Terbangun disaat yang tidak tepat sudah menjadi keseharianku. Seperti apa yang terjadi sekarang. Mata yang menolak untuk terlelap kembali, kini hanya bisa menatap gelapnya ruangan dengan keadaan tubuh terlentang di atas kasur. Sunyinya kehidupan malam hari membuat suara AC terdengar jelas di ruangan ini. Membuat suasana semakin dingin dan mencekam.
Kugapai telepon genggam milikku yang berada di atas meja sebelah kasur. Tertera jelas bahwa saat ini sudah pukul 00.30 di layar telepon genggamku. Untuk terlelap kembali, hanya satu hal yang kulakukan selama ini. Mengambil earphone dan mendengarkan lagu di list pengantar tidurku. Lalu aku akan terlelap dengan sendirinya. Cara itu selalu berhasil kulakukan.
***
04.00
Suara alarm di earphone memekakkan telingaku, aku terbangun dan segera mematikan alarm telepon genggamku. Lalu melakukan aktivitas sehari-hari sebagai mahasiswi pada umumnya. Umurku sudah menginjak 20 tahun, dan aku merupakan salah satu mahasiswi dari Universitas Indonesia. Aku mengambil jurusan psikologi karena diriku yang memang senang membaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan psikotes manusia. Hari ini aku ada kelas pukul 10.00, jadi aku akan naik kereta pukul 07.00 dari Bogor. Aku tinggal di Bogor bersama keluargaku, aku memilih untuk tinggal di rumahku sendiri untuk saat ini dibandingkan nge-kost. Karena sejujurnya diriku belum siap untuk hidup mandiri tanpa orangtua, terutama ibu yang selalu ada buat aku."Kamu ga sarapan dulu? Nanti laper loh di kereta," kata-kata ibu yang selalu mengawali pagi hariku. Aku menatapnya sambil tersenyum, "Tenang aja bu, nanti bisa beli roti buat ganjal perut. Kalo sekarang sarapan dulu takutnya ketinggalan kereta, nanti malah telat bu." Mata indahnya menatapku seolah-olah mengiyakan perkataanku namun dibanjiri rasa khawatir yang amat besar.
***
Hari ini cuaca Kota Bogor tidak terlalu bersahabat. Dingin, dengan awan mendung yang menutupi hangatnya mentari. Diriku terduduk diam sembari menunggu kereta yang tak kunjung datang. Seketika lantai stasiun bergetar, tanda kereta akan datang. Semua orang beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap naik ke kereta tersebut. Dari kejauhan, aku melihat seseorang yang menarik perhatian mataku. Aku tak mengenalnya, bahkan baru saja melihatnya kali ini. Dia berdiri, menunggu kedatangan kereta yang sama dengan kereta yang kutunggu. Saat kereta datang, mataku teralihkan dengan orang-orang yang bergegas masuk. Setelah di dalam kereta, aku menelusuri gerbong demi gerbong untuk mencari tempat duduk. Dan pada akhirnya kutemukan tempat duduk di gerbong yang tidak terlalu ramai.Kupasang earphone untuk mengusik kesepian ini. Dari sudut mataku, aku melihat sosok yang tadi kulihat saat berdiri menunggu kedatangan kereta. Namun saat kepalaku baru saja akan menoleh, seketika volume telepon genggamku mengeras dengan sendirinya. Sontak aku kaget dan melepaskan earphone dari telinga.
"Maaf, tadi kamu meninggalkan kartu kereta di tempat tunggu. Kebetulan saya liat dan satu kereta dengan kamu," suara orang yang duduk di sampingku justru lebih mengagetkanku. Bagaimana bisa sosok itu kini duduk di sampingku tanpa sepengetahuanku? Aku yakin, tadi tidak ada orang yang duduk di sampingku. "Aah, iya. Terima kasih sudah mengembalikannya." Betapa bodohnya diriku, meninggalkan hal penting seperti ini.
Pikiranku dipenuhi kalimat-kalimat yang bahkan tak bisa kutemukan jawabannya. Bagaimana bisa orang itu melihatku meninggalkannya di tempat tunggu? Padahal dia berdiri jauh dari tempat aku duduk. Bagaimana caranya dia melihat dari jarak yang jauh itu? Bahkan dia saja memakai kacamata bulat yang menambahkan kesan klasik baginya. Dan sejak kapan dia duduk di sampingku sampai saat ini?
Aku terlalu lelah untuk memikirkan semua itu, hingga akhirnya aku terlelap di dalam kereta itu.- - - - - - - - - - - -
Semoga ceritanya ga ngebosenin:v
Saya bakalan update kalo lagi ada ide sama mau ngetik aja ya:v
Fyi, tadi ceritanya kehapus gara-gara wp saya lagi error. Jadi saya ketik ulang:v untung aja ada temen saya yang ss-in cerita ini:)
Makasih udah baca, jgn lupa votenya:v
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX
Ngẫu nhiênKejadian kelam membuatku terdiam menatap bayangnya. Membekukan sekujur tubuh yang rindu akan hangatnya perapian. Selalu tersimpan di benak ini sebuah kalimat yang tak pernah terbayang dalam pikiran. Apa? Siapa? Kapan? Dimana? Mengapa? Bagaimana? Lo...