeda, tapi tak dapat kudeskripsikan apa bedanya. Hanya ... aku merasa bicara dengannya seperti bicara dengan kawan yang menerimaku. Nyaman sekali.

Dia pun hanya jadi teman minumku, tak sampai jadi teman kencan. Dia pulang setelah dirasanya bosan dengan minuman, juga pagi yang mulai datang. Katanya, dia ada kuliah yang harus dihadiri. Oh, ternyata, dia masih sangat muda.

Arun [Minyoon/MinV ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang