1. Guru Ngeselin

17.5K 1.5K 484
                                    

Happy reading..

Semoga suka ^^

_______________

"Jadi yang dimaksud frasa ialah bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi, artinya ha-"

Guru bahasa Indonesia itu menghentikan kegiatan penjelasannya, Pak Ahmad menurunkan kacamatanya sedikit.

Di lihatnya satu murid yang membaringkan kepala di atas mejanya.

Ck! Tidak memperhatikan pembelajaran!

"Lentera?" Tegur pak Ahmad.

Mata semua murid di kelas itu sekarang tertuju pada seorang gadis yang dipanggil. Tapi gadis itu masih tidak bergerak dari posisinya, dia sibuk mengetuk-ngetuk pulpen di atas buku kecil dekatnya.

Pak Ahmad berjalan mendekat ke meja nomor tiga, "Lentera!" tegur nya lebih keras.

Yang dipanggil tersentak, reflek menegakkan tubuhnya. "Hadir."

Semua murid tertawa karena Lentera berkata 'hadir' padahal gurunya itu tidak mengabsen samasekali. Ditambah ekspresi wajah Lentera yang terlihat linglung.

Pak Ahmad geleng-geleng kepala, "Kamu melamun di kelas, Lentera?"

"T-tidak pak," kilahnya.

Pak Ahmad berdecak, lalu tatapannya tertuju pada sebuah buku kecil bermotif bunga-bunga yang tadi dicorat-coret oleh si empunya.

"Apa ini? Kamu daritadi saya lihat malah sibuk dengan buku ini!" Pak Ahmad mengambil buku itu. "Kamu tidak menyimak materi dari bapak." sambungnya.

Lentera melotot ketika buku diary-nya di buka oleh pak Ahmad.

Astatang! Diary gue! Jangan di baca, jangan di bacaa!!! paniknya di dalam hati.

Pak Ahmad menyipitkan mata ketika melihat tulisan di dalamnya. Lalu terkekeh ketika membacanya.

"Ketika dia tersenyum, bibir ini ikut tersenyum. Gue gak tahu apa alasannya, yang jelas dia selalu mempengaruhi gue,"

Pak Ahmad tanpa rasa bersalah membaca tulisan Lentera dengan lantang. Semua murid yang menyaksikan menjadi bertambah penasaran dengan kelanjutan tulisannya.

"Gue berusaha mengenyahkan perasaan aneh ini. Tapi, semakin gue berusaha melupakannya, semakin sering dia memenuhi pikiran gue."

Lentera menelan ludahnya susah payah, wajahnya sudah menjadi pucat kali ini, perutnya sampai mules saking paniknya.

Tanpa sadar dia menahan napas.

"Dan gue tau alasannya sekarang. Gue rasa gue udah jatuh cinta sama lo, Genta Asydiqri Pranaja."

Ketika pak Ahmad selesai membaca tiga kata terakhir tulisan Lentera, kelas yang tadinya hening mendadak menjadi riuh bersorak menggoda.

"Ciieee ciee.. uhuy.."

"Switwiww.."

"Keselek biji nangka, uhuk..uhukk.."

Gue do'ain keselek biji nangka beneran tahu rasa lo!

Suara gelak tawa dan gebrakan di meja membuat telinga Lentera menjadi panas.

Wajah Lentera yang tadinya pucat sekarang menjadi merah seperti tomat. Dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan buku.

Masalahnya, orang yang dimaksud di buku diary-nya, ada di ruangan yang sama! Dia yang bernama Genta Asydiqri Pranaja itu, ada di kelasnya! Dia teman sekelasnya! Ya ampun mimpi apa semalam Lentera? sampai mendapatkan kesialan seperti ini!!

Sial sial siaal! Guru ngeseliiiinn!

Lentera mengintip dari balik buku, melihat ke barisan kirinya, di meja urutan kedua, Genta hanya tersenyum kecil, duduk bersandar pada dinding sepenuhnya menghadap ke arah Lentera.

"Sudah, sudah! Kasihan Lentera kan jadi malu." Dengan santainya pak Ahmad berjalan ke depan untuk melanjutkan pelajarannya yang sempat terhenti.

Gue malu juga gara-gara bapak!! Ya Allah cobaan apa iniii?!?

Rasanya Lentera ingin menghilang dalam sekejap dia tidak kuat menahan malu saat ini. Andai Lentera mempunyai pintu kemana saja, dia pasti sudah meloncat masuk ke tempat yang tak ada satupun makhluk di dalamnya.

_______________

Tbc.

Lentera [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang