4

1.5K 219 89
                                        


Arun

BTS fanfiction

Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit

.

Arun

.

Jimin dan Yoongi hanya bergelung manja di atas ranjang, tak melakukan apapun kecuali saling berpelukan. Matahari sudah lama tenggelam, sudah lama berganti bulan. Mereka membiarkan suara televisi mengisi apartemen kecil itu. Suaranya yang disetel dengan volume sedang kencangnya hanya seperti orang setengah berbisik.

Yoongi bersandar di dada Jimin. Lelaki itu merangkul bahunya. Lengannya kokoh dan hangat. Nyaman sekali. Dia merasa betah berlama-lama berebahan dengan posisi seperti itu, bersama Jimin di sampingnya.

"Itu siapa? Pidatonya bersungut-sungut."

Yoongi melepaskan kekeh kecil ketika Jimin bertanya dengan spontan tentang apa yang dilihatnya dari layar kaca.

"Donald Trump, presiden Amerika."

"Ooh..." Lelaki itu nampak serius menonton tivi. Mungkin banyak hal baru yang didapatkannya dari berita. Sejenak Yoongi lupa kalau Jimin masih menjadi seorang lelaki yang tak ingat akan sebagian dunianya. Bahkan sosok presiden Amerika sekalipun.

"Jimin."

"Hm?"

Hal ini membuat Yoongi ingin tahu, "Berapa banyak yang kau lupakan?"

Jimin menengadah pada langit-langit kamar. Warnanya sedikit kusam termakan usia dan kelembaban. Beda dengan langit-langit kamar Taehyung yang bertabur bintang. Tapi, entah mengapa, walau tempat itu tua dan usang, Jimin merasa nyaman-nyaman saja. Mungkin, karena ada Yoongi di sampingnya.

"Banyak. Dan sebagian yang ku ingat adalah sebuah kekeliruan," akunya. "termasuk tentang..."

"Tentang apa?"

Jimin melirik Yoongi yang menatapnya dengan sirat ingin tahu. Dia sedikit merasa bersalah, tapi juga ingin mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya secara jujur. Dia tak pernah suka berbohong, pada siapapun itu. Pun pada Yoongi.

"Yoongi, aku ingin jujur padamu. Sebelum aku bertemu denganmu kemarin, aku mengira kalau ... Taehyung ... adalah orang yang memiliki debaran jantungku ini."

Dia sadar bahwa ada beberapa hal belakangan ini yang kenyataannya berkebalikan dari apa yang dia ingat. Salah satunya tentang Taehyung yang bisa memasak. Taehyung yang dalam ingatannya pernah memasakkannya sup yang sangat enak. Taehyung yang pernah makan berdua bersamanya dengan nikmat. Nyatanya, Yoongilah yang melakoni peran itu. Yoongi yang bisa memasak, Yoongi yang pernah memasakkannya sup. Yoongi yang pernah makan berdua bersamanya.

Sedikit-sedikit ingatan yang tak utuh itu melayang di atas kepala, seperti ketika dirinya dan Yoongi berciuman mesra ditemani bunyi didihan kuah sup yang panas.

"Aku tinggal bersamanya sejak aku bangun dari koma. Setiap hari kami tidur di ranjang yang sama, setiap hari dia mendongengkanku banyak cerita, tiap hari aku makan dengannya, duduk di depan tivi dengannya. Aku sempat menciumnya untuk memastikan seberapa besar cintaku padanya. Tapi debaran itu hanya seperti desir pasir. Sementara ketika bersamamu, debaran itu seperti gelombang tsunami. Besar, dan berbahaya." Jimin memegang dadanya sendiri. "Sampai saat ini aku masih merasa dadaku sesak tiap mencoba mengingat apa yang kau ceritakan padaku tentang masa lalu kita."

Yoongi bangun dari tidurnya. Dia duduk menopang tubuhnya dengan sebelah tangan. Dari wajahnya, Jimin bisa melihat ada sirat antara terluka, terkejut, dan banyak hal yang menjadi satu. Dia mungkin tak punya kata untuk diucapkannya, jadi dia hanya memberi Jimin tatapan seperti itu.

Arun [Minyoon/MinV ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang